Sepeninggalan Jessica, Ansel kini memikirkan di tempat mana seharusnya ia menghubungi nomor tersebut. Otaknya mulai berpikir, lalu merasa putus asa kala mengingat apartemen Jessica bukan pilihan yang tepat baginya. Pria itu berharap bisa kembali ke apartemennya saat ini, ia memerlukan ruangan yang privat untuk melancarkan penyelidikan terhadap orang yang begitu sering menghubungi Jessica. Dalam perjanjian sudah jelas jika ia harus selalu ada di samping Jessica, ia juga tidak bisa begitu saja melanggar kontrak, dan memutuskan pergi keluar tanpa izin dari wanita tersebut. “Sial sekali,” gumam Ansel sambil bersandar pada sofa, dipasangnya wajah lelah, dan ia memijat keningnya dengan sedikit lebih kuat. Saat ini kepalanya sungguh pusing, sekarang dalam hatinya hanya ingin meninggalkan apar

