Part 5. Meraup Keuntungan

652 Kata
"Ayah, apakah aku cantik memakai hanfu ini?" Xiao Qi sengaja bertanya dengan nada suara manja ke Tuan Qi supaya ayahnya itu semakin terjebak dalam tipu muslihatnya dan mau melakukan apa pun untuknya di masa yang akan datang. Tentu akan lebih mudah melakukan sesuatu sesuai kemauannya jika punya pendukung. Ya, meskipun dia masih bisa sih melakukannya tanpa pendukung. Jangan salah, profesinya di zaman modern memang psikiater tapi dia hebat dalam bela diri. Dia bisa menumbangkan banyak musuh dalam waktu yang sangat singkat. Selain itu, dia juga bisa melakukan sihir dulunya. Entah bagaimana sekarang, ikut terbawa atau tidaknya, ia tak tahu. Mungkin nanti dia bisa mengujinya jika sudah punya waktu sendiri. "Ayo pergi. Sampai kapan kau akan melamun di sana?" Pertanyaan mengejutkan Tuan Qi membuat gadis cantik itu menyengir dan segera memeluk lengan sang ayah dengan manja. "Aku terlalu bersemangat untuk pergi ke luar kediaman bersama ayah." Kekehnya. Tuan Qi mengelus puncak kepala Xiao Qi pelan. "Maafkan ayah yang selama ini mengabaikanmu. Ayah janji akan menebus semua waktu yang tidak pernah ayah habiskan denganmu." "Sudahlah, ayah. Ayah jangan meminta maaf lagi. Ayah sama sekali tidak bersalah. Aku yang salah tidak berusaha mendekatkan diri dengan ayah." "Kau terlalu baik, putriku." Xiao Qi terkekeh geli. "Aku tidak merasa begitu, ayah." Kedua ayah anak itu terus mengobrol dengan ceria. Kedekatan keduanya berhasil membuat adik tirinya merasa tidak terima. Diam-diam dia mendekati keduanya dengan wajah polos palsunya. "Ayah dan kakak mau kemana?" Xiao Qi menjawab dengan senyuman manisnya. "Ke pasar. Ayah mengajakku ke sana untuk membelikan beberapa pakaian, benar ‘kan, ayah?" Adik tiri bernama Xue Qi itu menatap keduanya sedih dan penuh harap. "Boleh aku ikut, ayah?" Tuan Qi menatap putri sulungnya, seolah meminta pendapat. "Maaf, adik. Tapi aku hanya ingin pergi berdua bersama ayah. Ini kali pertamaku bisa berjalan-jalan dengan ayah. Aku harap adik tidak keberatan untuk tidak mengikuti kami." Jawab Xiao Qi berpura-pura takut. "Ayah..." Rengek Xue Qi tanpa mempedulikan ucapan Xiao Qi. Tingkahnya itu membuat Xiao Qi memutar bola mata malas. Menyebalkan sekali rasanya melihat gadis itu berakting di depannya karena aktingnya terlalu menggelikan. Jika saja sedang tidak ada Tuan Qi di sini, maka sudah pasti Xiao Qi akan menampol wajah menjengkelkan Xue Qi dengan panci. "Lebih baik kau kembali ke kediamanmu, Xue! Ayah hanya akan pergi dengan kakakmu untuk saat ini." Xiao Qi tersenyum penuh kemenangan. Memang tidak ada duanya dirinya ini. Baik itu di zaman modern maupun di zaman kuno. Apa pun yang diinginkannya maka akan didapatkannya dengan mudah hanya dengan rayuan andalannya. "Ayah, tapi aku ingin ikut." Namun rupanya Xue Qi masih tidak ingin menyerah. Ia masih merengek dengan air mata buayanya ke Tuan Qi. "Ayah, ayo pergi. Aku sudah tidak sabar untuk berjalan-jalan dengan ayah." Tuan Qi tersenyum seraya mengusap puncak kepala Xiao Qi. "Baiklah, putriku." "Kami pergi dulu, adik." Pamit Xiao Qi sopan sehingga membuat Tuan Qi semakin bangga dengan sikapnya. Hanya saja, Tuan Qi tidak tahu kalau Xiao Qi meleletkan lidahnya ke Xue Qi . Mengejek adiknya itu karena tidak bisa menarik simpati sang ayah. Tentu saja perbuatannya itu membuat Xue Qi meradang tidak terima. Dan sempat-sempatnya Xiao Qi memberikan jari tengah pada Xue Qi yang masih saja melihatnya dengan tatapan geram. Lalu kembali bersifat manja ke Tuan Qi untuk memanas-manasi si Xue Qi yang butuh kasih sayang seorang ayah. Ternyata tidak hanya ke dirinya saja Tuan Qi bersikap tidak peduli tapi juga ke anak-anaknya yang lain. Mungkin saja Tuan Qi tipe ayah yang gengsian dan tidak tahu bagaimana cara mencurahkan kasih sayangnya kepada anak perempuannya. Akan lebih mudah dan menguntungkan baginya untuk meraup keuntungan sebanyak-banyaknya dari Tuan Qi. Misalnya ... Meminta ke sang ayah untuk menjodohkannya dengan putra mahkota Kekaisaran Wu? Supaya di masa mendatang dia yang menjadi permaisuri. Lumayan lah, di masa depan dia seorang psikiater sedangkan di masa lalu dia seorang permaisuri. Tapi ... Tentu saja pangeran mahkotanya harus setia!! Enak saja dia mendapatkan pria sampah yang mempunyai banyak wanita. Bersambung....
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN