Bunga Kertas

1412 Kata
Happy Reading Aku berpetualang dalam lamunanku Tidak sengaja aku bertemu dengan Bahagia Aku menghampiri Bahagia dengan Tangisan Sudah lama tidak berjumpa denganmu. Kamu bertanya kepadaku, Kenapa kita jarang bertemu? Aku diam membisu, membeku dan terpaku Kamu Bahagia menyuruhku untuk senantiasa mengembangkan senyumanku, supaya kita bisa sering bertemu. Rupanya rasa kecewa, Gelisah dan tangisanku lah yang menghambat pertemuanku dengan Kamu Bahagia. Aku membukakan pintu Ruang tamu dengan wajah yang lesu dan sudah tidak bisa di Jabarkan lagi kesedihan yang aku alami. Aku berjalan perlahan memastikan tidak ada orang yang tahu kalau aku pulang larut malam. Bola mataku berputar memastikan setiap sisi ruangan tidak ada mata yang sedang mengintaiku. Hatiku rasanya lega saat aku sudah pastikan semua orang di rumah ini sudah berada Dunia mimpinya masing-masing. Aku bantingkan Tas bewarna hitamku yang sejak tadi menggantung di bahuku. Rasanya melelahkan hari ini, aku bantingkan tubuhku ke kasur empuk yang baru saja Kakaku beli minggu kemarin. Kakiku melangkah dipenuhi dengan rasa kecewa, Hari-hari yang begitu sulit sehingga aku harus mengambil keputusan yang tepat. Siapa yang bisa memahami persoalan ku selain diri sendiri? Rasanya aku tidak bisa membagi rasa sakit yang aku alami kepada orang lain. Ketika aku curhat tentang permasalahan ku kepada orang tuaku, mereka menutup Telinganya rapat-rapat berusaha tidak mendengarkan keluh kesah sang anak. Aku tarik selimut yang ada dibawahku untuk menutupi kesedihan yang senantiasa melekat di dalam tubuhku. Bantal menyambutku dengan hangat, Bantal Akan mengantarkan aku ke dunia yang jauh lebih indah ketimbang dunia ini. Kadang aku berharap, aku bisa lebih lama lagi berada dalam mimpi dan aku berharap bosabmenghilang begitu saja di dunia yang kejam ini. Kelopak mataku perlahan menutup meninggalkan pandangan dunia ini, sang peri Mimpi sedang memungguku. * * * * Keesokan Harinya "Tok tok tok tok, kak bangun kak." Suara dari adiku Jun yang lembut menghancurkan mimpiku yang sedang tayang. Pandanganku yang masih buram, aku singkirkan selimut yang menghangati tubuhku. Aku bangun dari Ranjangku dan bergegas untuk sarapan pagi bersama keluarga. Rasanya menyebalkan, ketika dari arah kejauhan mataku berhenti melihat sosok wanita yang membuatku jijik mau muntah darah, sosok itu adalah kakak ipar yang bermuka Dua. Entah bagaimana, Aku merasakan akan ada kejadian buruk yang menimpa aku hari ini, padahal beban kemarin juga belum hilang rasanya. Ayah dan Ibu memandang ke arahku dari kejauhan dengan tatapan Sinis dan penuh dengan murka, terlihat sekali ada Api yang membara di setiap Indera Penglihatannya. "Kau cepat kesini!" Bentak Ayahku kepadaku membuatku ketakutan. Rasa takut kini merasuki ke dalam jiwa ragaku saat ku langkahkan kakiku perlahan menuju Kursi besar yang di duduki mereka. Kakak Ipar menyudutkan sebelah sudut bibirnya licik, aku bertanya-tanya Fitnah apa lagi yang ia adukan kepada orang tuaku. "Coba kau jelaskan! apa maksud ini semua?" Ibuku melemparkan sebuah benda bewarna putih itu mengenai wajahku. Wajahku scara mendadak membeku saat test pack itu mengenai hidungku, aku menahan getar dalam tubuhku ini. Rasanya tubuh ini remuk sehingga membuatku jatuh dari kursi itu. Aku perlahan menoleh ke arah Kakak Ipar, tergambar jelas di wajah ia sangat puas saat Ibu memarahi aku. "Jun, Kau cepat pergi dari sini, cepat!!" Perintah Ibu agar Jun tidak terlibat dalam urusan Dewasa. Tanganku bergetar dengan sangat cepat saat Perbuatan Maksiat ku telah diketahui oleh semua orang yang ada di rumah ini. Rasanya sulit untuk aku jelaskan karena rasa ketakutan ku pada orang tuaku yang mendominasi pikiran ini. Ayah benar-benar marah akan perilaku putri satu-satunya yang tidak bisa menjaga Keperawanan nya, begitupun Ibu ia marah katanya aku menghancurkan Reputasi keluarga. Saat itu tidak ada seorangpun yang memihaku termasuk Kak Hendra yang ikut mencaci makiku. Air mata ini tanpa ku sadari lolos saja dari Mataku, aku menutupi ke dua wajahku dengan ke dua tanganku menghapus Air mata yang tak terhitung itu. Aku mengacak-acak Rambut yang aku biarkan terurai sambil berteriak histeris. Aku tidak tahu berapa jumlah air terjun dengan bebas ke lantai, aku menangis histeris menyesali perbuatanku. Kakak ipar sangat puas sekali ketika ia mengetahui aibku dan ia jadikan itu sebagai senjata untuk menghancurkan aku. Kakak ipar tiba-tiba memberikan solusi sehingga membuatku semakin menjadi-jadi membencinya. "Ini sudah jelas-jelas Aib. Rose, kau benar-benar tidak bisa Harga dirimu sendiri sebagai wanita. Kita harus menggugurkan Kandungan Rose." Ucap Kakak ipar seperti menancapkan pedangnya ke dalam perutku. Aku menoleh ke arah kakak ipar dengan amarah yang sudah aku usahakan di tahan agar tidak meledak-ledak. Aku menghampiri kakak ipar, aku layangkan tangan kananku dan ku daratkan di pipinya yang mulus. Rasanya bebanku berkurang setelah menampar kakak ipar meninggalkan Jejak tangan Budha di pipinya "Plakkkk." Tamparanku cukup keras mengenai pipinya. Kakak ipar memegang pipinya sendiri karena kesakitan. Kak Hendra menghampiriku, memegang ke dua tanganku mencoba menghentikan perbuatanku kepada kakak ipar. Kak Hendra menyeretku cukup jauh, tangan kekarnya ia layangkan menampar kedua pipiku. "Plakkkk." Tamparannya Dua kali lipat lebih keras dari tamparanku. "Apa kau gila rose? Kau menampar kakak iparmu sendiri?" "Kenapa semua orang menyebutku gila? Aku benar-benar waras." Tamparan yang sangat keras dari kak Hendra membuat satu sudut bibirku mengeluarkan Darah segar membuatnya Perih. Kenapa Kak Hendra tidak membelaku? Kakak ipar sama sekali bukan manusia bagaimana bisa menyarankan untuk menggugurkan kandunganku? "Jika kau tidak mau menggugurkannya, lalubapa rencama kau?" Tanya kakak ipar sialan itu "Aku akan merawat bayi ini sendiri." "Apa kau gila Rose? Apa kata orang-orang nanti, Mama punya cucuk Haram?" "Anaku tidak Haram Mah! Kenapa Mama tega bicara seperti itu?" Keputusanku jelas-jelas menuai banyak Protes, karena merela berpikir itu akan mencemari Nama Keluarga dan membuat Perusahaan Tercoreng. Aku sangat tahu kenapa Kakak Ipar menyarankan untuk melakukan Aborsi itu, karena agar Harta warisan Ayah jatuh kepada anaknya. "Ayah juga tidak setuju kau menggugurkannya, tapi ayah juga tak setuju kau mengurusnya. 3 Hari lagi Ayah akan menikahkan Kau dengan Jonathan". Ayahku mengambil jalan tengah agar tidak ada yang di rugikan, tapi tetap saja ini terlalu cepat untuku apalagi aku tidak mau memikah dengan pria yang tidak aku cintai. Ayahku setelah mengatakan itu bergegas keluar, aku menyusul untuk memprotes keputusannya. Namun dia tidak mau mendengarkan aku. Ayahku malah membanting tubuhku ke lantai membuatku tersungkur dan menambah kesakitan. Dengan tangisan yang Terus membasahi pipi ini, aku pantang menyerah meminta bantuan kepada ibu untuk menghentikan pernikahan ini. Aku memelas berharap aku di kasihani oleh ibuku, Aku jatuhkan tubuh ini mengenai lantai dan sujud-sujud memohon belas kasih ibuku. "Ibu tolong bantu aku, aku tidak mau melakukannya ibu!" Kurapatlan kedua telapak tanganku. "Kau jangan merengek, ikuti saja perintah Ayahmu, itu tindakan yang benar untuk menutupi Aib keluarga Kita". Jawab Ibu lalu meninggalkan aku. Tuhan kenapa hidupku begini? Kenapa Ibuku sendiri tidak memahami perasaan sakit yang aku rasakan. Dengan wajah yang sayu dan rambut yang acak-acakan aku berjalan ke kamarku. Aku taruh kepalaku dibawah bantal, menagis sekencang-kencangnya berusaha menghilangkan kesedihanku. " Kak, kakak kenapa? Kak jangan Nangis!" Jun Adiku menghampiri ku dan mencoba menenangkan ku. Yang aku punya didunia ini hanyalah Jun, dia memahami hal-hal sulit yang aku alami, tetapi aku tidak sanggup membagi rasa sakit ini kepada Adiku, dia masih terlalu remaja untuk tahu persoalan dewasa. Jun berulang kali meminta maaf kepadaku karena ia tidak bisa melindungi kakaknya sendiri. Aku memeluk adiku sendiri sambil membiarkan air mataku mengalir. Jonathan dia adalah calon Ayah tiri dari anaku nanti, dia adalah salah satu anak buah Ayah dan Kepercayaan Ayah. Jonathan jadi CEO Anak perusahaan Ayah, itulah mengapa Ayah sangat mempercayakan Aku kepada Jonathan. Aku sering bertemu dengan dia ketika ada perayaan atau acara lain di Rumah. Aku pikir Jonathan adalah prang yang baik, setiap kali kita berpapasan dia selalu memberikan senyuman manisnya kepadaku. Meski kita tidak berbicara satu sama lain, tapi aku bisa merasakan kehangatan dari wajahnya yang tersenyum. Namun aku merasa iba kepadanya, katanya Jonathan mengalami waktu yang sangat sulit sewaktu kecilnya, sekarang bukan kapasitasnya aku berbicara tentang masa lalunya. Sekarang aku menerima segalanya, tapi yang aku Khawatirkan Jonathan yang tidak mencintaiku terpaksa menikah denganku karena perintah Ayah. Aku melipat-lipat kertas bewarna Hitam membentuknya menjadi Bunga. tidak ada yang memahami selain dari bunga kertas Hitam ini. Karakter Visualisasi Rose  .......Bersambung....... Yang sudah baca part 1 terimakasih banyak yah, atas karena telah meluangkan waktunya. oh iya jujur aku buat cerita ini karena saat itu aku lagi nonton mv Dream Cather terus ada sepenggal kalimatnya yaitu where is the Love, nahh dari itu sih aku terinspirasi dan buat ceritanya aku usaha kan yah ini untuk jadi 10 episode, karena jujur saja aku tidak bisa bikin cerita2 yg panjang soalnya itu akan mengganggu alur cerita nya untuk yah baca semoga kalian dalam keadaan yang sehat yahh oke oke oke oke
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN