Being Sensual

2262 Kata
Abian Hadinata. Ada getaran kecil di hati Deby ketika mengucapkan nama lelaki disampingnya yang baru saja melepaskan genggaman tangan diantara mereka berdua. Abian duduk menyamping disebelahnya, bahkan figure-nya dari samping saja sudah terlihat tampan. Deby sampai diam-diam menelengkan kepalanya, berpikir, bagaimana bisa seorang lelaki yang terlihat sempurna ini tidak dekat dengan wanita manapun dan sengaja menyembunyikan dirinya sebagai si bungsu Hadinata. Abian memiliki kharisma luar biasa dan daya tarik tersendiri. Kulitnya cerah dan bersih, hidungnya mancung, rambutnya hitam tebal dan sedikit panjang karena belum dirapikan, dan daya tariknya adalah, lesung pipi yang membuat lelaki ini terlihat manis, lesung di kedua pipinya yang bahkan sangat terlihat ketika Abian hanya mengulum bibirnya dan mencecap rasa manis alkohol di bibirnya. “Kenapa?” Tanya Abian tiba-tiba dan Deby tak menyadarinya bahwa dia sudah tertangkap basah begitu memperhatikan Abian. “Hah?” Deby meneguk salivanya dan menggelengkan kepala sambil bergerak panik meminum alkoholnya. “Enggak, tadi aku cuma—uhuk, ah, keras banget minuman ini!” Abian terkekeh pelan, dengan halus ia menarik gelas alkohol dari tangan Deby dan menyingkirkannya. “Mau ganti pesanan aja? Lemon tea misalnya?” Deby berdecih. “Aku nggak secupu itu.” “Okay,” Abian masih tertawa kecil dan kembali mendorong pelan gelas Deby. “Pelan-pelan aja minumnya. Chill.” Deby ikut tertawa kecil, lalu kembali memperhatikan Abian yang memakai kemeja dengan lengan yang ditarik hingga ke siku. “Baru pulang kerja?” “Hm?” Abian yang sedikit melamun lalu menoleh menatap Deby, masih dengan senyumnya ia kemudian mengangguk. “Iya. Kelihatan banget ya kayaknya?” “Bukan kayaknya lagi, tapi memang terlihat jelas.” Abian tertawa lagi. Tawa yang membuat Deby mengumpat, sial, pesona Abian Hadinata begitu memikat. Abian memang mudah memikat wanita dengan cara yang sederhana namun memiliki efek besar. Memikat, hanya untuk berteman, bukan untuk menjadi teman dekat. “Kamu sendiri?” Abian kini balas bertanya. “Aku…” ada jeda sejenak sebelum Deby menjawab, karena dia tentu tidak boleh berbicara terus terang pada Abian bahwa dia adalah seorang wartawan. Karena Deby tahu, Abian pasti tidak akan seterbuka itu. “Aku patissier.” Alis Abian langsung terangkat dan dia tersenyum tertarik begitu mendengar jawaban Deby. Bagus, Deby berhasil menarik perhatian seorang Abian Hadinata. Bahkan Deby bisa menilai gerak tubuh seseorang, ketika Abian sedikit memiringkan tubuh menghadap kearahnya, itu artinya Abian mulai tertarik pada obrolan mereka. “Wow, punya toko kue kah? Dimana?” “Hm?” Kini giliran Deby yang agak terkejut dengan pertanyaan itu. “Ya, ya, ada. Di daerah Jakarta Barat. Namanya Cel’s Patiserrie. Kamu boleh datang kapan-kapan.” “Kapan-kapan? Kalau ada waktu aku juga akan datang besok.” Deby tertawa ketika Abian berkata seperti itu. Karena sedetik setelahnya, Deby merutuki dirinya dalam hati. Cel’s Patiserrie adalah sebuah toko kue milik sahabat prianya yang bernama Axiel dan Deby berharap Abian tidak akan datang ke toko kue itu agar Deby tak harus bermain peran lagi. Bersama Abian Hadinata, obrolan mereka berjalan dengan asyik walaupun tidak semestinya. Ya, tidak semestinya. Karena ternyata Abian begitu menjaga tutur katanya dengan orang baru, tidak terlalu menceritakan mengenai dirinya sendiri ke sembarang orang—termasuk orang yang baru saja ia temui seperti Deby. Walaupun Deby telah memperhatikan sedari tadi Abian sudah meminum dua gelas alkohol dan sekarang yang ketiga. Deby sendiri satu gelas tidak habis, karena ia tidak ingin mabuk dan tidak ingin misinya malam ini gagal. Ia melihat Abian sudah cukup diam, lelaki itu hanya berdeham sambil memegangi dahinya dan sedikit menunduk. Terlihat sedikit pusing karena alkohol dan sudah lelah karena pekerjaannya hari ini. Deby kemudian melirik ke meja lain, kearah Liana dan Pinka yang balas menatapnya, tapi kini dengan mata yang mengantuk. Mereka pasti sudah lelah menunggu Deby berbasa-basi dengan Abian dan mereka akan kesal jika Deby pergi begitu saja tanpa mendapatkan laporan berita apapun. Karena kini sejujurnya, Deby sedikit takut harus berinteraksi dengan salah satu keluarga Hadinata. Mungkin ini saatnya. Batin Deby dan kemudian ia dengan sengaja menempelkan lengannya ke lengan Abian yang terbebas diatas meja. Setelah itu Deby memegang pundak Abian dan meremasnya dengan lembut, sambil ia mendekatkan kepalanya dan sedikit menunduk menatap Abian dengan sorot mata khawatir. “Are you okay?” Tanya Deby dengan begitu lembut dan mengeluarkan nada perhatiannya. Abian meliriknya dengan tatapan sayu dan kemudian tersenyum miring, yang sialnya kini membuat debaran jantung Deby sedikit berdetak lebih cepat dari biasanya. Abian kemudian mendekatkan wajahnya kearah Deby dan memiringkan wajahnya—menatap dan memperhatikan wajah cantik Deby yang terlihat sangat natural. Jika diperhatikan, wajah dan fisik Deby memang menarik. “Kamu kelihatan stress banget, ada yang dipikirin ya? Nggak mungkin kamu datang ke tempat seperti ini hanya untuk senang-senang sendirian.” Ucap Deby lagi. Dan akhirnya Abian menganggukkan kepalanya, sepertinya kesadaran Abian mulai menurun. “Kamu nyaman dengan pekerjaan kamu sekarang, Deby?” Tanya Abian. Deby terlihat berpikir sejenak, kemudian mengangguk. “Nyaman. Memangnya kamu nggak nyaman dengan pekerjaan kamu sekarang.” Deby memancing pertanyaan dan Abian kemudian mendengkus. “Yang aku lakukan sekarang bukanlah passion-ku. Bekerja kantoran membosankan, aku lebih senang bekerja dan melakukan hal yang aku suka tanpa memikirkan jabatan dan omongan orang lain. Sayangnya orangtuaku tidak begitu.” Deby berusaha menahan senyum. Ucapan demi ucapan Abian bisa menjadi informasi yang lumayan untuk diterbitkan dan mengobrak-abrik ketenangan keluarga Hadinata. “Memangnya orangtuamu menyuruh untuk bekerja di perusahaan?” Abian menaikkan kedua alisnya dan tersenyum masam. “Harus melakukan intership dulu di perusahaan lain.” “Perusahaan mana?” “Salah satu anak perusahaan keluarga Mayleen.” Jawab Abian dan kemudian ia meneguk alkoholnya lagi. “Keluarga Mayleen?” kini Deby hanya bergumam sendiri sambil melirik Abian yang semakin banyak minum dan mabuk. Sedari tadi Deby sudah menekan rekaman suara di ponselnya secara diam-diam. Ucapan Abian ini benar-benar bisa menjadi berita yang bagus dan sesuai fakta. Lagipula sangat menarik jika orang-orang diluar sana yang penasaran soal keluarga Hadinata mengetahui fakta bahwa keluarga Hadinata juga menjalin hubungan kerjasama dengan keluarga Mayleen—salah satu keluarga Amerika-Tionghoa yang merajai perekonomian Indonesia dari bidang entertaiment, ritel hingga real estate. Bahkan Bram Hadinata—Ayah Abian, jika disandingkan dengan keluarga Mayleen juga masih cukup kalah dalam hal usaha dan kekayaan. Bahkan ada yang pernah berkata jika harta keluarga Mayleen tidak akan habis walau sepuluh turunan sekalipun. Mungkin dilibatkannya si bungsu Hadinata kedalam keluarga Mayleen adalah untuk menjalin kerjasama terselubung. “Sialnya aku harus selalu menghadapi anak tunggal keluarga Mayleen itu. Satu-satunya penerus keluarga Mayleen, wanita yang bahkan tidak boleh lecet sekalipun!” Kini Abian terlihat emosi, ia juga meneguk alkoholnya lagi. “Dia memang wanita menyebalkan!” Deby sontak tertawa kecil, ia semakin tertarik dengan obrolan ini. “Anak tunggal keluarga Mayleen? Si cantik Atsa Mayleen? Dewi fortuna keluarga Mayleen yang dipuji banyak orang?” Abian mendengkus keras dan tertawa muak. “Dibalik sifatnya yang bak bidadari dihadapan banyak orang, dia adalah wanita yang amat sangat menyebalkan dan membuatku hampir tercekik setiap harinya karena semua ulahnya!” “Memangnya dia kenapa?” Abian lalu menghela napasnya, dia merasa terlalu mabuk dan cukup banyak bercerita. Ia kemudian melepaskan tangan Deby yang kini memegang lengannya. “Sebaiknya aku pulang.” Abian lalu tertawa kecil. “Aku merasa terlalu kacau.” “Hah? Ayolah, jangan pulang.” Dengan gerakan yang cepat, Deby akhirnya melakukan pencegahan agar Abian tidak pergi darinya dengan begitu saja setelah mendapatkan informasi. Deby merencanakannya dengan Liana dan Pinka, yaitu melakukan cara kotor dengan mencampur minuman Abian dengan sebuah obat yang membuat Abian menjadi terangsang kepada Deby, yang nantinya akan membuat Abian terjebak dengan Deby untuk sementara waktu dan Deby bisa lebih banyak mendapatkan informasi mengenai keluarga Hadinata. “Temani aku sebentar… saja. Satu gelas minuman lagi.” Deby kemudian menyerahkan kembali minuman itu pada Abian. “Ayolah, aku butuh teman ngobrol malam ini. Biar nggak terlalu stress, begitu juga dengan kamu, kan?” Abian menatap Deby tak enak hati. Pada akhirnya ia kembali duduk dan meminum minumannya kembali hingga tandas. Abian mengernyitkan dahinya, sekarang tenggorokannya benar-benar merasa terbakar. “Jadi,” Deby lalu kembali menyentuh lengan Abian dan mendekatkan tubuhnya. “Ceritakan aku lebih banyak soal Atsa.” Abian terdiam hanya mengangkat kedua alisnya. Seharusnya ia tidak menceritakan keburukan boss-nya sendiri dihadapan orang lain. Apalagi orang yang Abian bicarakan ini adalah Atsa—wanita garang seperti macan dan bahkan juga mulutnya berbisa seperti ular. “Ayolah, Bian.” Entah kenapa ketika mendengar suara rajukan Deby malah membuat Abian menatap wajah cantiknya dan pikirannya mengarah kearah lain. Deby kemudian dengan sengaja mengelus sensual kulit lengan Abian dengan jemari lentiknya dan menempelkan dagunya di bahu Abian. “Semenyebalkan apa Atsa sampai bisa membuat kamu lebih memilih mabuk seperti ini?” “Dia—” Sial! Tenggorokan Abian benar-benar merasa terbakar dan panas. Tidak hanya tenggorokannya, melainkan tubuhnya juga terasa panas saat Deby dengan sengaja semakin mendekatkan tubuhnya pada Abian, sampai payudaranya menekan lengan Abian. Bahkan aroma parfum Deby yang seperti aroma mawar yang begitu lembut membuat pikiran Abian semakin berfantasi liar. Abian mengerjapkan matanya dan menggelengkan kepalanya agar ia cepat sadar. Namun rasanya kesadarannya semakin menurun dan ia semakin ingin menjamah tubuh Deby saat ini juga. Benar-benar pikiran yang gila! “Kenapa, Bian? Kok diem?” Tanya Deby dengan lembut, sengaja memancing. Abian lalu menoleh dan betapa terkejutnya ia saat menyadari bahwa jarak wajah Deby dengan wajahnya hanya sepersekian inci. Abian sontak meneguk salivanya, membuat jakunnya naik turun ketika ia menjatuhkan pandangannya pada bibir Deby dengan warna merah muda yang merekah dan terlihat lembab. “Kamu tahu, Bian. Aku senang bertemu kamu malam ini.” “Kenapa?” Abian dengan susah payah mengeluarkan suaranya, karena ia merasa terlalu gugup malam ini. Tidak pernah rasanya ia lepas kontrol dan begitu ingin mencium bibir wanita asing dengan begitu kerasnya. Abian benar-benar membayangkan bagaimana mencium bibir ranum Deby, melumatnya dengan lembut dan akan berubah dengan lumatan dalam ketika Deby membalas ciumannya. Bayangan itu membuat otak Abian kacau dan seluruh tubuhnya semakin terasa panas. Abian tidak tahu saja bahwa efek obat perangsang itu sudah mulai bekerja. “Aku senang aja bisa jadi teman ngobrol kamu malam ini. Bahkan racauanmu malam ini, menarik.” “Menarik?” Abian mengulangi kata itu. “Iya.” “Mau tahu apa yang lebih menarik?” Kini Abian juga ikut memancing, ia tidak bisa diam saja disaat ia juga sudah ingin melakukannya dengan Deby. “Apa itu?” Deby ikut mendekatkan wajahnya, bahkan ujung hidung mereka hampir bersentuhan. “I’m drawn to you.” Ucap Abian dengan suaranya yang serak dan berat. Ia tak menahan diri lagi dan langsung melumat lembut bibir Deby. Bahkan Deby tersenyum samar dalam ciumannya. Ia tak sungkan untuk langsung membalas cumbuan dari Abian Hadinata. Rasanya Deby ingin berteriak dalam hati, karena ia berhasil menarik Abian kedalam jebakannya dan ia juga bisa mencium lelaki tampan seperti Abian. Deby kemudian mengalungkan lengannya ke tengkuk Abian, telapak tangannya mengusap bagian tengkuk belakang Abian dan begitu juga dengan Abian yang mengusap rambut Deby, menekan bagian belakang kepala Deby agar ciuman mereka semakin dalam. Keduanya saling melumat, mencumbu mesra. Tangan Abian bergerak turun ke lengan Deby, kemudian ke pinggang rampingnya dan menekannya lembut. Bahkan dengan berani, Deby menggigit bibir bagian bawah Abian, membuat Abian membuka mulutnya dan mempersilahkan lidah Deby masuk kedalam mulutnya, membuat ciuman keduanya semakin dalam dan tubuh mereka semakin dekat. Kepala Abian rasanya ingin pecah, ingin meledak merasakan ciuman luar biasa ini. Deby benar-benar seorang wanita yang pandai dalam berciuman. Rasanya sudah lama sekali Abian tidak mencium wanita sepanas ini. Hingga oksigen diantara keduanya terasa menipis, Abian dengan terpaksa mengakhiri ciuman mereka. Tapi tak sampai disitu, karena setelahnya Abian menyibakkan rambut Deby dan mencumbu mesra leher Deby yang terasa harum. Deby mengulum bibirnya dan mengusap rambut Abian. Diam-diam ia melirik kearah Liana dan Pinka yang sampai membekap mulut mereka sendiri karena sangat terkejut bahwa Deby benar-benar melakukan rencana gila mereka dan sekarang, Abian sangat terangsang pada Deby dan terlihat ingin bercinta dengan Deby saat ini juga. “Bian?!” Abian langsung tersentak dan menarik diri dari Deby ketika barista Secret Bar menegurnya. Barista itu hanya berdecak dan melemparkan keycard pada Abian. “C’mon, dude. Lo kaya banget dan seharusnya bisa beli hotel di Secret Bar. Bukan menyewa kamar lagi, tapi membeli hotelnya!” Abian tertawa kecil, namun sebelum menerima keycard itu di tangannya, Deby terlebih dahulu menggenggam keycard itu dan menatap Abian dengan pandangan nakal. “Shall we?” Abian kemudian turun dari kursi dan memegang pinggang Deby, membantu wanita itu turun dan kemudian merangkul pinggangnya. Walaupun berjalan sedikit tidak stabil dan Abian terus ingin mencium bibir Deby walaupun mereka sedang menunggu lift sekalipun. “Gila, Deby gila banget!” Ungkap Pinka hampir berteriak. Liana hanya tertawa kecil dan merasa puas dengan usaha Deby untuk bisa mendapatkan berita soal keluarga Hadinata. “Sebentar lagi kita bertiga akan jadi anak kesayangan pak boss, Pinka!” “Yoiii!” Sedangkan Pinka dan Liana berteriak kegirangan sambil menikmati cocktail mereka, para bodyguard Abian hanya mengernyit dari jauh dan mengawasi. Tidak paham kenapa Abian yang biasanya selalu bisa bergerak sesuai kontrol kini akan check in hotel bersama wanita asing. Wanita asing yang setelah berhubungan dengan Abian malam ini, akan ditandai oleh keluarga Hadinata dan hidupnya tidak akan aman. Deby belum tahu, bahwa sebenarnya ia tidak boleh main-main dengan salah satu anak dari keluarga Hadinata dan bergerak diluar kontrol keluarga mereka. --- Author Note Hai! Bian sayangnya kalian kembali lagi! Jangan nethink dulu sama Abian, lah. Ikuti terus yuk ceritanya! Dan jangan lupa tinggalkan komentar serta tekan love di bagian sinopsis untuk menambahkan cerita ini ke reading list kamu. Follow me on IG: segalakenangann
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN