5

1193 Kata
“Kau akan pulang saat Natal nanti?”          Sue berusaha sebisa mungkin untuk tidak memutar bola mata. Ini masih beberapa bulan sebelum Natal dan ibunya selalu menanyakan itu setiap meneleponnya dan minggu ini sudah tiga kali Mom menelepon. “Aku usahakan, Mom. Aku tidak punya mobil sekarang.” Biasanya ia hanya akan menjawab ‘aku usahakan’, tetapi kali ini Sue merasa harus memberikan alasan tepat agar ia tidak harus ‘pulang’. “Ke mana mobilmu?” “Aku menjualnya. Mobil itu lebih sering masuk bengkel daripada kugunakan.” Itu memang benar. Dulu, Sue sangat senang bisa membeli Mustang tua itu dengan uang tabungannya sendiri. Mobil pertama yang ia miliki ketika ia baru saja lulus sekolah. Saat itu, ia sangat menyayangi mobilnya dan bersikeras tidak akan menjualnya meskipun Dad berkata akan membelikannya mobil baru. Namun semakin lama, mobil itu semakin tua dan sering sekali mogok. Dalam sebulan, Sue bisa membawanya ke bengkel dua sampai tiga kali. “Tabunganmu, yang ditinggalkan ayahmu…” “Aku harus mengajar, Mom. Aku akan meneleponmu lagi nanti.” Mom mendesah dan menutup teleponnya tanpa bicara apa-apa lagi. Mom selalu memaksanya membeli apa yang ia butuhkan dengan uang yang Dad tinggalkan untuknya, tetapi Sue tidak ingin mengutak-atik uang itu. Ia masih bisa membiayai dirinya sendiri dengan uang yang ia hasilkan dari mengajar tari. Lagipula ia tidak terlalu membutuhkan mobil. Banyak taksi, kereta bawah tanah, juga bus yang bisa ia gunakan. Namun alasan yang paling baik adalah, ketiadaan mobil bisa memberinya alasan untuk tidak pulang saat Thanksgiving, Natal, ataupun hari lainnya. Sudah empat tahun dia tidak pulang saat hari-hari itu. Empat tahun setelah kepergian Dad. Dad meninggal dalam sebuah kecelakaan pesawat dan meninggalkan semua hartanya atas nama Sue. Tidak ada sedikit pun yang ia tinggalkan untuk Mom kecuali rumah yang pernah mereka tempati. Hubungan Mom dan Dad memang sudah tidak harmonis sejak sebelum kecelakaan itu terjadi. Mom berselingkuh dengan John, sahabat baik Dad yang juga adalah ayah dari David, pria yang Sue cintai. David dan Sue hampir bertunangan ketika perselingkuhan Mom dan John diketahui Dad. Hati Sue hancur. Ia tidak menyangka Mom tega melakukan itu padanya dan Dad. Ia tidak akan bisa melihat David tanpa teringat pada John dan perbuatan busuknya dengan Mom. Dengan berat hati, Sue memilih untuk mengakhiri hubungannya dengan David meskipun pria itu menolak dan masih sering mengunjunginya. Karena itulah Sue pergi dari East Hampton dan tinggal di Manhattan. Ia tidak ingin tinggal dalam atap yang sama dengan Mom dan John walaupun dua tahun terakhir ini, ia dengar Mom pindah bersama John ke San Diego. Juga, ia tidak ingin bertemu David. Ia masih sedikit mencintai pria itu. David adalah pria kedua yang ia sukai setelah Zac, dan pria pertama yang memiliki hubungan serius dengannya. Mereka memiliki banyak mimpi bersama yang harus kandas karena perbuatan Mom dan John. Sue pergi ke lantai bawah, dan mulai menyetel musiknya dengan keras. Lalu setelahnya, ia mulai menari seperti orang gila. Badannya meliuk mengikuti irama musik dan ia lupa segalanya. Menari selalu membuatnya bahagia. Ia dan Zoe pernah memiliki impian untuk menjadi penari professional. Mereka berdua lolos menjadi mahasiswa Juilliard, tetapi hanya dirinya yang bisa menyelesaikan kuliah. Peristiwa buruk yang menimpa Zoe membuat gadis itu tidak melanjutkan sekolahnya. Setelah lulus, Sue sempat menjadi penari latar pemusik papan atas Hollywood, dan ketika Zoe membuka studio tari, ia melepaskan pekerjaannya dan bergabung di studio milik Zoe. Ternyata hal itu jauh membuatnya lebih bahagia. Mungkin secara materi, yang ia dapatkan dari mengajar dan menari latar sangat jauh berbeda, tetapi kebahagiaan melihat wajah ceria anak-anak itu jauh lebih mahal daripada apapun. Musik yang berhenti tiba-tiba, membuat gerakan Sue terhenti dan ia menoleh lalu memberengut pada Mary. “Kau menggangguku.” “Zoe menggangguku! Dia meneleponmu berkali-kali tetapi tidak kau angkat dan gadis pemaksa itu menyuruhku kemari untuk menarik telingamu.” Sue menyeringai mendengar omelan Mary. “Ponselku di atas.” “Aku sudah bisa menduganya, tetapi Zoe…” suaranya terhenti karena ponsel di tangannya berbunyi. “Nih, kau jawab sendiri. Aku harus melanjutkan tidurku yang terganggu.” Gadis itu keluar studio dan naik ke kamarnya. Hari ini studio mereka libur. “Zoe!” “Di mana ponselmu, Suzzanna??” tanya Zoe dengan marah. “Aku menyetelnya dalam mode senyap dan…” “Aku tidak menanyakan mode apa yang kau gunakan pada ponselmu. Aku bertanya di mana ponselmu?” “Eh, itu…” Sampai saat ini Zoe tidak tahu jika ia tinggal di bekas gudang di lantai dua. Sue memang sengaja tidak mengatakannya karena ia tahu, jika ia mengatakannya pada Zoe maka gadis itu akan memaksanya membeli apartemen sendiri dengan uang yang Zoe kirimkan padanya. Padahal uang bukan masalahnya tinggal di sini. Flat itu menyimpan banyak kenangan dengan David. Ya, beberapa kali mereka masih sempat bertemu diam-diam setelah pernikahan orangtua mereka. Awalnya Sue menolak dan menyuruh pria itu untuk pergi. Akan tetapi, ia juga masih sangat mencintai David. Kadang David akan menginap dan mereka, yah…melakukan itu. Namun akhirnya Sue memutuskan bahwa itu tidak bisa terjadi lagi. David marah dan kecewa padanya. Pria itu berkata bahwa seharusnya mereka berdua yang menikah dan bahagia, bukan orangtua mereka. “Kau tinggal di lantai atas kan?” Jadi gadis itu sudah tahu. “Mary yang mengatakannya padamu?” ia bertanya walaupun kemungkinan itu mustahil. Mary sudah berjanji padanya untuk tidak mengatakan apa-apa pada Zoe. “Jadi benar. Kenapa kau tidak bilang padaku? Dan bukan. Bukan Mary yang mengatakannya padaku, tapi Zac.” Zac? Sial, seharusnya ia sudah bisa menduganya ketika pria itu tahu maka Zoe juga akan segera tahu. “Apa yang terjadi dengan flat-mu?” Karena Zoe sudah tahu, tidak ada lagi yang harus ia sembunyikan dari gadis itu. Jadi ia memutuskan untuk bicara yang sebenarnya. “Tempat tinggalku terlalu jauh dari sini, dan aku sudah tidak punya mobil. Jadi…” “Akhirnya kau memutuskan untuk bercerai dengan Brownie??” Sue mendengar suara bayi menangis dan Zoe menenangkan bayinya itu. Bayi itu pasti kaget mendengar teriakan ibunya. Si bayi tetap menangis, dan kemudian ia mendengar suara Byron. Pria itu pasti mengambil anaknya karena suara tangis Zane tidak terdengar lagi. “Jadi kenapa kau memutuskan untuk bercerai?” “Dia sangat sering mogok dan aku lelah membawanya ke bengkel.” “Karena itu kau memilih tinggal di atas?” Sue mengangguk meskipun Zoe tidak bisa melihatnya. “Aku minta maaf tidak mengatakannya padamu, Zoe. Aku…” “Tapi kamar itu terlalu sempit! Astaga, dan banyak tikus di sana, Sue!” Ya, ketika masih menjadi gudang, tempat itu memang menjadi sarang tikus dan kecoa. Namun sekarang tidak lagi. Sue sudah membersihkannya dan menata ulang. “Sekarang tidak lagi. Kamar itu sudah bersih.” “Tidak. Kau tidak bisa tinggal di sana. Sewalah apartemen dengan uang yang aku kirimkan padamu. Atau kita bisa memperbesar studio kita. Kita bisa…” “Zoe, aku tidak akan selamanya tinggal di sini. Ini hanya sementara. Lagipula…” “Oh, maafkan aku, Sue. Studio itu milikmu sekarang. Seharusnya bukan hakku lagi untuk…” “Omong kosong! Studio ini tetap milikmu!” Meskipun kini atas namanya, sampai kapanpun Sue tidak akan bisa menganggap studio ini miliknya. Crystal Angel bisa sebesar ini karena usaha Zoe yang tidak kenal lelah untuk memajukannya. “Sue, sebenarnya aku meneleponmu untuk memberikan suatu hal padamu,” ucap Zoe dengan serius. “Apa itu?” “Aku… aku sudah meminta Zac untuk mengijinkanmu tinggal di apartemennya. Dia akan menjemputmu siang ini.” “Zoe! Tidak! Aku tidak mau tidak bersamanya!” pekik Sue dengan keras. Astaga, tinggal bersama Zac? Itu akan menjadi bencana terbesar abad ini! “Sebenarnya kau tidak akan tinggal bersamanya seperti yang kau maksudkan. Kau tahu kan dia jarang di rumah?” “Ya, aku tahu, tapi tetap saja … itu gila!” “Itu tidak gila! Zac memiliki apartemen mewah dan nyaman yang jarang ditinggalinya sementara kau harus tidur dengan tikus-tikus di gudang.” “Aku tidak tidur dengan tikus!” “Aku tidak mau tahu. Kau harus mengemasi barangmu sekarang. Zac akan menjemputmu sebelum makan siang. Bye, Sue. Aku mencintaimu.”
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN