Harry is silent

1010 Kata
seminggu sejak Lala demam semuanya berjalan normal, walaupun terkadang ada rasa lelah tapi mereka tetap bersama membuat rasa lelah itu menguap. sang ibu lagi bekerja seperti biasa, tiba-tiba ponselnya berdering. "halo selamat siang, apakah ini benar Bu Mina bundanya Hary? " sapa orang disebrang sana. "iya saya Mina" jawab sang ibu yang masih bingung untuk apa guru Hary menelpon. "saya wali kelas Hary Bu, bisakah sekarang ibu ke sekolah sebentar ada yang mau saya bahas tentang Hary" ucap wali kelas tersebut. sang ibu melihat jam menunjukan pukul 3 sore, belum waktunya Hary pulang tapi dia sungguh penasaran ada apa dengan Hary sehingga dia dipanggil kesana. "baiklah, saya bergegas kesana sekarang" ucap Mina, wali kelas tersebut pun mengucapkan salam penutup sebelum telepon terputus. setelah meminta izin dari pemilik restoran untuk kesekolah Hary sebentar, Mina langsung saja berjalan kearah sekolah tersebut yang memang sangat dekat dari restorannya. sesampainya disekolah dia langsung menuju kelas Hary tetapi sang anak dan wali kelas tidak berada dikelas itu, seorang guru yang sedang mengajar pun memberi tahu kepada Mina untuk keruangan wali kelas tersebut dan menunjukkan tempatnya. suara ketukan pintu mengalihkan perhatian seorang murid dan guru didalamnya. "masuk" ucap guru tersebut. terlihat Mina dengan raut cemasnya langsung masuk kedalam dan mengambil tempat duduk disamping murid tersebut yang ternyata adalah Hary dengan senyum tipisnya. "kenapa anak saya Bu?" tanya Mina khawatir pada guru dihadapannya tapi tak lupa membalas senyuman Hary. "perkenalkan nama saya Anna, saya wali kelas Hary saat pertama kali Hary masuk sekolah dia tidak pernah berinteraksi dengan teman-temannya hal itu saya maklumi karena dia mungkin malu karena anak baru, tapi selama seminggu ini dia tetap hanya berdiam diri dikelas, bahkan guru bertanya dia hanya menggelengkan atau menganggukan kepalanya, nilai tugasnya sangat memuaskan tapi nilai sosialnya sangat rendah Bu karena dia terus berdiam diri seperti maaf kalau saya kasar 'membisu' Bu". jelas guru itu panjang lebar, Mina terdiam mendengar tingkah anaknya disekolah, padahal dirumah dia tidak pernah membisu dan juga anak yang ramah serta perhatian apalagi terhadap adik adiknya. "jadi bisakah ibu berbicara kepadanya bagaimana harusnya bersikap disekolah, saya sangat suka dengan perilaku nya yang tidak pernah membuat onar dan nilai tugasnya, tapi sikap pendiamnya membuat banyak teman sekelas dan guru bingung bagaimana berkomunikasi dengannya". lanjut sang guru lagi, Mina menghela napas pelan lalu memutuskan untuk bicara kepada Hary saat dirumah nanti. "baiklah saya akan berbicara padanya dirumah, jadi bisakah Hary pulang sekarang?" tanya Mina sambil berdiri dari duduk nya dan menggenggam tangan anaknya membuat Hary ikut berdiri juga. "boleh Bu silahkan lagian sebentar lagi memang sudah waktunya pulang" ucap guru itu sopan ikut berdiri dari kursinya. sang guru mengantarkan mereka berdua sampai didepan ruangannya. sang ibu membawa Hary kerestorannya, Hary menunggu sampai ibunya selesai bekerja, setelah menunggu akhirnya mereka berdua pulang dengan mobil yang setiap hari dikendarai oleh ibunya. didalam mobil tidak ada percakapan karena sang ibu fokus menyetir sedangkan Hary gugup dan takut harus bilang apa kepada ibu nya itu. setelah sampai rumah sebelum masuk kedalam sang ibu menyampaikan sesuatu pada Hary "habis mandi kekamar Bunda ya bang" perintah sang ibu setelah itu langsung membuka pintu dan berjalan masuk kedalam, Hary pun menurut dia langsung mandi. Maryam, Adit, Lala, dan Milan bermain diruang tengah, jadi sang ibu pun langsung kekamar untuk membersihkan diri juga. saat keluar kamar mandi Mina dibuat terkejut oleh Hary yang sudah mandi duduk ditepi ranjang dengan menunduk, untung saja Mina sudah langsung berpakaian dikamar mandi tadi. melihat ibunya keluar dari kamar mandi Hary pun menegakkan kepalanya dengan sorot mata yang damai dia menatap ibunya. "bagaimana sekolahnya hari ini bang" tanya Mina sambil duduk disamping Hary. "maaf" hanya kata itulah yang keluar dari mulut laki-laki berusia 9 tahun itu. sang ibu pun langsung mengelus kepala anaknya dengan lembut, mata anaknya yang berkaca kaca membuatnya merasa sedih juga karena Hary sangat jarang menangis. "Hary bisa jujur sama bunda" ucap sang ibu lembut penuh kesabaran. "Hary takut Bun, Hary sering mimpi tentang preman yang meninggal sedang mengeroyok ayah didunia lain dengan kegelapan menyelimuti dunia tersebut, Hary tak bisa membantu ayah" ucap Hary pada akhirnya tangisannya pecah didepan sang ibu. sang ibu langsung memeluknya beberapa detik dan menghapus air mata anaknya itu, hati juga menangis melihat trauma anaknya yang belum hilang. "makanya Hary harus lupakan tentang kejadian itu dan ikhlaskan ayah sayang" ucap sang ibu penuh kasih sayang. "enggak bisa Bun, kejadian itu terlalu jelas dan sulit dilupakan" ucap lirih Hary. "Hary, dengar bunda ya jika Hary seperti ini terus bunda dan ayah akan ikut sedih, begitu juga dengan kak Maryam, Milan, Lala, dan Adit. Hary tidak boleh mengabaikan teman dan guru yang mengajak Hary berbicara sayang" ucap sang ibu penuh pengertian. "tapi Bun Hary tidak mau berteman, Hary hanya ingin bersama-sama dengan kakak dan adik-adik". ucap Hary memelas. "Hary takut mereka juga orang jahat seperti para preman itu" ucapan Hary membuat hati sang ibu remuk, ternyata ketakutan anaknya sangat mengerikan, mental anaknya benar benar terganggu. "tidak Hary mereka tidak sama dengan para preman itu, makanya kamu kenalan dengan mereka agar tahu kalau mereka orang jahat atau bukan" ucap sang bunda. "Bun, Hary mau sekolah dirumah saja" Hary pun mengutarakan keinginannya dengan kepala yang menunduk takut jika ibunya marah. "Hary sebaiknya kamu libur sekolah dulu, bunda juga akan libur bekerja dalam seminggu, sepertinya pola pikir pikir kamu harus diperbaiki" ucap sang bunda dengan tatapan serius dan datar kearah sang anak. "jika pada akhirnya kamu tetap memilih homeschooling akan bunda turutin tapi dengan syarat pikiranmu harus benar-benar jernih" ucapan sang ibu terdengar tegas. Hary tak sanggup membantah sang ibu jadi dia menurut dengan keputusan yang dibuat oleh ibunya. tiba-tiba Lala masuk "abaaaang" teriak Lala sambil berlari menghampiri Hary. sang ibu yang melihat itu tersenyum "Lala udah mandi" tanya Mina sambil mengelus lembut kepala Lala. "udah Bun, tadi sama bang Milan" jawab Lala menatap ibunya dengan bahasa dan wajah yang menggemaskan. "Abang ayo main potong-potong, bang Milan tidak pandai mainnya" ajak sang gadis dengan wajah masam diakhir kalimatnya. "oke ayo" ucap Hary berusaha menyembunyikan suaranya yang serak habis menangis. sang ibu yang melihat itu tersenyum walaupun disekolah Hary tidak seperti yang diharapkannya tapi dirumah Hary melebihi harapannya.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN