Bagian 1

1484 Kata
"Pergilah ke dunia manusia," ucap Wizard Berta kepada Reynart dengan wajah seriusnya. "Untuk?" tanya pria itu dengan sejuta kebingungan di sana. "Bukankah kau sedang mencari tahu di mana mate mu? Dalam pandanganku, tidak begitu jelas memang. Tetapi, mate mu sekarang ada di dunia manusia." "Aku sudah lama tinggal di sana. Jika dia memang berada di dunia manusia, bukankah seharusnya kita sudah bertemu?" sahut Reynart. Wizard Berta menggeleng. "Kau salah, Nak. Berusahalah sedikit, maka kau akan menemukan tujuanmu. Pergilah ke daerah utara. Di sanalah tujuanmu saat ini." *** Pembicaraannya dengan Wizard Berta kemarin membuat Reynart menjadi bingung antara tetap ke dunia manusia atau tidak. Tepat di saat itu Vera sang adik berkunjung ke rumah bersama dengan putranya yang masih kecil. Lihatlah, bahkan Vera sudah bahagia dengan keluarganya. “Ibu mana, Kak?” tanya Vera sembari mengambil tempat duduk tepat di samping sang kakak. Reynart memperhatikan interaksi Vera dan anaknya. Ini sungguh miris bagi diri Reynart sendiri. “Ke pasar.” Vera mengangguk paham. “Vera … aku ingin bertanya,” ujar pria ini tiba-tiba dan langsung mendapat perhatian dari sang adik. “Bisakah untuk sementara waktu ibu dan ayah tinggal bersamamu?” Kernyitan bingung timbul di dahi wanita itu. “Kak Reynart ingin pergi?” Seperti sudah hapal dengan sifat kakaknya, Vera pun berhasil menebak. Reynart mengangguk sebagai jawaban. Tentu Vera curiga karena sudah lama sekali sang kakak tidak bepergian. Dan apabila sang kakak meminta ia menjaga orang tua mereka, itu artinya kemungkinan Reynart akan pergi dalam jangka waktu yang lama. “Ke mana Kakak akan pergi?” tanya Vera. Reynart mengembuskan napas beratnya. “Ke suatu tempat. Aku tidak bisa memberitahu sekarang,” jawab Reynart. Dia memang sengaja tak berkata jujur jika pergi ke dunia manusia untuk mencari mate. “Baiklah. Kakak bisa pergi.” “Terima kasih.” Setelah berbicara dengan sang adik, Reynart mulai menyiapkan keberangkatannya itu. Meskipun sang adik tak bertanya lebih, tetapi Mr dan Mrs. Martin tentu bertanya-tanya ke mana sang putra akan pergi saat itu. Hari keberangkatan Reynart pun ia percepat. Reynart tak ingin menunda-nunda lagi. Sudah cukup segala penantian ratusan tahun ini. Dia berpamitan kepada seluruh keluarga. Reynart juga berpesan pada mereka apabila Luc dan Axele menanyakan tentang dirinya, diharap mereka mengatakan jika ada hal penting yang harus Reynart selesaikan. Reynart sengaja tak mengabari dua sahabatnya itu. Karena sekali lagi Reynart yang tertutup tak ingin membuat keduanya ikut dalam pencarian ini. Lagi pula Luc dan Axele harus fokus dengan keluarga mereka. Mr. Martin yang merupakan ayah dari Reynart merasakan ada yang janggal dari putranya itu. Seperti ada hal yang sedang disembunyikan. Sayangnya Reynart benar-benar tak ingin memberitahu siapa pun. Bahkan pria ini tak membiarkan keluarganya mengantar ke hutan. Jadi perpisahan itu terjadi tepat di depan rumah. Dia sengaja tak melakukan perpisahan di sana karena dia tak ingin keluarganya tau bila dirinya menuju ke dunia manusia lagi. Sudah lama sekali sejak terakhir kunjungan mereka ke dunia manusia. Pria ini pun mulai membuka portal di tengah hutan. Reynart memasuki portal itu dengan harapan bisa segera mungkin bertemu dengan sang mate. Hal pertama yang Reynart lakukan di dunia manusia adalah mencari tempat tinggal yang pas. Akhirnya Reynart memutuskan untuk membeli rumah di salah satu perumahan elit yang tentu saja akan terasa sepi, cocok seperti karakter Reynart yang tak menyukai keramaian. Dan betapa beruntungnya Reynart ketika tahu jika pemilik perumahan itu adalah salah satu teman yang pernah belajar di satu tempat yang sama dengannya ketika di dunia manusia dulu. Namanya Elijah. Dunia ini memang sempit. Dari sini Reynart pun menceritakan jika kedatangannya ke dunia manusia lagi untuk bisa menemukan mate. “Aku cukup sedih mendengar ceritamu, Rey,” kata Elijah di sana. Reynart memaksakan senyumnya. “Bagaimana denganmu?” tanya Reynart. “Aku sudah menikah dan memiliki dua anak.” Dunia memang terasa adil untuk orang lain, tetapi tidak untuk Reynart. Melihat perubahan ekspresi Reynart membuat Elijah menjadi tidak enak hati. Pria ini menepuk pundak Reynart untuk memberi sedikit dorongan. “Ayolah, aku yakin sebentar lagi mate mu pasti akan datang,” ucapnya. Reynart mengangguk. “Jadi … apa rencana pertamamu? Aku akan membantu sebisa mungkin. Tenanglah, aku cukup hapal dengan segala hal di kota ini.” Reynart bersyukur bila ada yang membantunya di sini dan sedikit tak merasa sendirian. “Aku mendapat pandangan dari wizard tertua bila mate ku ada di sisi utara dan aku mencoba mencari di daerah ini lebih dulu,” ungkap Reynart. “Aku memiliki saran.” Pandangan Reynart tertuju pada Elijah. “Bagaimana jika kau mendirikan bisnis dan merekrut pekerja baru dengan menyebarkan lowongan kerja?” “Itu tidak mungkin, El. Apa yang akan terjadi jika pada akhirnya aku tidak bisa meneruskan binsis itu? Tidak mungkin aku memecat mereka. Aku pun nanti pada akhirnya akan kembali ke dunia immortal.” “Hei. Kau lupa berhadapan dengan siapa? Aku akan meneruskan dan menjaga amanahmu ini. Jika pada akhirnya kau akan kembali ke dunia immortal, biar aku yang meneruskan bisnismu. Akan aku pastikan semua pekerjanya akan tetap bekerja.” Reynart terdiam untuk berpikir sejenak. “Percayalah padaku, Rey. Mungkin dengan begini akan memudahkanmu untuk menemukan mate,” imbuh Elijah. Nampak Reynart yang sedikit bimbang, tetapi dia tetap mengangguk setuju. “Tenang. Aku akan membantumu dengan penuh,” kata Elijah dengan penuh keyakinan. Bersama Elijah lah pada akhirnya Reynart memulai hidupnya kembali di dunia manusia. Sedikit bercerita tentang sosok Elijah. Elijah adalah seorang wizard yang tinggal di dunia manusia sejak lama. Pria ini mendapatkan mate nya seorang manusia dan kini telah memiliki dua anak. Elijah hidup bahagai bersama pasangan mate yang sudah ia rubah menjadi sama seperti dirinya. Elijah memang harus merubah istrinya itu agar keduanya bisa terus hidup bersama. Akan tetapi mereka memutuskan untuk menetap di dunia manusia dibandingkan dunia immortal. Satu tahun berlalu. Terlihat jalanan begitu padat dan banyak mobil berlalu lalang dari kedua arah. Di hiruk pikuknya keramaian di pagi ini, terlihat seorang wanita baru saja turun dari bus. Orang-orang yang menunggu di halte bus bergantian masuk di sana. Wanita itu dengan sigap menjauh dari keramaian dan berjalan lebih cepat di depan sana. Kaki jenjang membawanya berhenti di bangunan tinggi di depan sana. Dia mengambil napas dalam dan mengeluarkannya perlahan. Cila Ruby Scarlet, lulusan baru yang nekat memasukkan lamaran pekerjaan di perusahaan yang Reynart pimpin. Cila mencoba peruntungan mendapat pekerjaan yang layak demi membiayai ibu dan adiknya yang masih sekolah. Wajahnya cantik dengan rambut yang tergerai rapi di kepalanya. Dan jangan lupakan aura posisif yang selalu ia sebarkan kepada orang sekitar. Cila sudah memasuki bagian dalam perusahaan itu. Terlihat juga para pekerja sudah banyak yang datang. Cila yang sudah tau bila dia harus menuju ke lantai dua pun bergegas masuk ke dalam lift bersama dengan pekerja lain dan orang-oang yang sepertinya akan ikut mendaftar sebagai pekerja di sana. Wanita ini keluar dari dalam lift, dan bisa terlihat banyak orang yang menunggu giliran untuk masuk yang pada dasarnya tes belum dimulai. Tak beberapa lama terlihat orang berpakaian rapi memasuki sebuah ruangan yang katanya akan dilakukan tes wawancara langsung di sana. Melihat banyaknya orang yang mendaftar membuat wanita ini sedikit berkecil hati, tetapi dia tetap mencoba meyakin bila dirinya pasti bisa. Semua orang menunggu giliran mereka masing-masing. Tetapi ada satu hal yang tak Cila mengerti. Di saat seperti ini dia selalu ingin ke kamar mandi. Terpaksa wanita ini mencari kamar mandi, dan kebetulan gilirannya masih cukup lama. Dia masih memiliki waktu. Cila memasuk ke salah satu bilik kamar mandi saat itu. Dari luar dia mendengar suara langkah kaki yang ikut masuk. “Bukankah katanya Pak Rey ikut akan menyeleksi langsung pelamar-pelamar ini?” Cila mendengar suara seseorang di luar. Sepertinya pekerja di kantor ini sedang membicarakan seseorang. Entahlah, Cila tidak mengenal juga. “Mungkin. Entahlah. Kau tau sendiri kalau Pak Reynart tak mungkin repot melakukan itu. Biasanya juga Pak Elijah.” “Hei, apa kau tidak ingat jika dia sedang cuti untuk bisa bersama dengan keluarganya?” “Ah. Enaknya menjadi Pak Elijah yang bisa cuti sesuka hati.” “Kau harus jadi istri Pak Rey dulu baru bisa cuti sesuka hatimu haha. Sudahlah, ayo kita kembali.” Mendengar suara-suara itu telah menjauh, Cila pun akhirnya keluar dari bilik. Akan sangat awkward sekali jika dia keluar tadi. Dan juga dia tak ingin dituduh sebagai penguping. Cila pun mulai membenarkan penampilannya. Sempurna. Dia sudah siap untuk ikut tes wawancara. Cila pun membuka pintu kamar mandi bertepatan dengan seseorang yang membukanya dari luar. Bola mata Cila membulat sempurna ketika mendapati seorang pria hendak masuk ke dalam kamar mandi tersebut. “Yak! Apa yang kau lakukan di sini?!” tegurnya dengan suara yang tak bisa terkontrol. Bukannya menjawab, pria itu malah menggeser bahu Cila dan buru-buru masuk. Cila yang melihat itu pun langsung mengikutinya. Tetapi dia kalah cepat karena pria itu sudah masuk ke dalam bilik yang tadinya Cila masuki. Cila yang sama sekali tak mengenal pria tadi mencoba untuk berjaga-jaga. Siapa tau pria itu hendak melakukan tindakan buruk di kamar mandi wanita. Hell. Apa perusahaan ini tidak ada kamar mandi pria?
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN