Adriana kelaluar dari kamar mandi dengan beberapa pelayan. Ia berjalan ke arah balkon untuk melihat pemandangan istana.
Saat sedang asyik sendiri Adriana tidak sadar ada Reynald di belakangnya. Reynald maju mendekati Adriana dan memeluk tubuhnya dari belakang.
Adrina berjengit kaget ketika merasakan ada tangan yang melingkar di pinggangnya. "Rey, apa yang kau lakukan? "
Rey meletakan dagunya di bahu Ana dan menghirup aroma tubuh Ana yang memabukan. "Aku sedang memelukmu." Dia menjawab dengan enteng. "Ini sudah malam sayang, kau harus tidur dan aku besok akan pergi. "
Adriana membalikan tubuhnya menghadap Reynald. "Pergi ke mana?"
,"Ayah menyuruhku untuk membantu clan wizard yang di serang oleh pemberontak. Aku hanya pergi beberapa hari saja."
"Berarti kau akan ikut berperang? " Wajah Adriana berubah khawatir. Entah kenapa perasaannya takut terjadi sesuatu kepada Rey. Apa aku mulai menyukainya?
"Kau tidak perlu khawatir, aku akan baik-baik saja. Perang seperti ini tidak ada masalah untukku. "
"Ta...tapi-"
"Sudahlah, waktunya tidur. " Rey mengendong Adriana dan memabringkan tubuhnya di kasur. Lalu dia membaringkan tubuhnya di samping Adriana dan memaluk pinggang Adriana dengan possessive.
Adriana tidak bisa tidur dia menggerak-gerakkan tubuhnya. Reynald yang sudah menutup matanya kembali membukanya lagi. "Tidurlah sayang. "
Bagai sebuah sihir mata Adriana terasa berat dan ia mulai tertidur dalam dekapan Reynald yang hangat.
*****
Malam yang panjang sudah berganti menjadi pagi hari. Seorang gadis mulai membuka matanya tapi ia menutupnya beberapa kali karena bimbang harus membuka atau menutup matanya, kasurnya terasa nyaman dan hanyyat sehingga membuatnya terbuai untuk malas-malasan.
saat merasakan ada yang melingkar di pinggangnya ia membuka matanya dan mencoba untuk mengumpulkan kesadaranya. Saat pandangannya mulai jelas Ana bisa melihat wajah Rey yang sedang tidur dengan jarak yang sangat dekat.
Karena jaraknya yang dekat wajah Rey terlihat sangat tampan dengan rambut hitam, mata sekelam malam yang masih terpejam, alis yang tebal, hidung mancung, dan bibir tipis yang berwarna merah.
"Aku tahu aku tampan sayang, kau tidak perlu memujiku seperti itu. " wajah Ana mulai memerah. Rey membuka matanya dan melihat wajah Ana yang memerah membuatnya tersenyum kecil.
Melihat Rey yang tersenyum membuat jantung Ana ingin melompat keluar. Sial umpatnya dalam hati. Rey mengernyit saat u*****n Ana dengan bebas terlintas di benaknya.
Cup
Rey mengecup bibir Ana "itu hukuman untukmu sayang, gadis manis sepertimu tidak baik jika mengumpat. " Ana hanya berkedip lucu.
Tok tok tok
Pintu kamar di ketuk, mereka langsung bangun dan duduk di ranjang. Setelah mendapat izin masuk pintu terbuka dan menampakan Riri dengan beberapa pelayan.
"Salam pangeran, maaf jika mengganggu saya hanya akan menyiapkan keperluan Nona Adriana. " Rey mengangguk.
Gerbang istana
"Aku akan pergi, jaga dirimu baik-baik. Jika kau ingin ke desa kau harus di temani oleh Riri. " Ana mengangguk patuh dengan perintah Rey.
"Kau pun jaga dirimu baik-baik dan jangan lama. " Rey maju dan mengecup kening Ana.
"Kita pergi Brain. " Brain tangan kanan Rey mengangguk patuh dan ia mengeluarkan sayap demon dan menyusul Rey yang sudah terbang duluan.
"Riri, aku ingin jalan-jalan di desa. Apa kau bawa uang? "
"Ya, mari Nona. " mereka pergi meninggalkan istana dan berjalan ke arah desa.
Sampai di kota mata Ana berbinar senang melihat keramaian. Di sana ada kios yang berjejer, lalu banyak orang yang berlalalu-lalang,ada toko kue dan makanan lainnya.
Andriana mulai membeli ini dan itu lalu keliling melihat-lihat desa. Setelah itu ia kembali ke istana dengan banyak barang belanjaan yang dia beli.
*****
Di sisi lain Rey baru saja samapi di istanal clan wizard.
"Selamat datang pangeran. " Lord Alvian Casper Arellano dan istrinya Queen Angela Ramirez Avila menyambut kedatangan Reynald dan Brain.
Kami sudah menyiapkan kamar untuk anda.Putri kami akan mengantar anda ke kamar." Queen Angela bersikap manis.
"Tidak perlu, aku akan bertemu dengan panglima perang kalian."
"Kalau begitu mari pangeran. " Rey mengikuti Lord Alvian ke tempat para prajurit berlatih.
Setelah bertemu Rey langsung bertanya,ia tidak ingin membuang waktu. "Berapa pasukan yang kita punya? "
"4.500 prajurit pangeran. " panglima tersebut menjawabnya.
"Kalau begitu, aku akan membawa lima ratus pasukan yang handal. "Jawaban Rey membuat mereka semua melongo kaget.
"Baik pangeran. " pangliam tersebut pergi.
Raja yang mendengar itu angkat bicara "maaf pangeran, tapi ini perang dan kita membutuhkan semua prajurit agar menang. "
"Jika aku serius tanpa pasukan pun aku akan menang. "
"Pangeran, para musuh sudah datang. " Brain datang sambil berjalan dan tampang kalem seolah-olah ini bukan apa-apa.
"Bagus, kita selesaikan ini secepatnya aku ingin segera pulang ke istana. "Rey menyeringai kejam dan itu membuat prajurit yang berada di sana brigidig ngeri.
"Kalau begitu siapkan prajuritnya. " Rey dan Brain pergi lebih dahulu.
Rey terbang dengan sayap demonnya dan melihat kumpulan Rogue dan goblin yang lumayan banyak. Rey melihat ke bawah dan melihat pasukan kerajaan Wizard sudah siap.
Sebernarnya Rey tidak perlu sebuah pasukan untuk menangani masalah ini karena dia bisa mengalahkan mereka seorang diri.
Rey turun dia menghentakan tanganya dan kuku sepanjang lima belas cm siap mencabik-cabik musuhnya. "Kalian tunggu apa lagi? Kalau begitu serang. "
Prajurit tersebut langsung berlari kearah para rogue dan goblin. Rey menebas salah satu kepala goblin lalu ia menancapkan kukunya di jantung salah satu rogue dan mencabutnya paksa.
Rey menyerang terus dan tidak menyadari ada seorang yang tiba-tiba muncul. Pria tersebut mengeluarkan sebilah pedang yang ia pnggil dari dimensi lain lalu menebaskan ke pundak Rey yang meninggalkan luka cukup dalam.
Rey berbalik dan melihat pria tersebut. "Kau..." ucap Rey muak.
"Halo pangeran, lama tidak jumpa."