Bagian 7 (Manis yang gagal)

1606 Kata

Thea terbangun lebih dulu. Sinar matahari menembus sela tirai, menyorot sebagian wajah pria yang terbaring di sampingnya. Alven terlihat tenang dalam tidurnya, seolah beban dunia semalam tak pernah ada. Senyum kecil muncul di bibir Thea. Jari-jarinya pelan menyusuri d**a bidang itu—d**a yang selama ini hanya menjadi miliknya. Hatinya terasa hangat, tapi juga getir. Ia tahu, mulai hari ini status mereka sudah berbeda. Alven kini suami orang. Namun bagi Thea, cincin di jari Alven bukanlah akhir. “Cintanya masih milikku,” bisiknya dalam hati, penuh keyakinan yang menyakitkan. Alven menggeliat pelan, menarik napas panjang sebelum membuka mata. Tatapannya sempat kosong beberapa detik, hingga pandangannya bertemu dengan Thea yang sedang tersenyum lembut. “Pagi, sayang,” sapa Thea lirih. “Pa

Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN