Accident 1

862 Kata
"La, kamu marah nggak kalau kita tambah satu orang lagi, bertiga gitu" katanya memecah kesunyian, entah kenapa suaranya sedikit bergetar.   "Kenapa harus marah? kan kita pernah ngelakuin, waktu itu di Sheraton kalo nggak salah" jawabku agak heran, nggak biasanya dia minta ijin seperti itu. Aku memang tak pernah menolak untuk main bertiga karena kerjanya lebih ringan tapi bayarannya sama atau bahkan lebih besar karena sensasinya bisa berlipat lipat.   "Bukan yang itu maksudku, tapi orang ketiganya itu laki" jawabnya pelan hampir tak terdengar.   Aku agak kaget, kutatap matanya tapi dia menghindari tatapanku. Aku diam saja, meski pernah melayani 2 laki laki sekaligus, tentu saja aku tak mau terlalu vulllgar menerima ajakannya, tetap harus menjaga image supaya tidak terlalu terkesan murahan. Teringat kembali bagaimana aku melayani 2 tamuku bersamaan di Tretes entah model mana yang dia mau.   "Kamu marah ya, ya udah nggak usah dipikirin, anggap aja omongan orang bingung" kata Edward melihat aku terdiam. Aku beranjak dari tidurku dan duduk di atas tubuhnya, kutatap matanya dalam dalam.   "Emang kamu ingin melakukannya?" tanyaku. Dia diam, hanya anggukan kepala yang menjawab. Kami sama sama diam.   "Kalau kamu maunya gitu, ya terserah saja, toh tamu adalah raja" jawabku sambil memeluknya.   "Benar? nggak marah?" tanyanya seolah nggak percaya.   "Tapi aku belum pernah ngelakuin" jawabku bohong, pura pura lugu.   "Aku juga belum pernah, justru kita perlu coba, kata teman teman sih lebih asik" suaranya masih bergetar.   "Ntar jangan salahkan aku kalo nggak bisa muasin kamu" kataku lagi.   "Ah nggak, namanya juga nyoba". Aku terdiam, begitu juga dia.   "Lalu bagaimana dengan.."   "Masalah uangnya kamu nggak usah khawatir, aku ngerti kok" dia memotong pertanyaanku seakan tahu apa yang ingin aku tanyakan.   "Trus satunya lagi siapa?" tanyaku. Sesaat dia terdiam.   "Ada temanku yang sering ngelakuin bertiga seperti itu, dari dia aku pingin nyoba, tapi kalo kamu keberatan bisa juga orang lain kalo kamu punya kenalan" katanya.   Aku teringat si Hengki, tamuku yang senang juga main bertiga dan aku sangat menikmati berrcinta dengannya baik sendirian maupun bertiga (baca: Live Show), tapi kalo kupanggil dia, pasti kedokku terbongkar bahwa aku pernah main bertiga.   "Terserah kamu sajalah" jawabku pelan, toh dengan siapa saja bukanlah masalah bagiku.   Edward turun dari ranjang, diambilnya HP yang tergeletak di meja, dia menghubungi temannya menawari permainan itu. Aku menyusulnya ke sofa tapi duduk diantara kakinya, kubiarkan dia bicara dengan temannya, tak kuperhatikan bagaimana cara mengajaknya karena aku sudah asik memasukkan peniiisnya ke mulutku, sesekali terdengar desahan di sela pembicaraannya.   "Oke dia menuju kesini, paling 15 menit udah sampai" katanya ketika aku berdiri didepannya, tak kuperhatikan pembicaraannya, aku langsung duduk dipangkuannya. Namun dia menolak saat kucoba memasukkan peniiisnya yang sudah menegang.   "Kita tunggu Raymon aja dulu" katanya sambil mendorong tubuhku turun dari pangkuannya. Aku yang sedari tadi sedang tergantung dalam birahhi tinggi, dengan muka masam meninggalkannya di sofa.   "Sambil nunggu kan bisa pemanasan dulu" kataku seraya memhempaskan tubuhku ke ranjang, dengan sedikit demonstratif kubuka kakiku lebar sambil mempermainkan klitorisku, akupun mendesis tak dibuat buat. Pancinganku berhasil, Edward berdiri menyusulku ke ranjang.   "Kamu memang wanita penggodda" katanya disusul kuluman pada putingku, tanpa menunggu lebih lama, kutarik tubuhnya keatas tubuhku dan kamipun berpelukan bergulingan di atas ranjang.   Tubuh telannjang kami bergantian di atas dan dibawah, saling menindih. Kali ini Edward diam saja saat kusapukan peniiisnya ke bibir vaginnaaku, kami saling bertatapan penuh nafssu, dengan sekali dorong amblaslah peniiisnya mengisi liang kewanitaanku. Untuk kesekian kalinya aku menjerit nikmat merasakan kocokan demi kocokan darinya. Kuraih kepalanya, kudekatkan ke wajahku dan kulumat bibirnya, kami saling memagut dengan gairahnya. Terlupakan sudah Raymon yang sebentar lagi datang bergabung dengan kami.   Meskipun kami berrcinta dengan penuh nafssu, namun tanpa kata seolah sama sama menjaga supaya tidak o*****e, ini terlihat beberapa kali dia menahan gerakan atau bahkan mengeluarkan peniiisnya sejenak lalu memasukkan kembali tak lama kemudian. Akupun melakukan hal yang sama. Edward mulai mengocokku dari belakang, posisi dogie, bak berkuda liar, kami naik turun bukit birahhi tanpa ada niatan menggapai puncaknya.   ..DING ..DONG, bunyi bel pintu membuyarkan konsentrasi kami, tanpa aba aba Edward langsung mencabut keluar peniiisnya dan turun dari ranjang. Dia memintaku mengikutinya menuju pintu. Edward membuka pintu menyambut temannya, aku memeluknya dari belakang sambil menyembunyikan tubuh telannjangku dipunggungnya.   "Wah rupanya kalian sudah pemanasan" sapanya ketika melihat tubuh telannjang kami yang berdiri menyambutnya.   "Habis kamu kelamaan sih, eh kenalin ini Lala" kata Edward setelah menutup pintu. Masih bersembunyi di balik punggung Edward, kusalami Raymon.   "Oh ini toh yang namanya Lala, sudah lama aku dengar nama kamu tapi belum ada kesempatan mencobanya, habis katanya kamu susah sih" kata Raymon sambil menyalamiku.   "Ah nggak juga, mungkin belum jodoh kali" balasku.   "Begitu ketemu langsung berpesta nih" lanjut Raymon seraya menarik tubuhku dari punggung Edward.   "Wow.. perfect body" komentarnya ketika tubuh telannjangku sudah terpampang jelas dihadapannya, sorot matanya sekan hendak menelanku bulat bulat tapi dia tidak bertindak lebih jauh.   "Ed, rupanya kesampaian juga fantasimu ngeroyok seorang cewek" lanjut Raymon seraya duduk di sofa.   "Gara gara kamu juga sih, makanya kupanggil kamu kemari" jawab Edward.   Edward dan Raymon duduk di sofa sedangkan aku dengan tubuh masih telannjang duduk di pinggiran ranjang melihat kedua laki laki itu saling meledek terutama mengenai pengalaman ssexx mereka, terlihat bahwa Raymon mempunyai jam terbang yang jauh melebihi Edward, entah permainannya, masih perlu dibuktikan apakah sehebat omongannya.   *** Bersambung....
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN