Jessica dan Ansel saling tatap, ucapan yang keluar dari bibir wanita itu sukses membuat Ansel termangu. Pria itu tak menyangka jika Jessica ingin memonopoli dirinya selama dua atau tiga bulan, menjadikan dirinya sebagai tawanan, dan membuatnya harus melakukan hal tak berguna seperti membuat seorang wanita jatuh cinta.
Jessica menarik napasnya, ia kemudian memerhatikan Ansel yang juga masih terlihat bingung dengan ucapannya.
“Baiklah, aku akan menyiapkan surat perjanjian. Ansel, kau bisa menemani Nona Jessica, dan perlakukan dia dengan baik.”
Ansel menatap atasannya, ia kemudian mengusap wajahnya. Setelah sang atasan pergi dari ruangan tersebut, Ansel kembali mengusap wajahnya.
Jessica menahan napasnya, ia kemudian perlahan menjauh dari Ansel, lalu memungut semua barang-barangnya. Wanita itu merasa sangat lega kala Ansel masih terpaku, ia bisa merasakan ruangan tempatnya memanas, dan itu sudah pasti karena Ansel sedang kesal atau mungkin sangat marah padanya.
Tapi … salahkan saja Ansel yang bekerja di tempat seperti itu. Bukan salahnya jika menginginkan pria itu bekerja untuknya. Toh … dia membayar menggunakan uang, bukan menggunakan daun.
Kembali lagi pada Ansel, pria itu akhirnya bisa mengendalikan diri. Ia segera menatap Jessica. “Apa kau pikir ini tempat mencari pacar sewaan?”
“Kau Host, dan kau juga laki-laki bayaran. Lantas, apa bedanya?”
Ansel yang mendengar jawaban Jessica menatap tidak percaya. Oke … dia memang seorang pria sewaan. Tetapi setiap pekerjaan pria yang disewa oleh wanita itu jelas berbeda.
Host memiliki tugas menemani pelanggan untuk bicara dan melakukan hal yang wajjar agar pelanggannya merasa senang.
Gigolo bisa melayani wanita, memuaskan hasrat wanita yang menyewa mereka, dan mereka juga menjadi orang-orang yang kadang harus melayani sesama pria hanya karena uang dan alasan pria itu adalah pelanggan tetap.
Pacar sewaan bertugas sebagai orang yang disewa dalam jangka panjang, memiliki batas waktu yang jelas, dan bisa digunakan oleh satu orang saja selama masa perjanjian itu berlaku.
“Kenapa kau menatapku?”
“Tidak, aku hanya merasa sangat bingung.”
Jessica tak peduli, ia jelas sekali tak ingin berdebat dengan Ansel.
Ansel yang sudah tak tahu harus mengatakan apa hanya duduk. Seandainya ia tahu kejadiannya akan seperti ini, maka ia juga tidak akan mau datang untuk memenuhi panggilan sang atasan.
Kedua orang itu kemudian memutuskan untuk sama-sama diam, mereka mulai berkonsentrasi pada urusan dan pikiran masing-masing.
Beberapa waktu kemudian, atasan Ansel kembali datang. Ia membawa beberapa berkas yang harus Jessica tandatangani, lalu ia segera menghampiri Jessica dan juga Ansel.
“Baiklah, aku sudah selesai membuat surat perjanjian. Nona, Anda bisa membaca, lalu memberikan tandatangan jika setuju.”
Jessica mengangguk, ia kemudian membaca satu per satu kata yang ada pada surat itu. Jessica juga terlihat sangat berkonsentrasi, bahkan mencoba untuk mencerna semua maksud dan tujuan yang ada di dalam surat perjanjian.
Sementara Jessica masih sibuk dengan surat perjanjian, Ansel menatap atasannya. Mereka terlihat saling berdebat dari tatapan, dan Ansel bertambah kesal karena atasannya terlihat tidak peduli sama sekali.
‘Dia baru saja menjualku, dan dia sedang merasa sangat senang karena mendapatkan banyak uang. Dia atasan yang sungguh menyebalkan!’ Ansel membuang muka, ia kemudian melirik Jessica yang sedang membaca surat perjanjian. Wanita itu terlihat sangat teliti, bahkan ada beberapa poin yang dicoret, dan ada pula yang di ubah.
Setelah puas memerhatikan Jessica, Ansel menatap pada ponselnya. Sudah sangat banyak pesan dari para pelanggan, menanyakan keberadaannya, dan ada pula yang mengatakan mereka sangat memerlukan saran untuk beberapa masalah.
Ansel menghela napas, dan saat ia melirik ke arah Jessica wanita itu masih belum selesai dengan bacaannya. Merasa penasaran Ansel segera berdiri, ia melirik pada kertas yang Jessica baca, dan betapa kagetnya ia saat menemukan Jessica sedang menyalin ulang semua tulisan yang sudah atasannya berikan.
Bahasa yang Jessica gunakan juga sangat sederhana, bisa dimengerti, dan terlihat jauh lebih baik daripada milik sang atasan.
Ansel kemudian kembali duduk. ‘Aku akan hidup bersama wanita super aneh, dan aku pasti akan mati karena bosan.’
Dua menit berlalu, dan Jessica sudah selesai dengan semua pekerjaannya. Wanita itu kemudian membubuhkan tandatangan, ia kemudian menatap atasan Ansel yang kelihatannya sangat bingung.
“Aku sudah merevisi semua isinya, dan sekarang akan lebih dimengerti. Terlalu banyak pengulangan kata, bahkan ada beberapa penggunaan huruf kapital yang salah, Aku rasa walau pun bukan novel, tetapi kau harus belajar dengan baik dan benar mengenai kosa-kata.
Ansel nyaris saja tertawa keras, ia tidak menyangka jika atasannya akan mendapatkan komentar seperti itu. Pria itu menatap ke arah lain, ia menahan napasnya, dan menggigit lidahnya sendiri.
Sedangkan sang atasan yang mendengar ucapan Jessica hanya bisa mengangguk. Ia tak ingin marah dan membuat wanita itu membatalkan uang yang akan diberikan.
Pada akhirnya sang atasan hanya bisa mengucapkan terima kasih, sedangkan Ansel harus menjalani harinya sebagai pria sewaan seorang penulis gila yang tidak bisa mengerti apa itu cinta dan kasih sayang.
“Dia milik Anda sekarang,” ujar sang atasan.
Jessica mengangguk, ia kemudian menatap Ansel. “Kita kembali, aku juga akan menemanimu mengambil pakaian di apartemenmu.”
Ansel menghela napas, mau tidak mau ia juga harus menuruti semua yang Jessica katakan. Ia tidak mungkin melawan, lalu membuat atasan yang ‘sangat baik dan murah hati itu’ kehilangan muka.
Ansel kemudian menatap Jessica lagi. Baiklah, saatnya memulai drama picisan yang akan membuatnya merasa kematian jauh lebih baik daripada apa pun di dunia ini.
“Sayang, apa kau tak ingin bergandengan denganku?”
Jessica menatap Ansel dari ujung kaki hingga rambut.
“Ada apa? Apa kau masih marah padaku?”
Jessica bergidik ngeri, tetapi ia juga tidak ingin menyia-nyiakan uang yang sudah dijadikan uang muka.
“Selamat bersenang-senang, Ansel.”
Ansel langsung meraih tangan Jessica, ia membawa wanita itu keluar dari ruangan sang atasan, lalu dengan seenak hati langsung menggendong tubuh mungil Jessica seperti membawa karung beras yang sangat berat.
“Lepaskan aku!”
“Sayang, bersabarlah. Aku tidak akan menyakitimu. Apa kau tahu, aku akan membuatmu jatuh cinta hingga tak bisa hidup tanpaku.”
Jessica yang mendengar hal itu hanya diam, baguslah jika pria itu memang bisa membuatnya jatuh cinta.
Ansel terus berjalan, ia juga merasa sungguh senang kala Jessica tidak lagi melawan, dan membuatnya mudah untuk tetap membawa wanita itu dalam keadaan yang sama.
Mereka kemudian memasuki lift, lalu dengan cepat pula tiba di lantai satu. Ansel yang awalnya sangat ragu dengan kelakuan dan penampilannya yang membawa Jessica seperti itu hanya diam. Ia memutuskan untuk melangkah cepat, dan segera meninggalkan tempat itu sesegera mungkin.
‘Semuanya baru saja dimulai, ini bisa menjadi awal atau juga akhir dari semua mimpiku. Aku mengandalkanmu, Ansel.’