Mencoba Peruntungan

1220 Kata
Daya berdiri ragu di depan rumah besar dalam sebuah kompleks Perumahan elite. Menatap layar ponselnya sekali lagi guna memastikan bahwa dia tidak salah alamat kali ini, setelah beberapa kali dia mendatangi rumah yang salah. Dipencetnya bel rumah besar itu dan menunggu seseorang membukakan pintu. Seorang wanita paruh baya dengan rambut pendek yang semuanya hampir memutih membukakan pintu untuk Daya. "Ya? Cari siapa, Dek?" Sapa ibu itu ramah, di belakangnya seorang anak kecil dengan rambut coklat dan mata bulat yang lucu menatap Daya dengan polos. Di tangannya, ia memegang sebuah robot yang Daya tebak adalah Baymax. "Siapa Yang Ti?" Tanyanya polos pada ibu paruh baya yang tengah menunggu jawaban Daya. "Ehm, maaf Bu. Benar ini rumah pak Ezra? Saya Daya, temannya Siska." "Oalah, masuk sini. Siska sudah telepon Ibu tadi." Ibu itu mengulurkan tangan, "Elisa." Ibu dengan wajah ramah ini memperkenalkan diri. "Ini Troy cucu saya. Masuk dulu, Nak." Daya berjalan canggung mengikuti bu Elisa ke dalam rumah. Bu Elisa–sang tuan rumah—mempersilahkan Daya untuk duduk dan berlalu ke bagian dalam rumah, memanggil seseorang untuk membawakan mereka minum. Sementara anak kecil yang diperkenalkan sebagai Troy, duduk di kursi berhadapan dengan Daya. Matanya penuh rasa ingin tahu, siapakah perempuan yang tengah mencari ayahnya itu? "Siska sudah cerita pekerjaannya seperti apa?" Bu Elisa duduk di sebelah Troy, tanpa basi-basi langsung bertanya tentang inti kedatangan Daya. "Belum secara spesifik, Bu, tapi saya rasa seperti baby sitter." Jawab Daya ragu. Bagaimana tidak ragu, Daya bukanlah seorang dengan latar belakang pekerjaan di bidang seperti ini. Lowongan yang ditawarkan Siska, teman SMA-nya, adalah pilihan terakhir. Karena Daya tidak lagi bisa bekerja dimanapun, di Perusahaan yang menginginkan latar belakang baik dalam melakukan seleksi karyawan. Seorang asisten rumah tangga membawakan tiga gelas sirup dingin dan meletakkannya di atas meja, menginterupsi pembicaraan mereka. "Gimana ya, kami tidak bisa menyebut demikian. Tapi memang, fokus pekerjaan ini untuk menemani Troy. Pengasuh sebelumnya menikah dan memilih berhenti karena pulang ke kampung halaman." Bu Elisa mengelus kepala Troy, Daya bisa melihat kasih sayang nenek satu itu kepada cucu tampannya. "Troy anak yang baik, ya kalau bandel pun ya masih dalam kategori wajar. Ehm Nak Daya, pernah menjadi pengasuh sebelumnya?" Daya menggeleng, ini pertama kali baginya. "Diminum dulu Daya." Bu Elisa menunjuk ke gelas yang terisi minuman berwarna merah, Daya mengucapkan terima kasih dan menyesap minumannya. "Sebelumnya bekerja sebagai apa" Daya ragu untuk menjawab, kemudian ia memutuskan lebih baik mengatakan dengan jujur di awal daripada mengecewakan di akhir. "Sekretaris, Bu." Bu Elisa mengerjap, matanya menelisik penampilan Daya yang memang tidak bisa dikatakan biasa. Sederhana, tapi cukup menunjukkan dimana Daya bekerja atau pendidikan yang pernah diembannya. Sebuah pertanyaan menari-nari di benak ibu dengan dua anak itu, tapi urung dilontarkannya kepada gadis yang kini menunduk malu. Biar Ezra saja yang mewawancarainya lebih lanjut, batinnya. "Kamu bisa menunggu Mas Ezra disini, nanti makan siang dia akan datang untuk makan bersama Troy. Ezra yang akan memutuskan dan memberitahu kamu tentang pekerjaan ini." "Baik, Bu, saya akan menunggu." Bu Elisa tersenyum, "saya tinggal sebentar ya, tidak lama lagi jam makan siang. Troy dengan kakak Daya disini ya." Bu Elisa berbicara dengan cucunya, bocah itu mengangguk polos. Daya tak tahan untuk tersenyum padanya. "Kakak nanti tinggal sama aku?" Tanya bocah itu polos, selepas bu Elisa pergi ke bagian dalam rumah yang lain. "Ehm belum tahu Troy, nanti kakak perlu ketemu papa Troy dulu untuk tahu soal itu." Troy mengernyitkan dahi, Daya menyesali pemilihan kata-kata yang digunakannya. Seperti berbicara dengan rekan kerja saja. Kemudian Daya tersenyum lembut. Troy kini asyik dengan mobil-mobilan yang dimainkannya di lantai, sementara Daya merenungi nasib yang harus terlempar jauh dari dunianya. Kalau saja Daya tidak bekerja dengan Lucky dan terlibat skandal dengannya, atau kalau saja dia tidak terlalu bodoh dengan terlalu mencintai pria yang sangat merusak hidupnya, Boy. Ini semua karena cinta buta Daya pada pria itu. Dan juga balas budi. Daya sungguh menyesal memiliki hutang budi. *** Sudah jatuh, tertimpa tangga. Itulah yang terjadi pada Daya, gadis berusia dua puluh tujuh tahun yang harus bertahan hidup di Ibukota seorang diri. Daya terlibat dalam masalah serius, yang menyeret dirinya berurusan dengan polisi dan pihak-pihak raksasa di belakang Lucky, mantan bosnya. Pasalnya, Boy, satu-satunya pria yang ia cintai menjadi seorang pengedar Narkoba dan resmi masuk dalam Daftar Pencarian Orang sejak sebulan lalu. Awalnya hubungan Daya dan Boy baik-baik saja, hingga Boy terjebak dalam judi dan lingkaran setannya. Boy yang kerap menghabiskan uang di atas meja judi terpojok saat mendapati dirinya sudah bangkrut dan tidak memiliki apa-apa lagi untuk dipertaruhkan. Rupanya bisikan setan sangat didengarkannya dengan baik, saat Iko—temannya, menawarkan Boy untuk mulai menjajakan barang haram. Boy terlena dengan penghasilan dari penjualan barang haram itu. Bahkan tidak jarang dia mendapatkan hiburan cuma - cuma, berupa perempuan-perempuan yang rela dijamah tubuhnya demi mendapatkan sebungkus bubuk putih yang membuatnya terbang secara gratis. Tapi kebiasaannya berjudi terus menyedot penghasilannya tanpa ampun, hingga ia memohon pada Daya untuk meminjamkannya uang. Pertama-tama Daya merelakan gajinya untuk dibawa Boy dengan dalih mendirikan usaha yang entah apa, Daya sendiri tidak mengerti. Hingga tabungan yang disimpannya, untuk rencana pernikahan mereka pun ludes dibawa Boy. Sampai pada suatu titik, Boy tidak bisa mendapatkan apa-apa lagi untuk dibawa ke meja judi saat itu pula Boy meminta Daya untuk merayu dan menjadi simpanan bos mudanya yang tampan, Lucky. Boy menyadari kecantikan Daya tidak akan mampu ditolak oleh Lucky yang sudah bertunangan dengan gadis dari kalangannya. Awalnya Daya menolak, tapi Boy selalu menggunakan cinta dan airmata yang membuat perempuan cantik bermata jernih itu luluh. Hingga Lucky benar-benar jatuh dalam pesona Daya, Boy tanpa berpikir panjang mulai menguras harta bos kekasihnya itu. Melakukan ancaman-ancaman yang membuat Lucky tidak berkutik. Lucky yang memiliki nama besar dan tunangan dari kalangan sosialita enggan skandal dengan sekretarisnya terbongkar, akhirnya memberikan apapun yang Boy inginkan. Namun, serapat-rapatnya bangkai disembunyikan pasti akan tercium juga baunya. Monika, tunangan Lucky mencium gelagat aneh calon suaminya tersebut. Hingga tiba lah saat naas itu, ketika Monika menangkap basah Daya dan Lucky yang melakukan pengkhianatan bahkan di dalam kantornya. Lalu dengan koneksi yang luas dan power Monika, skandal Daya dan Lucky terungkap publik. Bukan hanya soal perselingkuhan mereka, tapi juga segala kegiatan Boy yang melanggar hukum. Dan Daya sebagai saksi yang kerap tutup mulut dan enggan melaporkan kekasihnya itu. Lalu Monika membuat perjanjian, Daya dipecat secara tidak hormat dan namanya di-blacklist di seluruh bidang pekerjaan yang terkait dengan Perusahaan raksasa Monika maupun Lucky, bahkan rekanan mereka. Monika tidak akan menuntut Daya, jika ia berjanji untuk tidak menampakkan batang hidungnya di depan keluarga besar mereka dan Perusahaan. Baru saja kehilangan pekerjaannya, Daya harus kehilangan wajahnya kali ini. Sekelompok orang dari kepolisian dan BNN melakukan pemeriksaan terhadapnya. Daya bahkan diawasi 24 jam sejak Boy kabur dan menjadi DPO. Daya dan Boy adalah anak yatim piatu yang tumbuh besar di sebuah panti asuhan. Daya tidak memiliki keluarga, hanya Boy satu-satunya keluarga yang dia miliki. Dan sekarang Boy meninggalkannya seperti ini. Di saat Daya hampir mengakhiri hidupnya sendiri, ia bertemu Siska, teman semasa di SMA. Daya menceritakan semuanya pada Siska, mereka cukup dekat saat SMA dan terpisah karena Siska melanjutkan kuliah di Australia. Siska menawarkan pekerjaan pada Daya, di rumah kakak sepupunya. Dan disinilah Daya sekarang, berdoa dan berharap, kakak sepupu Siska tidak mempermasalahkan semua kesialannya. Daya berjanji akan memulai hidup baru tanpa Boy, meski harus bekerja sebagai apapun. Dia mau, asal tidak menjual diri lagi seperti yang dia lakukan kepada Lucky demi Boy. •••
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN