07 - Pertemuan tak terduga.

1618 Kata
   Rafa, Rifa dan juga Keira akhirnya sampai di restoran tempat di mana mereka akan menikmati makan siang bersama.   Saat dalam perjalanan menuju restoran, Rifa sudah membooking tempat untuk mereka makan, jadi saat sampai di restoran, mereka hanya tinggal memesan menu makanan.   "Keira mau pesan makanan apa?" Rifa menyerahkan salah satu buku menu pada Keira dan juga Rafa.   Secara bergantian, ketiganya menyebutkan menu makanan yang mereka pesan pada pelayan dan setelah selesai memesan makanan, Rifa dan Keira kembali mengobrol, lebih tepatnya Rifa yang banyak bertanya pada Keira.   Bnayak hal yang Rifa tanyakan, salah satunya adalah tentang pendidikan Keira, dari situlah Rifa tahu kalau ternyata Keira dan Rafa pernah menimba ilmu di sebuah Universitas ternama yang sama.   Keduanya terlalu asyik mengobrol sampai mengabaikan kehadiran Rafa. Rafa sendiri tak ambil pusing, ia malah asyik memainkan ponselnya dan itu tak lepas dari pengamatan Keira yang bisa melihat gerak-gerik Rafa dari ekor matanya.   Sebenarnya Rafa sedang memainkan game di ponselnya, tapi yang ada dalam pikiran Keira berbeda. Keira pikir kalau Rafa sedang asyik chatan dengan orang lain, mungkin dengan kekasihnya dan itu membuat raut wajah Keira seketika berubah murung.   "Jadi Keira belum pernah pacaran ya?"   "Belum Kak, dulu sebelum lulus kuliah Keira di larang pacaran sama Ayah," jawab Keira malu-malu dengan rona merah muda yang menghiasi wajahnya.   Meskipun fokus matanya tertuju pada layar ponselnya, tapi Rafa tetap mendengarkan dengan seksama obrolan antara Rifa dan juga Keira, karena Rifa yang dengan intens terus bertanya, membuat Rafa tahu beberapa hal tentang Keira, salah satunya adalah Keira memiliki seorang adik laki-laki yang saat ini masih berkuliah.   "Sama dong kaya Kak Rafa, Kak Rafa juga belum pernah pacaran tuh, bahkan sampai sekarang masih jomblo, padahal usianya udah gak lagi muda," ujar Rifa dengan santainya.   Rafa yang sejak tadi fokus memainkan ponselnya lantas mendongak, menatap tajam Rifa yang kini sedang tersenyum manis tanpa merasa bersalah sedikitpun setelah apa yang baru di ucapkannya.   Menurut Rafa apa yang baru saja di ucapkan Rifa adalah aibnya karena itulah kini ia menatap tajam Rifa yang malah mengedipkan matanya dengan senyum manis yang terus menghiasi wajahnya.    "Eh, jadi Pak Rafa jomblo dong?" Keira sangat antusias, bahkan kini matanya sudah berbinar, membuat Rifa yang melihatnya jadi gemas.    Baru saja Rifa akan menjawab pertanyaan Keira, tapi Rafa sudah terlebih dahulu menyela. "Memangnya kenapa kalau saya jomblo, masalah buat kamu?" Rafa bertanya dengan raut wajah datarnya.   "Ya ampun, Keira lupa kalau Pak Rafa ada di sini," rutuk Keira dalam hati. Karena terlalu senang dengan ucapan Rifa, Keira sampai tidak sadar kalau Rafa ada bersama dengan mereka, duduk tepat di hadapannya.   Keira menoleh, menatap Rafa dengan senyum canggung dan wajah merah padam karena malu. "Enggak kok Pak, sama sekali enggak masalah buat saya." Tentu saja status jomblo Rafa sama sekali bukan masalah untuk dirinya, justru itu adalah hal terindah menurut Keira.   Akan jadi masalah kalau Rafa sudah memiki kekasih atau mempunyai calon istri karena tentu saja Keira akan mundur secara teratur jika Rafa sudah mempunyai kekasih atau calon istri.   Tapi kenapa ya Rafa sampai saat ini masih betah menjadi jomblo? Padahal semasa kuliah saja banyak sekali wanita yang terpesona pada Rafa, bukan hanya karena Rafa tampan, tapi juga karena kepintaran yang Rafa miliki membuatnya menjadi salah satu mahasiswa populer di universitas tempat dulu ia menimba ilmu.   "Hayo, Keira lagi mikirin apa? Pasti lagi mikirin Kak Rafa ya?"    Pertanyaan dari Rifa sukses membuyarkan semua lamunan Keira tentang Rafa. Keira mengerjap, seraya menggaruk tengkuknya yang sama sekali tidak gatal. "Enggak kok Kak," jawabnya malu-malu.   "Pasti maksudnya enggak salah lagi kan?" Rifa terus menggoda Keira dan godaan yang Rifa berikan sukses membuat wajah Keira semakin merah padam.    "Eh, bukan gitu Kak," ujar Keira dengan nada merajuk. Keira tentu saja tidak akan membenarkan ucapan Rifa, bisa-bisa Rafa memecatnya dan Keira pasti akan merasa malu dan bahkan tak mungkin sanggup untuk bertemu lagi dengan Rafa.   Keira menoleh dan ternyata Rafa juga sedang menatapnya dengan begitu intens. Keduanya terus beradu pandang, tak ada niatan keduanya untuk saling memutuskan pandangan.   Rifa yang melihat Rafa dan Keira saling beradu pandang hanya diam dengan kedua tangan bertopang dagu, menikmati pemandangan indah yang tersaji di hadapannya.   Kapan lagi Rifa bisa melihat Rafa seperti saat ini, mungkin ini kali pertama Rifa melihat seorang wanita dengan begitu intensnya. Bahkan Rifa ingin sekali mengabadikan moment keduanya yang saling beradu pandang dengan ponselnya, tapi ponselnya ia tinggal di mobil Rafa.   Ah, benar-benar menyebalkan.   "Permisi."   Ketiganya kompak menoleh pada asal suara dan ternyata makanan yang mereka pesan sudah tiba dan saat itulah adu pandang antara Rafa dan Keira usai. Rifa selaku penonton tentu saja merasa kecewa, ia pikir kalau kedatangan pelayan tidak tepat.   Setelah pelayan selesai menghidangkan makanan yang mereka pesan, ketiganya pun mulai menyantapnya dengan khusu, sebenarnya hanya Rafa yang khusu menikmati makanannya karena Rifa dan Keira sesekali mengobrol di sela aktivitas makan mereka.    Tanpa Rifa dan Keira sadari, sejak tadi Rafa terus memperhatikan keduanya, lebih tepatnya memperhatikan bagaimana cara Keira makan. Setelah Rafa perhatikan dengan seksama, cara makan Keira benar-benar berkelas, membuat Rafa yakin kalau sebenarnya Keira adalah anak dari keluarga yang mapan.   Tapi kenapa Keira bekerja sebagai sekretaris jika keluarganya mapan? Bukankah akan jauh lebih enak kalau bekerja sendiri di perusahaan orang tuanya? Contohnya menjadi atasan seperti dirinya. Itulah beberapa pertanyaan yang ada dalam benak Rafa. Rafa ingin sekali bertanya secara langsung pada Keira, tapi itu tak mungkin karena Rafa takut kalau Keira kegeeran.   "Keira."    Merasa namanya di panggil Keira lantas menoleh, cukup terkejut saat melihat siapa orang yang baru saja memanggilnya. "Kak Rangga," gumam Keira tanpa sadar. Bukan hanya Keira yang menoleh pada asal suara, tapi Rafa dan Rifa juga ikut menoleh.   Senyum di wajah Rangga melebar begitu ia mendengar gumaman Keira, tadinya Rangga pikir kalau Keira melupakannya mengingat sudah lama sekali mereka tidak bertemu.   Rangga menghampiri Keira dan Keira tentu saja berdiri, untuk menyapa Rangga, dosen yang dulu secara terang-terangan mengutarakan perasaan cinta padanya.   "Apa kabar Kei? Udah lama banget ya kita enggak ketemu."   "Keira baik Kak, dan Keira pikir kalau Kak Rangga juga baik-baik aja."    Rangga tertawa, lalu menoleh saat ia merasa ada sepasang mata yang menatapnya dengan tajam dan Rangga cukup terkjut saat melihat Rafa, tapi tentu saja Rafa bisa menyembunyikan keterkejutannya. "Hai Rafa, lama tidak bertemu." Rangga mengulurkan tangannya, menyapa Rafa dan mau tak mau Rafa pun membalas uluran tangan Rangga.   Jika bisa memilih, maka Rafa sebenarnya enggan untuk menyapa Rangga. Entahlah, sejak dulu Rafa memang tidak menyukai Rangga dan Rafa sendiri tdiak tahu kenapa ia tdiak menyukai Rangga.   "Seperti yang Bapak lihat, saya baik-baik saja. Oh iya perkenalkan ini adik saya, Rifa." Rifa mengulurkan tangannya, bersalaman dengan Rangga dan keduanya pun saling memperkenalkan diri.   "Kak Lailanya mana?" Keira yakin kalau Rangga tidak mungkin keluar seorang diri.   "Tuh Kak Lailanya," sahut Rangga seraya menunjuk Laila yang baru saja keluar dari area toilet dengan bayi dalam gendongannya.   Laila adalah istri Rafa, wanita yang sudah hampir 2 tahun ini Rangga nikahi dan kini keduanya sudah di karunia seorang anak gadis yang sangat lucu dan juga menggemaskan.   Rafa, Rifa dan Keira mengikuti arah pandang Rangga, mereka melihat wanita yang tengah mennggendong bayi dan kini sedang melangkah mendekati mereka.    "Keira," sapa Laila sumringah.   Tak jauh berbeda dengan Laila yang tampak senang dengan kehadiran Keira, Keira juga tak dapat menyembunyikan rasa senangnya begitu melihat Laila.   Sebelum menyapa Keira, Laila terlebih dahulu menyerahkan bayi dalam gendongannya pada Rangga, suaminya. Setelahnya baru ia bisa memeluk dan bercengkrama dengan Keira mengabaikan kehadiran orang-orang di sekitar mereka.   Rangga menyenggol bahu istrinya, membuat Laila sontak menoleh dan saat itulah ia sadar kalau bukan hanya ada Keira   "Kenalin, saya Laila istri Kak Rangga." Rafa dan Rifa pun secara bergantian menyapa Laila dan setelahnya, Laila dan Keira kembali terlibat obrolan, serasa dunia milik berdua.   "Kenapa Kak?" Rifa tentu saja bertanya dengan nada pelan.   Rafa menoleh, menatap Rifa dengan kening berkerut. "Apanya yang kenapa?" tanyanya penasaran.   "Kok Kakak kelihatan lega sih?" Tanya Rifa dengan senyum menggoda, Rifa bahkan sengaja menaik turunkan alisnya untuk menggoda Rafa. Rafa hanya diam, enggan menanggapi pertanyaan Rifa.   Fokus Rafa dan Rifa kembali tertuju pada Keira yang kini sedang menggedong anak Rangga dan Laila. Entah Rafa sadar atau tidak, tapi kini ia tersenyum, meskipun selang beberapa detik kemudian senyumnya memudar dan itu semua karena Rifa yang terus menatapnya.   "Ih Alisha lucu deh," ujar Keira gemas. Keira ingin sekali mencubit pipi chuby Alisha, tapi ia takut Alisha menangis. Sejujurnya Keira masih tidak menyangka kalau dirinya akan bertemu dengan Rangga, Laila dan juga Alisha. Terakhir kali mereka bertemu adalah saat Laila melahirkan dan itu sudah cukup lama sekali.    "Udah cocok loh De nimang anak, jadi kapan nyusul Kakak?"   "Nanti ah Kak, sekarang belum ada calonnya," jawab Keira dengan fokus yang masih tertuju pada Alisha.   "Kebetulan Kakak punya kenalan yang lagi nyari istri, kalau kamu mau, Kakak bisa kenalin loh." Rangga tidak main-main dengan ucapannya, jika memang Keira berminat mungkin ia akan mempertemukan keduanya, siapa tahu keduanya cocok dan bisa melakukan hubungan ke jenjang yang lebih serius.   "Ekhem...." Rafa berdeham, membuat semua orang tak terkecuali Keira langsung mengalihkan pandangannya pada Rafa.   "Maaf Pak, saya harus segera kembali ke kantor," lanjut Rafa yang tentu saja secara tidak  langsung pamit pergi.   Rifa yang melihat tingkah laku Rafa hanya menggeleng. Rifa yakin kalau sebenarnya Rafa itu menyukai Keira, terlihat jelas dari mimik wajahnya yang sejak tadi terus berubah-ubah.   Saat tahu kalau orang yang baru saja menyapa Keira adalah Rangga, mimik wajah Rafa berubah menjadi tak bersahabat, terlihat kecut, tapi begitu tahu kalau Rangga sudah menikah dan memiliki anak, ekspresi wajah Rafa berubah menjadi tampak lega.   Karena itulah bisa Rifa simpulkan kalau Rafa tidak suka pada Rangga yang dekat dengan Keira, tapi setelah tahu kalau Rangga tidak lagi lajang Rafa merasa lega karena itu artinya Rangga dan Keira tidakk memiliki hubungan. Itu hanyalah kesimpulan Rifa, karena Rifa tidak tahu apa yang sebenarnya Rafa rasakan yang tahu ya hanya Rafa sendiri. 
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN