Prolog

549 Kata
Raga mengerjap saat silau cahaya yang hangat menerpa kulitnya wajahnya. Dan saat ia membuka mata hal pertama yang ia lihat adalah cahaya terik matahari yang terhalangi rindangnya pohon di atasnya. Seketika Raga segera menegakkan punggungnya saat samar-samar mengingat apa yang terjadi semalam. Ia menoleh ke segala arah dan mendapati dirinya terbaring di atas bangku taman yang ia ketahui taman ini tak jauh dari rumahnya. Kedua tangan dan kakinya tak lagi terikat begitu juga kain di mulut juga tudung yang menutupi wajahnya telah lenyap. Ia menatap tangannya dengan pandangan tak terbaca dimana terlihat bekas ikatan kencang yang membekas di pergelangan tangan.  Deg! Mata Raga melebar melihat sesuatu yang menjadi jejak apa yang dilaluinya semalam. Seketika tangannya terkepal kuat di atas bangku taman yang ia duduki dan menatap nanar celananya. Tepat di sana terdapat jejak noda darah dan itu adalah bekas penyatuannya semalam dengan wanita tak dikenal yang memp3rkosanya.  Di saat itu juga matanya menangkap lembaran uang dalam saku celananya. Bukan hanya saku depan, saat ia merasakan ada yang mengganjal duduknya, rupanya itu adalah lipatan uang yang terselip di saku belakang celananya.  Glek! Raga menelan ludah kasar. Tangannya yang gemetar mengambil seluruh uang dari saku celananya dan menatapnya dengan pandangan tak terbaca dimana bibirnya juga terlihat bergetar. Entah berapa banyak jumlah uang itu tapi sepertinya lebih dari seratus lembar uang pecahan seratus ribu.  Trap! Gigi Raga bergemeletuk dengan tangan yang meremas uang-uang itu kemudian membantingnya ke tanah. Sudah sangat jelas uang itu pastilah sebagai bentuk bayaran untuknya dan hal itu benar-benar membuatnya seperti ditenggelamkan dalam kubangan kotoran. “Argh!” Raga berteriak sekuat-kuatnya hingga tenggorokannya sakit dan menjambak rambutnya frustasi. Ia marah pada dirinya sendiri yang tak bisa melakukan apapun dan kalah dari seorang wanita. Dan yang amat sangat membuatnya marah adalah bahwa wanita itu menganggapnya seperti gigolo dengan meninggalkan uang bayaran. Kedua tangannya memukul bangku dengan keras. Rasa sakit di tangannya tak sebanding dengan rasa sakit mengingat harga dirinya sebagai seorang laki-laki diinjak-injak, dilecehkan dan dijatuhkan-sejatuh jatuhnya. Ia bersumpah, ia bersumpah tidak akan memaafkan wanita itu dan akan mencarinya hingga lubang semut sekalipun.  Perlahan Raga tertunduk dengan kedua tangannya yang menutupi wajah. Raut wajahnya seketika berubah. Satu tangannya perlahan turun dan terkulai lemas di atas paha dan satu tangannya tetap menutupi sebagian wajahnya dimana matanya terlihat memancarkan kebencian yang besar. Mulai hari ini tujuannya adalah menemukan wanita itu meski ia tak memiliki bekal apapun. Tak ada bukti sama sekali yang tertinggal kecuali satu, wanita itu masih perawan. Sayangnya itu bukanlah sebuah petunjuk yang dapat membuatnya menemukan wanita itu. Tapi Raga tak peduli, apapun yang terjadi dan entah bagaimanapun caranya ia akan menemukannya cepat atau lambat. Akan ia balas wanita yang telah melecehkannya, membalasnya dengan rasa sakit lebih menyakitkan dari apa yang ia rasakan sekarang.  Bukan hanya wanita, seorang pria juga bisa merasakan luka yang sama ketika menjadi korban p3lec3han. Raga merasakannya, merasakan betapa memalukan dan lemahnya ia sebagai seorang pria. Ia sakit, dan satu-satunya obat adalah memberi sakit yang lebih menyakitkan pada wanita itu. Wanita tak dikenal yang menghilang bak ditelan bumi setelah mendapatkan apa yang ia mau. Akankah Raga dapat menemukan wanita itu? Dan dapatkah dinginnya hatinya yang beku karena kejadian malam itu luluh sebelum niat membalas dendamnya terwujud? Hanya sepenggal kisah seorang Garaga Jupiter yang menjadi korban keegoisan gadis gila tak dikenal hingga menjadikannya pria dingin tak berperasaan.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN