PROLOG

220 Kata
Sena sengaja pulang terlambat dari sekolah karena berencana berjalan - jalan ke Mall untuk membeli sesuatu. Saat dia sudah sampai rumah Oma Retno, dia mendapati mobil kakaknya; Cintya terparkir di depan rumah. Dahi Sena mengernyit bingung karena tidak biasanya Cintya datang tanpa memberitahunya terlebih dulu. Sena berharap kakaknya tidak berada di ruang tamu supaya Sena bisa mengendap - endap memasuki kamar untuk menyimpan kantong belanjaannya. Dan voila! Ruang tamu sepi. Kamar Sena yang berada di sisi kanan ruang tamu membuatnya dengan mudah masuk dan menyimpan belanjaannya di dalam lemari. Setelah berganti baju, Sena beranjak keluar bermaksud mencari keberadaan kakaknya. Dan ternyata kakaknya tengah berada di halaman belakang rumah bersama Rayyan dan juga Oma Retno. Saat Sena akan menghampiri mereka, langkah kakinya tertahan saat telinganya mendengar inti dari pembicaraan mereka. "Yakin Ray mau menikah sekarang?" "Yakin Oma. Kalau nggak sekarang Rayyan takut Tya pergi lagi." Cintya terkekeh geli dan memukul paha Rayyan. "Nggaklah. Sekarang nggak ada kabur - kaburan lagi. Umurku mau 30 tahun, aku mau berumah tangga, punya anak sama kamu dan kita hidup bahagia." Terdengar tawa membahana keluar dari bibir mereka bertiga, tapi tidak dengan Sena yang berdiri kaku dengan tubuh bergetar hebat. Gadis kecil itu menggigit bibir bagian bawahnya dan memilih berlari memasuki kamarnya. Hari itu dia benar - benar terguncang. Rayyan mencampakkannya begitu saja seolah apa yang mereka lakukan tidak berarti apa - apa.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN