Bagian 28

1424 Kata

Hening kembali turun di meja makan. Nadira mencoba makan, tapi jelas gerakannya berat. Alven memperhatikan, menunggu sampai Nadira siap bicara lagi. Setelah beberapa suap, Nadira meletakkan garpunya pelan. Matanya menatap piring, bukan Alven. “Ven…” suaranya sangat pelan. “Aku mau jelasin sesuatu soal Minthea…” Alven langsung fokus. Nadira meremas jemarinya sendiri, seperti menguatkan diri sebelum membuka kotak masa lalu yang selama ini ia simpan rapat-rapat. “Sebenarnya… bukan dia yang dibully, Ven.” Ia tersenyum pahit. “Akulah yang dibully.” Alven membeku. Senyumnya hilang. Nadira melanjutkan, perlahan, tapi setiap kalimat seperti merobek perasaannya sendiri. “Waktu SMA… aku itu anak baru yang pendiam. Minthea… dia cantik, populer, kaya. Semua orang kagum sama dia.” Nadira men

Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN