Main Cantik

768 Kata
Main Cantik Aja Deh "Ibu mau apa?! Jangan gampang ringan tangan, apalagi mengancam akan memecat. Semua yang bekerja di rumah ini saya yang bayar, dan hanya saya yang bisa memecatnya! Ingat di sini, Ibu itu hanya tamu! Jangan sok berkuasa!" ucap Izzah yang tak lagi bisa menahan amarahnya. Izzah yang sudah sangat emosi itu mencengkeram tangan ibu mertuanya dengan keras, dia memang tak suka dengan orang yang sombong dari dulu. Bu Citra, dan anak-anaknya, tentu amat kaget dengan apa yang dilakukan Izzah. Mereka tak menyangka, jika Izzah yang terlihat amat lugu dan pendiam itu, bisa berbuat seperti ini. "Maaf...maafkan ya menantu, Nak Izzah. Habisnya aku itu kesel dengan pembantu ini, kerjaan kok nggak ada yang beres sih," ucap Bu Citra sambil meringis kesakitan. Selain mencengkeram dengan erat, Izzah juga sedikit memelintir tangan kiri ibu mertuanya itu. Sejak pertama bertemu dengan keluarga Alif, dia sudah tahu jika mereka ini akan menjadi benalu nantinya. Dari sorot mata saja, Izzah sudah bisa melihatnya. Setiap orang yang baru bertemu dengan Izzah, mungkin memang selalu mengira dia adalah gadis yang pendiam, penurut dan tak berani melawan orang lain. Namun bagi yang sudah mengenalnya, itu hanya kamuflase saja, karena sesungguhnya dia adalah orang yang tegas dalan segala hal, apa yang menurutnya tak benar, maka akan selalu diprotesnya. "Kuingatkan sekali lagi ya, Bu. Jangan sok merintah dan berkuasa di rumah ini!" ucap Izzah sambil menghempaskan tangan Bu Citra. "Izzah! Apa-apaan kamu, Nak?!" tanya Pak Hasan yang tak suka melihat anaknya berbuat seperti itu. "Kalau nggak keterlaluan, aku juga nggak akan berbuat seperti itu, Pa! Hargai dong sedikit jerih payah orang lain!" ucap Izzah kesal sambil bersedekap d**a. "Tapi kamu tetap harus bersikap sopan pada orang yang lebih tua! Ayo cepat sekarang minta maaflah pada ibu mertuamu!" ucap Pak Hasan lagi. Mendengar ucapan Papanya itu, Izzah tak terima, karena dia tak bersalah, kenapa harus minta maaf? Kemudian dia pun meninggalkan ruang makan tanpa pamit, dan segera lari ke taman belakang. "Maafkan Izzah ya, Bu. Maklum masih muda, masih suka marah, hehehe. Silahkan dilanjut lagi sarapannya...Karmi, bukinkan Bu Citra telur dadar yang mereka mau, ya." Pak Hasan berkata sambil tersenyum, yang dibalas anggukan oleh Bik Karmi. "Iya, Pak. Saya nggak nyangka loh, jika Nak Izzah akan berani berbuat seperti itu, Pak. Apa mungkin dia sedang datang bulan ya, Pak? Anak perempuan kan harusnya lemah lembut, dan baik sama ibunya suami. Tolong ya, Pak, nanti Nak Izzah itu dinasehati lagi, biar lebih baik ya, Pak. Karmiii...cepetan ya jangan lama-lama!" Bu Citra yang merasa dibela, malah nesar kepala, dan makin tak tahu diri. "Iya, Bu. Memang hari ini Izzah katanya sedang datang bulan, sekali lagi saya minta maaf ya, Bu. Silahkan dilanjut sarapannya, saya mau belakang dulu ya, Bu," ucap Pak Hasan sambil melajukan sendiri kursi rodanya. Sepeninggalan Pak Hasan, keluarga benalu itu mulai berbisik, sambil melanjutkan sarapan. Tentunya mereka makin besar kepala, karena merasa di spesalkan oleh Pak Hasan. "Aku nggak nyangka lo, Bu. Jika si mbak Izzah itu seberani itu, padahalkan kita baru saja sampai di sini. Ternyata sifatnya tak seperti penampilannya ya, " ucap Vega sambil makan. "Iya, bener, Ibu juga kaget kok. Apa memang tadi ibu yang keterlalun ya?" ucap Bu Citra. "Ah...nggak kok Bu, jika aku jadi ibu, malah pembantu tak tahu diri itu langsung kutampar! Sudahlah, biarlah si Izzah itu mau ngapain, yang penting kan Pak Hasan ada di pihak kita, nggak usah khawatir deh!" ucap Devi sambil trrsenyum jahat. "Iya juga sih, kita harus manfaatkan kebaikan Pak Hasan itu, hahaha. Nikmati deh apa yang ada di rumah ini, hahaa! Yuk kita habiskan semuanya!" Keluarga yang tak tahu malu itu, pun kembali makan dengan rakusnnya. "Izzah, maafkan papa ya, Nak. Papa tahu kamu mggak suka dengan sikap Bu Citra, dan jujur papa pun tak suka. Tapi sebisa mungkin, kita harus berusaha jaga sikap, di depan mereka, apalagi mereka kan keluarga dari suamimu, patut dihormati. Jika memang menurutmu perbuatan mereka keterlaluan lagi, lebih baik tak main fisik, tapi kita main elegan saja, Nak. Tak semua harus di selesaikan dengan kekerasan fisik kan? Ingat, Nak. Papa akan selalu mendukungmu dalam segala hal, karena kamu adalah permata hati Papa. Apapun yang papa katakan adalah untuk kebaikanmu sendiri, Nak. Karena papa tak ingin, orang lain akan berpikiran dan memberi label yang buruk padamu," ucap Pak Hasan panjang lebar. Mendengar ucapan Papanya itu, hati Izzah meluluh, dan dia langsung memeluk Pak Hasan. Tanla diucapkan pun, dia sudah tahu jika papanya sangat menyayanginya. Dia pun membenarkan perkataan papanya itu, kadang kekerasan fisik hanya menimbulkan kesan buruk padanya. Dan dia pun siap melawan apa yang akan dilakukan keluarga benalu itu dengan cara yang cantik, seperti apa yang diucapkan Papanya tadi.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN