Chapter 1

1099 Kata
Pernikahan, sejatinya adalah penyatuan dua hati menuju muara bahagia. Demikian juga yang dirasakan Devan dan Rini. Apalagi anak-anak sudah mulai beranjak besar. Masa aktif-aktif mereka yang penuh dengan keingintahuan yang tinggi. Ryuu yang kalem dan Ray yang lebih aktif. Mereka berdua adalah perpaduan Arini dan Devan. Tapi tidak selamanya pernikahan akan selalu berjalan mulus bak di jalan tol. Terkadang ada lubang yang membuat sedikit bergoyang. Demikian juga yang dialami oleh Devan dan Arini. Tante Ajeng masih belum sepenuhnya membuka hati menerima kehadiran Rini sebagai keponakannya. Tapi Rini enggan mempermasalahkannya. Anak-anak juga mulai beranjak besar. Ryu dan Ray baru saja merayakan ulang tahun ke Tujuh, dan Rini masih kekeh menginginkan memiliki seorang anak lagi, tapi Devan masih belum juga menyetujuinya. Devan masih ketakutan membayangkan rasa sakit yang dirasakan Rini di saat berjuang melahirkan anak-anaknya. Pagi yang dingin, Tampak sepasang insan yang selalu dimabuk cinta tidur berpelukan selepas subuh tadi. Karena weekend, Rini ingin memanjakan Devan. Dokkk…. Dokkkk! "Papi… Ibu…." Riuh suara si kembar Ryu dan Ray memanggil kedua orang tuanya. Anak-anak yang mulai beranjak besar membuat acara manja di pagi hari harus buyar. "Papi… Ibu… Ayo bangun dong, Sudah pagi ini…. " suara heboh si kembar di pagi hari dari luar kamar, Membuat Rini yang sedang memeluk hangat Devan, buru-buru bangun tanpa mengenakan pakaiannya kembali, Ia langsung melompat dari atas ranjang dan melesat menuju kamar mandi. Tapi Rini masih sempat meminta Devan untuk membuka pintu sebelum dirinya tenggelam di balik pintu. Devan segera mengenakan pakaiannya lalu mencuci tangan dan segera membuka pintu kamar. Membiarkan si kembar menyerbu masuk. "Papi ganteng… Nanti jadi kan temani kita latihan Taekwondo? " tanya Ryu dengan netra jenaka. Devan mencium puncak kepala dua jagoan kembarnya yang sudah beranjak besar. Latihan Taekwondo aktivitas rutin yang dilakukan putra kembarnya tanpa paksaan. Sedangkan kendo dan kyudo mulai ia latih dasarnya. "Jadi dong…., kan Ibu juga minta diantar ke toko buku, jadi sekalian, nanti Papi yang temenin abang sama Kakak deh, di tempat latihan, " ucap Devan sambil mencubit gemas pipi ray yang memeluk lehernya dari samping. Walau sudah besar, Devan selalu saja memperlakukan dua putranya seperti anak kecil. Padahal Ryu dan Ray sering protes jika Devan mencium mereka di depan banyak orang. Tapi tetap saja dilakukan oleh Devan. “Nanti sekalian bareng sama Erlang sama Hanna juga Pi, karena om Ian sama Tante Eya lagi ada acara. Sebentar lagi mereka datang,” ucap Ryu pada Devan mengingat percakapannya dengan Erlang sepupunya tadi malam. Devan hanya mengangguk karena Adrian juga sudah meneleponnya tadi malam. "Ayo lo… Bangun pagi sudah cuci muka and sikat gigi belum? " tanya Arini begitu keluar dari kamar mandi dan mendapati putra kembarnya masih mengenakan piyama, lucunya. "Belum Ibu… Kami mau pastikan kalau kali ini Papi enggak sibuk," ucap Ryu yang membuat Devan mengacak gemas rambut sulungnya itu. Rini lalu membawa dua jagoannya itu kembali ke kamar mereka untuk mandi dan berganti pakaian. Sementara Devan segera bersiap-siap juga, karena omelan Rini yang seperti penjual obat akan menggema jika ia belum siap juga. Keluarga Danendra sarapan pagi bersama, dengan Mami Mila yang selalu heboh menggoda dua cucu kembarnya. Kakek juga senang menatap cicitnya yang mulai beranjak besar. Tidak berapa lama tampak Adrian dan Freya masuk ke dalam rumah bersama Erlang dan Hanna. “Hmmm ... Hanna, kali ini jangan memukul terlalu kuat lagi.” Ray mengingatkan Hanna yang selalu saja memukul dengan kekuatan penuh saat mereka berlatih, padahal ia selalu mengalah mengingat Hanna adalah seorang perempuan dan usianya lebih muda darinya. Rini dan Freya tertawa mendengar ucapan Ray, sedangkan Hanna hanya mengacungkan dua jempol dan tetap terlihat cuek seperti biasanya. Berbeda dengan Erlang yang terlihat ceria dan banyak berbicara. Oleh karena itu, Hanna lebih nyaman bersama Ryu yang juga tidak banyak bertanya ataupun protes seperti hal nya Ray. Walau sikap Ryu akan berubah saat bersama Erlang dan Ray. Ryu akan banyak bicara walau tidak seheboh Ray. Adrian dan Freya berpamitan setelah menitipkan anak-anak mereka pada Devan. Adrian dan Freya tidak bisa mengantar seperti biasanya dikarenakan ada acara dan secara kebetulan bertepatan dengan jadwal latihan anak-anak mereka. Mobil selalu heboh dengan celoteh Ray dan juga Erlang. Sedangkan Ryu tampak sibuk dengan buku di tangannya, sesekali menimpali jika itu menarik baginya. Sedangkan Hanna sibuk dengan rubik yang ada di tangannya. “Mas ... jangan lupa jemput ya, kalau aku enggak ada di toko buku, berarti aku terlalu lama menunggu sehingga jalan-jalan dulu cari makanan,” kekeh Rini sambil menowel pelan pipi Devan dengan gemas. Andai tadi pagi duo kembar tidak mengganggu mungkin ia masih minta pertarungan mereka dilanjutkan kembali. Secara Rini lagi getol pingin hamil lagi, sedangkan Devan tampak tidak ingin menambah anak atau mungkin belum ingin. “Iya sayang ... tapi ponselnya kamu aktifkan, selalu saja lupa aktifkan sehingga aku kebingungan mencarimu,” omel Devan yang malah membuatnya makin tampan. “Iya, sudah aku aktifkan kok,” ucap Rini hendak mencium Devan. “Ehm ...,” Ryu berdehem pelan yang menyadarkan Arini, jika mereka ada di dalam mobil bersama anak-anak. “Hahaha ...Maaf sayang ...Ibu lupa,” kekeh Rini sambil berbalik ke belakang dan tertawa pada Ryu yang geleng-geleng kepala. Ibunya benar-benar seperti anak kecil, sedangkan Papinya seperti seorang Ayah yang akan menuruti semua kemauan si anak kecil tanpa protes. Apalagi kalau Ibu sudah menangis, bisa dipastikan Papinya akan kebingungan untuk menenangkan. Ibunya sering menangis sambil menunjukkan benda pipih yang ia sendiri tidak tahu apa itu, dan itu terjadi setiap bulan. Dan Papinya akan dengan telaten menenangkan. Atau saat Ibunya ingin sesuatu, Papinya pasti akan berusaha memenuhi. Ryu sering geleng-geleng kepala akan hal itu. Ibu yang kekanakan dan Papi yang begitu sabar menghadapinya. Tapi suatu waktu Ibunya bisa lebih dewasa, saat Papi harus pergi berhari-hari bahkan beberapa bulan. Saat Itu Ibunya bersikap lebih tegas dan berperan ganda menjadi Papi dan juga Ibu sekaligus. “Nah sayang ... sudah sampai, kamu hati-hati ya. Kalau ada apa-apa telepon aku, Drupadi sudah ada di dalam menunggumu. Kebetulan Kai sedang tidak kemana-mana sehingga aku meminta Drupadi menemanimu sekalian mengawasimu,” ucap Devan lalu mencium sayang kening Arini sebelum keluar dari dalam mobil. “Anak-anak ... semangat ya.” Arini memeluk putra kembarnya dan juga keponakannya setelah turun dari mobil, lalu melambai untuk memasuki toko buku, tapi tiba-tiba ia kembali lagi dan berbisik pada Devan. “Nanti malam kita coba lagi, aku mau punya anak perempuan,” bisik Arini dengan senyum jahil yang dibalas anggukan Devan. Sebenarnya Devan merasa sangat bersalah pada Arini, karena ia selalu memberikan minuman pada Arini sehingga menyebabkan Istrinya itu belum juga hamil. Apakah kali ini ia harus mengalah dan membiarkan Arini mengandung kembali ? mengingat usia kembar yang sudah menginjak tujuh tahun. ******** Kiss Jauh Dari Author
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN