Gue baru balik dari kafe setelah selesai acara launching, sekitaran jam sepuluh malam. Kelar dari kafe, gue ke panti dulu, kangen gue sama ibu, Dimas dan Lala—adik-adik gue. Apalagi, sekarang gue juga dapet bagian dessert dari kafe yang cukup buat dibagiin sama orang-orang di rumah. “Malam banget kamu pulangnya?” “Iya, Bu. Ada acara di kafe. Maaf ya, aku lupa bilang ke Ibu,” jawab gue sambil meluk ibu yang nyambut gue. “Malam ini kayaknya aku nginep di sini dulu ya, Bu. Soalnya udah kemaleman juga kalau harus pulang ke rumahnya Tante Yuni.” “Lho, kamu udah dijemput, tuh.” Hah? Dijemput? “Itu, katanya dia anaknya Tante Yuni.” “Aldo?” Ibu menggeleng. “Terus?” “Anaknya yang gede. Namanya Satria, dia khawatir kamu belum pulang juga. Makanya nyusul ke sini.” “Hah? Pak Tria?” Ibu meng

