Setelah menerima kenyataan bahwa aku masuk ke dunia novel, aku mulai menjalankan rencanaku, aku harus mencari tahu keluarga dekat Cherina dan orang - orang terdekatnya.
Dan untuk menjalankan rencana itu, aku harus menemui anak yang bernama Lucas itu.
Setelah bertanya kepada Emilie, dia memberitahu bahwa Lucas sedang sakit.
Ternyata karena itu aku tidak melihatnya di pemakaman pasangan Duke.
baiklah.. kalau begitu, mari kita jenguk anak itu...
" Emilie, aku ingin melihat Lucas, apakah dia baik-baik saja,, ??" Aku memulai pembicaraan.
"Nona, anda mengkhawtirkan tuan muda,,?" Emilie terlihat bingung.
"Tentu saja.. aku mengkhawatirkan nya, aku tidak melihat nya selama beberapa hari, mari kita menjenguk nya,,!" Kata ku dengan antusias.
Walau pun terlihat bingung, tetapi Emilie tetap mengantarkanku ke kamar Lucas,
Aku menyuruh Emilie untuk berjalan di depanku, agar aku dapat mengikutinya.
tetapi kami sudah berjalan sangat lama mengapa kamar nya jauh sekali ???
Apakah cherina sengaja menempatkannya di kamar yang sangat jauh ??
Mansion ini memang sangat besar dan luas, hanya berjalan ke kamar Lucas saja sudah membuat kaki kecil ku sangat sakit, tetapi aku tetap berusaha mengikuti Emilie.
Setelah perjalanan yang cukup panjang dan jauh, akhirnya aku sampai didepan pintu kamar Lucas, pintu itu sangat besar dan tinggi, gagang pintu nya saja diatas kepalaku.
Akhirnya aku mengangkat tangan ku untuk mengetuk pintu.
"Tok,, tok,, tok,," suara ketukan pintuku.
"Masuklah" terdengar suara dari balik pintu itu.
Lalu aku membuka pintu besar itu dengan perlahan-lahan, setelah terbuka aku mengintip sedikit kedalam.
Terlihat seorang anak laki-laki, duduk diatas tempat tidur, anak itu terlihat cukup terkejut melihat wajah ku.
"Apakah kau baik-baik saja ?, bagaimana kondisi mu,?" Aku berjalan menghampiri Lucas.
"aku baik-baik saja," Lucas menjawabku dengan dingin.
Aku langsung duduk di samping tempat tidurnya, terlihat wajah nya sedikit pucat dan matanya terlihat merah,
apakah dia menangis???
Aku mengangkat tanganku bermaksud menyentuh kening nya agar aku bisa memeriksa demamnya, tapi Lucas terhentak cukup keras dan langsung menjauh dari ku.
baiklah.. sepertinya hubungan mereka sangat buruk...
"Apa yang kau lakukan,,?!" Lucas bertanya keras sambil menjauhkan tangan ku dari wajahnya.
"Ma,, Maaf,, Aku hanya ingin memeriksa demam mu" kata ku, aku sedikit menyesal karena menyentuhnya tanpa izin.
" tidak, terima kasih tapi aku baik-baik saja" dia berkata dengan datar.
Kami sama-sama terdiam selama beberapa waktu,
" apakah kau sudah makan ? Aku akan menyuruh Emilie untuk mengantarkan bubur untukmu," aku berusaha mencairkan suasana.
"Tidak perlu, aku tidak lapar"Lucas menolak dengan tegas.
" bagaimana jika teh madu?, kau mau minum teh madu? " aku masi tidak menyerah untuk mendekatinya.
"Tidak perlu, aku hanya perlu istirahat." Lucas sekali lagi menolak sambil berbaring dan menarik selimutnya.
Aku memandang Lucas , mata kami bertemu , tapi dapat terlihat dari sorot matanya yang terlihat tidak nyaman dengan ku.
"ya.. beristirahatlah, dan jika kau butuh sesuatu katakanlah padaku." Aku masi berusaha.
Tapi Lucas hanya membalikkan punggung nya,
"Keluarlahh..."
Lucas menyuruhku keluar, dia bahkan tidak melihat kearahku.
akkhhh... sepertinya ini lebih sulit dari dugaanku...
"jika begitu aku akan pergi dulu, kau beristirahatlah, besok aku akan kembali." Aku melangkah pergi.
***
Esok harinya aku kembali lagi ke kamar Lucas, dan aku membawakan sup untuk nya, sejak pagi aku sudah menyuruh Emilie untuk mengatakan kepada pelayan bagian dapur untuk menyiapkan sup.
Demam Lucas sudah turun tapi wajah nya masih terlihat sedikit pucat.
"Makanlah sup ini,," aku meletakkan sup di meja samping tempat tidurnya.
"Terima kasih." Lucas melihat kearah sup itu.
Emilie membantuku menyiapkan teh madu untuk lucas.
"Aku dengar dari pelayan bahwa demam mu sudah turun, apakah kau sudah sembuh,?" Aku memulai pembicaraan.
" ya, aku baik-baik saja." Lucas masih menjaga jarak.
"Makanlah." Aku berkata sambil melihat kearah sup itu.
Lucas terlihat ragu-ragu mengambil mangkok sup, tapi akhirnya dia mengambil nya dan menyuapkan sendok itu ke mulut nya.
Seketika sudut bibirku terangkat, menurut ku ini permulaan yang baik dalam pendekatan.
Setelah Lucas selesai dengan supnya, aku memberikan teh madu untuknya, dia meminumnya dengan cepat, sepertinya dia menyukai rasa yang manis.
ini menggemaskan....
Dari buku diary aku tahu bahwa Lucas dua tahun diatas Cherina, jadi sekarang usianya adalah sepuluh tahun, dan dia telah tinggal di mansion ini selama enam bulan.
Cherina tidak menyukai Lucas dan sepertinya hubungan mereka tidak begitu baik.
Aku melirik kearah Lucas yang duduk dengan tenang di sofa sambil meminum tehnya, kami hanya berdua di ruangan ini, karena Emilie pergi untuk mengambil madu lagi, Lucas hanya diam, seperti nya dia tidak ingin berbicara dengan ku.
ahh... ini sangat canggung...
Diam-diam aku mengamati wajah Lucas, untuk anak berusia sepuluh tahun, wajah Lucas sangat lah tampan, dia memiliki rambut sedikit lebih gelap dari punya ku, dan mata berwarna abu-abu, alis nya terlihat tebal, dengan bulu mata yang sangat lentik, dia memiliki garis hidung yang tegas.
Kulit lucas berwarna sedikit lebih gelap, terlihat dari bentuk tubuhnya sepertinya dia berlatih pedang.
"Apakah ada sesuatu di wajah ku..?" Lucas menyadari kalau aku sedang mangamati wajahnya.
"Apa,,? Tidak,, tidak ada apa-apa!"
Aku memalingkan wajahku, berusaha menutupi rasa maluku.
" jadi kapan aku harus meninggalkan mansion ini?" Lucas memberi pertanyaan yang tidak ku mengerti.
"Apa,? Kau ingin meninggalkan mansion ini,? Tapi Kau akan kemana,?" Aku bingung dengan topik ini.
" setelah Tuan Duke meninggal bukankah aku harus meninggalkan mansion ini, seperti yang kita tahu, kau tidak menyukaiku." Wajah lucas terlihat sedikit keras.
Aku berusaha tetap tenang, karena bagaimanapun aku adalah orang dewasa, dan aku berpengalaman membujuk anak-anak.
"Lucas kita adalah keluarga, selama kau tidak punya tujuan yang pasti, aku tidak akan membiarkanmu meningalkan mansion ini." Aku berusaha meyakinkannya.
Wajah Lucas terlihat tidak percaya dengan jawabanku, alis nya yang tebal itu terangkat sangat lucu menurut ku,
"Ayahku mengadopsimu, dan kau adalah anak Ayahku, jadi kau adalah keluargaku, tidak mungkin aku menyuruhmu untuk meninggalkan tempat ini, mungkin ada kalanya kita bertengkar tapi kau tetap lah keluarga ku," kataku.
Aku berusaha membuat nya percaya kepadaku.
Lagi pula aku Tidak mungkin membiarkan anak berusia sepuluh tahun pergi meninggalkan tempat ini tanpa memiliki tempat tujuan yang jelas.
"Kau yakin dengan keputusan mu,?" tanya Lucas.
"Tentu saja,, aku sudah tidak punya keluarga, dan kau satu-satunya keluarga bagiku, " jawabku.
"Kalau begitu, keluarlah.." Sambil meminum tehnya Lucas menyuruh ku keluar tapi dapat kulihat ujung bibirnya sedikit terangkat, aku yakin jika saat ini dia sedang tersenyum.