2. Album

1805 Kata
Kau sudah mendengar berita belum kalau Daniel anak Sains-3 meninggal kemarin? Tentu saja sudah. Aku dengar penyebabnya karena dia gantung diri! Benar! Dan orang tua Daniel bilang jika Daniel terakhir sedang menjemput Thea di rumahnya! Thea? Thea anak Sains-1 itukan? Yang cantik tapi tidak laku? Ya, apa kematian Daniel ada hubungannya dengan gadis itu? Thea hanya menghela napas panjang saat mendengar suara perempuan yang sedang berbincang diluar bilik toilet. Ia tidak marah ataupun kesal karena mereka tidak tahu apa yang sebenarnya terjadi. Saat mayat Daniel ditemukan tergantung di pohon dekat rumahnya, Thea sudah tidak tahu harus berkata apa lagi. Ini bukan yang pertama kalinya, namun ini sudah yang ketiga kalinya laki-laki yang mendekatinya meregang nyawa. Di berita sekolah, Daniel dikabarkan meninggal dikarenakan gantung diri. Diduga dia gantung diri dikarenakan frustasi akibat tidak ada yang peduli dengannya. Orang tuanya sibuk dengan bisnisnya masing-masing hingga melupakannya. Tapi entah kenapa Thea merasa ada kejanggalan, seperti ada hal lain dibalik kematian Daniel yang belum terkuak. Tapi apa? Kriet! Thea membuka pintu bilik toiletnya hingga membuat dua orang gadis yang bergosip tadi kompak terdiam. Thea hanya berlalu meninggalkan mereka berdua yang tampak pucat pasi, mencoba untuk tidak peduli. "Thea capek!" Bibir Thea tak henti-hentinya mengeluh sembari sebelah tangannya berkacak pinggang. Thea lelah dengan misteriusnya kematian Daniel. Thea juga lelah dengan statusnya selama ini. Lihat saja orang-orang yang berjalan disekelilingnya, banyak yang saling bergandengan tangan dengan pasangannya masing-masing. Sedangkan Thea? Ia berjalan sendirian tanpa pasangan. Terkadang Thea iri dengan truk. Kendaraan besar itu saja bisa bergandengan, masa' Thea tidak? "Ish, menyebalkan!" Bibir Thea mengerucut sebal hingga tanpa sadar membuat lelaki yang berlalu lalang di koridor anak kelas Sains mengalihkan perhatiannya kepada Thea—mengagumi betapa cantiknya gadis itu yang merupakan primadona sekolah ini. Ya, Thea adalah most wanted girl di Senior High School ini. Parasnya yang sangat cantik dan juga imut menggemaskan mampu membuat barisan lelaki tak bisa berpaling dari wajahnya. Banyak yang mencoba mendekati Thea, namun harus berakhir di tangan kakak-kakak gadis itu. Di sekolah pun mereka juga tak berani mendekati Thea karena kedua kakaknya yang selalu mengawasi terkecuali kalau di dalam kelas. Untuk masalah Astra, mereka memang tidak terlalu takut karena watak lelaki itu yang lembut dan juga ramah. Tapi kalau menyangkut Galen—mereka lebih memilih untuk angkat tangan. "Thea!" Kepala Thea langsung menoleh ketika telinganya menangkap suara familier yang memanggil namanya dari belakang. "Kau sudah mendengar berita soal Daniel belum? Aku turut berduka ya." tutur Clarity sembari menepuk bahu Thea pelan. Clarity Stoeva. Gadis blasteran Rusia-Swiss ini merupakan sahabat Thea semenjak Junior High School. Tak heran jika mereka sudah mengetahui kepribadian satu sama lain dan selalu pergi bersama-sama. Thea hanya mengangguk pelan dengan wajah murung. Clarity tersenyum lalu mengusap bahu Thea, "Jangan bersedih. Daniel sudah tenang di alam sana." Lagi-lagi Thea hanya merespon dengan anggukan. Lalu mereka pun berjalan menuju ke kantin untuk mengisi perut mereka yang kosong. Sekarang ini memang sedang jam istirahat, jadi sah-sah saja jika banyak siswa-siswi yang berlalu lalang di koridor. Di kantin pun suasananya juga tampak ramai, penuh dengan berbagai siswa-siswi—baik anak sains, math, society, dan lainnya yang bercampur menjadi satu. Kantin yang cukup luas dan banyak meja kursi membuat mereka tidak perlu risau jika kekurangan tempat duduk. Sekolah ini merupakan sekolah yang elit dan terkenal di seluruh kota Zurich, jadi tak heran jika fasilitasnya sangat memadai. "Kali ini biar aku saja yang pesan. Kau mau apa?" tanya Clarity kepada Thea yang kini sudah duduk di meja kantin yang berada di tengah-tengah. "Samakan dengan kau saja." jawab Thea sedikit tak berselera. Clarity mengangguk lalu kemudian pergi memesan. Meninggalkan Thea yang sibuk mengamati setiap penjuru kantin, berharap mendapati siswa tampan asli korea yang mirip dengan Sehun, Guanlin, atau Jungkook. Namun sayangnya tidak ada, dominan disini adalah orang barat dan sedikit sekali orang asia—itupun sama sekali tak ada yang berasal dari Korea. "Seandainya Guanlin oppa sekolah disini." Thea mulai mengkhayal. "Siapa Guanlin?" Thea reflek menoleh dan mendongak ke arah sumber suara tadi yang ternyata berasal dari Astra yang kini tampak berdiri di sebelah meja Thea. Lelaki itu tampak menggandeng seorang gadis bersurai cokelat dengan lesung pipi manis yang memikat hati. Gadis itu bernama Gwen Rully. Siswi kelas 12 Math-1 yang terkenal dengan senyumannya yang mampu membuat orang merasa tentram. Apalagi dengan kacamata minus yang bertengger di matanya membuat gadis itu semakin terlihat cute. Dan fakta mengatakan bahwa Gwen adalah kekasih dari Astra. Hubungan mereka sudah berjalan selama kurang lebih 1 tahun. Jadi jika kalian menganggap kalau Astra mengidap sister complex, itu salah besar! Astra memang sangat menyayangi Thea dan terkesan overprotektif, namun itu dalam batas adik-kakak saja. Tidak lebih. "Masa depanku." jawab Thea asal dan membuat dahi Astra berkerut. "Masa depan bagaimana?" Mata Astra menyipit namun malah terlihat lucu. Thea mendengus. Kenapa kak Astra ingin tahu sekali? "Sudahlah, Astra. Kau jangan terlalu mengekang Thea." ucap Gwen seraya mengusap lengan lelaki itu. "Baiklah." Astra menghembuskan napas. "Kalau begitu kakak harus pergi dulu, kepala sekolah memanggil kakak. Kalau kau butuh sesuatu, cari kakak, okey?" "Oke!" Thea mengacungkan dua jempol sekaligus dan harus kembali mendengus saat Astra mengacak pelan rambutnya sebelum pergi. "Ish, kak Astra! Rambut Thea jadi berantakan!" Thea tidak heran ataupun ingin tahu mengapa Astra dipanggil oleh kepala sekolah. Jabatan Astra yang merupakan wakil ketua osis kerap membuatnya cukup sibuk layaknya ketua. Selain tampan, Astra juga terkenal karena prestasinya baik di akademik maupun non akademik. Tentu saja hal itu membuatnya menjadi salah satu most wanted di sekolah ini. Suami datang! Suami datang! Eh, eh—aku sudah cantik belum? Tampan setiap hari, yes? Ah, masa depaaaaaaann!! Hingga suara pekikan dari kaum hawa yang berada di kantin berhasil membuat lamunan Thea terbuyar. Gadis bungsu keturunan dari Asrein itu mendengus. Thea tidak perlu menoleh ke belakang, lebih tepatnya ke seseorang yang berhasil membuat seisi kantin semakin ramai. Ia sudah hafal siapa seseorang itu karena siapa lagi seseorang yang bisa membuat gadis-gadis berteriak histeris selain kakak kelimanya. Galen. Galen di sekolahan ini memang seperti laki-laki pujaan yang ada di novel-novel yang sering Thea baca. Predikat most wanted yang melekat pada Galen dan juga sifat dingin lelaki itu yang mampu bersaing dengan kutub utara. Apalagi jabatan Galen yang merupakan ketua osis di sekolahan ini mampu membuat siapa saja mencapnya sebagai kekasih idaman. Klise memamg. Tapi terlepas dari hal itu, tidak ada yang berani mendekati Galen secara terang-terangan bahkan secara sembunyi-sembunyi. Sifat dingin dan misterius lelaki itu berhasil membuat siapa saja merasa bergidik saat berada di dekatnya. Apalagi saat mata tajam itu melirik seseorang, maka seseorang itu akan bergidik ngeri saat itu juga. Terlihat berlebihan memang, namun itulah kenyataannya. "Aduh, kenapa Kak Galen harus pergi ke kantin?" keluh Thea pelan. Hari ini hari kamis, Kak Galen tidak suka ke kantin pada hari kamis—entah karena apa. Tapi kenapa sekarang lelaki itu malah pergi ke sini? "Aaaa, Kak Galen!" Suara teriakan Clarity membuat Thea memalingkan wajah ke sahabatnya yang tampak datang dengan rambut sedikit lusuh, mungkin karena desak-desakan saat memesan tadi. "Clarity juga ikut-ikut." Thea berdecak sebal. Dongkol. Sedari masuk hari pertama sekolah dulu, Clarity memang sudah menyukai Galen. Bukan hanya ketertarikan biasa, namun sudah bersemi menjadi cinta walaupun Galen tak pernah menganggap Clarity ada. "Ah, kakakmu itu selalu saja tampan, Thea!" Mata Clarity terlihat berbinar-binar sembari duduk di kursi depan Thea. "Biasa saja." celetuk Thea sembari melipat tangannya di d**a. "Masih tampanan Yunhyeong!" Clarity berdecak, "Aish, kau ini. Suka sekali membandingkan kakakmu dengan artis Korea, lagipula Kak Galen memang tampan. Dunia sudah mengakuinya!" "Lebay!" Clarity mengangkat bahunya. Mata emerald-nya sontak membulat ketika mendapati Galen yang tampak berjalan mendekati meja mereka. "Kak Galen menuju ke sini, Thea!" Thea langsung menoleh, dan benar saja—kakaknya itu sedang berjalan ke arahnya. Tentu saja dengan tatapan tajamnya yang sama sekali tak lepas dari wajah ketakutan Thea. Ya, gadis itu selalu saja takut jika berdekatan dengan Galen. Langkah kaki Galen terhenti saat sudah tepat berada di samping Thea. Mata hitam kelamnya melirik Clarity sekilas sebelum akhirnya berkata singkat, "Pindah!" Dan Clarity tahu, ia harus pindah saat itu juga. Meninggalkan Thea yang kebingungan dan hendak protes namun tidak mempunyai nyali yang cukup besar. Alhasil Thea hanya bisa diam saja. Tempat duduk Clarity tadi kini sudah beralih diduduki oleh Galen. Lelaki itu melipat kedua tangannya di d**a dengan tatapan menghunus tajam tepat ke mata Thea. Membuat gadis itu merasa risih karena ditatap sedemikian rupa. Wajahnya memanas. Mereka berdua dalam keadaan hening dengan tak ada yang bersuara. Sampai makanan Thea datang yaitu spaghetti dan bubble tea, mereka tetap diam. "Kak Galen tidak makan?" tanya Thea berusaha mencairkan suasana. Galen hanya diam tak menjawab. Namun tangannya bergerak mengambil garpu dan menggulung mie spaghetti lalu mengangkatnya tepat di depan bibir Thea. Pipi Thea bersemu. Antara malu dan juga kesal. Dia pikir Thea masih anak kecil yang harus disuapi?! Lagipula mereka sekarang sedang berada di kantin! "Tidak mau! Thea bisa makan sendiri!" Thea menggeleng cepat. Namun Galen hanya menganggap angin lalu ucapan Thea dan semakin mendesakkan mie tadi ke bibir Thea. "Buka!" Akhirnya dengan berat hati, Thea membuka mulutnya dan menerima suapan dari Galen dengan pasrah. Mulut Thea mengunyah dengan cepat, berusaha memangkas waktu agar spaghetti-nya cepat habis dan ia bisa segera terbebas dari Galen. "Pelan-pelan!" peringat Galen dengan alis mencuram tidak suka. Uhuk! Uhuk! Akhirnya Thea pun tersedak saat itu juga. Gadis itu terbatuk-batuk dengan hidung yang memerah. "Bodoh!" Thea tidak perlu memasukkan perkataan Galen ke dalam hati karena ia sudah terbiasa dengan ucapan Galen yang dingin dan ketus. "Minum!" Galen menyodorkan segelas bubble tea tadi ke bibir Thea dan segera disambut cepat oleh gadis itu. Mata Thea berair dengan wajah yang memucat. Gadis ini memang terkenal sensitif terhadap apapun yang menimpanya. "Terimakasih." Tring! Ponsel Thea berbunyi, menandakan bahwa ada satu pesan baru masuk. Jarinya terulur untuk mengambil benda sejuta umat itu di meja. Matanya membulat ketika mendapati sebuah situs mengatakan bahwa harga album terbaru Ikon mencapai lebih dari 500 Sfr. Thea mengernyit sedih. Ia hanya mempunyai uang 300 Sfr karena  uang sakunya tiap hari hanya dijatah 600 Sfr. Bisa saja Thea membelinya besok dengan uang sakunya, tapi album Ikon hanya tersisa satu. Tidak mungkin besok masih ada. Ponsel Thea tiba-tiba diambil oleh Galen dengan sigap hingga membuat benda itu berpindah tangan. "Kak Galen!" Protes Thea tidak terima karena Galen bersikap seenaknya. Protesan Thea hanya dianggap angin lalu. Galen tersenyum sinis sebelum akhirnya memberikan kembali ponsel Thea setelah mengutak-atiknya. "Terlalu fanatik, padahal mereka mengenalmu saja tidak. Dasar bodoh!" Thea hanya menunduk saat mendengar ucapan pedas yang keluar dari balik bibir Galen. Ia menggigit bibirnya lalu melirik ke layar ponselnya yang kini menunjukkan tulisan 'Congrats, you're take the last album!'. Mata Thea kontan melotot. Jangan bilang kalau... "Jangan bersedih.." Galen mengusap lembut rambut Thea walaupun masih dengan ekspresi dingin dan datar. Bibir Thea tak bisa untuk tidak tertarik membentuk senyuman lebar. Matanya berbinar-binar senang, "Terimakasih! Kak Galen memang kakakku yang terbaik!" Galen ikut tersenyum. Namun matanya berkilat lain, ada sesuatu yang mencurigakan di dalam diri Galen. Namun Thea sama sekali tak menyadarinya. 
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN