Chapter 5 - About Idol

2296 Kata
Chapter 5 - About Idol Kicau burung terdengar begitu merdu pagi ini. Bunga matahari tersenyum senang menyambut sang mentari pagi. Hutan yang rindang menjadi latar keindahan alam ini. Semilir angin berhembus lembut. Menerpa dedaunan, mereka saling bergesekan. Membentuk harmoni yang sangat luar biasa. Membuat kesegaran pagi ini menjadi sangat indah. Seindah semesta yang tercipta di dunia ini. Pangeran Fabio duduk di samaping Ziura, yang sedang memantau kurcaci-kurcaci yang sedang bekerja di tambang emas. Wajah Ziura sangat cantik. Kulitnya yang putih bersih seperti salju. Bibirnya yang berwarna merah jambu natural. Dan rambutnya yang panjang. Terjuntai indah tanpa hiasan. Sepertinya pangeran Fabio jatuh cinta pada Ziura ini. "Kamu sedang melihat apa?" tanya Ziura. Ia merasa malu di pandang terus, oleh pangeran Fabio dari tadi. Meski tidak memungkiri. Ziura juga sangat senang di pandang seperti itu. Mana ada yang tidak jatuh cinta, jika di pandang oleh pangeran setampan, pangeran Fabio. Jantungnya berdegup tak karuan sedari tadi. "Hah? Apa? Itu aku sedang melihat kurcaci itu bekerja. Rajin sekali mereka," bohong pangeran Fabio. Padahal sudah jelas ia tadi memandangi Ziura. "Oh iya. Tambang emas ini punya siapa?" tanya pangeran Fabio, mengalihkan pembicaraan. Rasanya malu kepergok memandangi Ziura. "Milikmu, milik kerajaanmu pangeran Fabio," jawab Ziura. "Kamu serius?" Ziura menangguk. "Wah aku baru tahu. Ziura, terimakasih yah, sudah beberapa hari ini. Kamu telah menolong aku dari kejaran ratu Zeinta. Oh ya, serbuk emas itu dari mana kau dapatkan?" pangeran Fabio penasaran, pada serbuk emas ajaibnya Ziura. "Serbuk emas ini aku dapatkan dari ayah. Beliau wafat saat berperang melawan ratu Zeinta," wajah Ziura tertunduk. Ia teringan mendiang ayahnya. Tapi tak lama ia tegapkan lagi wajahnya, "Ayah dan aku ada di pihakmu pangeran Fabio," Pangeran Fabio tersenyum, "Oh terimakasih. Maaf, gara-gara ratu Zeinta yang jahat. Ayahmu jadi meninggal," sesal pangeran Fabio. "Tidak apa-apa itu bukan salahmu," Ziura berusaha mencairkan suasana canggung. Pasti pangeran Fabio merasa bersalah. Padahal bukan salah dia seutuhnya. Itu karena ayahnya justru memperjuangkan keadilan. Ayahnya Ziura tidak suka dengan kepemimpinan ratu Zeinta. Yang harusnya memimpin negeri ini itu adalah pangeran Fabio. Bukan ratu Zeinta yang jahat. Ia tidak pantas menjadi ratu. Seorang iblis seperti Zeinta. Pantasnya mati. Karena telah menyengsarakan banyak orang. Termasuk rakyat-rakyatnya. Ratu Zeinta selalu memaksa rakyatnya bekerja tanpa di beri upah. Dengan berbagai ancaman yang membuat rakyatnya takut. Dan terpaksa harus kerja rodi tanpa di bayar. Tak lama terdengar gemuruh sepatu kuda yang semakin mendekat. Sepertinya itu pasukan perang ratu Zeinta. Pangeran Fabio dan Ziura bergegas meninggalkan tempat itu. Kurcaci-kurcaci itupun mengikuti Ziura dan pangeran Fabio. Mereka harus cepat-cepat pergi, agar tidak bertemu dengan pasukannya ratu Zeinta. "Kalian berhenti!" teriak salah satu dari mereka. Pangeran Fabio dan Ziura terus berlari hingga terpisah dengan para kurcaci. Tapi, ratu Zeinta tiba-tiba menghadang mereka. Entah dari mana ia bisa muncul secepat itu. Pasti itu karena ilmu sihir, yang telah di gunakannya. Ia muncul dengan tiba-tiba saja. "Hahhaha, mau pergi kemana lagi kamu Fabio. Waktu bersenang-senang kamu telah habis. Aku akan siap membawamu ke neraka. Hahaha," ucap ratu Zeinta seraya mengacungkan pedang. "Dengan ini kamu pasti akan mati!" Ziura akan menghalanginya, tapi pangeran Fabio menepisnya. Pangeran Fabio mendorong Ziura. Jlab! Pedang itu menusuk tepat di jantung pangeran Fabio. Darah segar mulai keluar. Seketika tubuh pangeran Fabio langsung melemas. "Pangeeeraaan!!" pekik Ziura. Ziura medekati pangeran Fabio. Ia mengeluarkan kotak berisi serbuk emas itu. Semoga saja semua belum terlambat. Tapi, belum sampainya Ziura pada pangeran Fabio. Ratu Zeinta mengambil kotak itu. Dan membuang serbuk emas itu ke jurang. "Tidaaaaaakk!" Ziura makin frustasi. Ratu Zeinta mendekati pangeran Fabio yang sudah tergeletak lemah di tanah. "Sakit bukan rasanya? Aku akan abadi dengan darah yang keluar dari jantungmu. Dan kamu akan lenyap selamanya ke neraka! Hahahaha," ratu Zeinta melepas paksa pedang itu dari d**a pangeran Fabio. Darah yang keluar semakin banyak. Ratu Zeinta mengambil beberapa tetes darah yang mengalir deras dari jantung pangeran Fabio. Ia menekak habis. Dan kecantikannyapun bertambah. "Hahaha," setelah tertawa senang. Ratu Zeinta menghilang. Ziura mendekati pangeran Fabio. Ia tatap wajah pangeran Fabio yang semakin melemah. Ziura posisikan kepala pangeran Fabio di pangkuannya. Ziura melepaskan syal yang melingkar di lehernya. Kemudian ia letakan syal itu di d**a pangeran Fabio. Setidaknya bisa menghentikan pendarahan. "Pangeran Fabio.. Apa yang harus aku lakukan untuk menyelamatkanmu? Serbuk emas ajaib itu sudah jatuh ke dasar jurang. Aku tidak mungkin meninggalkanmu seperti ini. Aku mohon bertahanlah," ucapnya lirih sambil mengenggam tangan pangeran Fabio yang semakin melemah. "Ziura... Putri Ziura.. Aku mencintai kamu... Berjanjilah.. Berjanjilah.. kamu akan merebut kembali kerajaan dari ratu Zeinta. Pengorbanan aku. Cukup sampai di sini.." ucap pangeran Fabio. Ia berusaha menyampaikan pesan terakhirnya. Meski dengan susah payah, sambil menahan rasa sakitnya yang semakin menghujam. Pangeran Fabio pun melemas. Detak jantungnya pernahan sekali berdenyut. Dan.. Lenyap. "Paaaaannngggerrann Fabbbiioo!" pekiknya sambil menangis. Tidak menyangka hal ini bisa terjadi dengan begitu cepat. Bahkan di saat terakhirnya pangeran Fabio menyatakan cinta pada Ziura. Sebetulnya Ziura pun mencintai pangeran Fabio. Tapi apa pantas ia sebagai seorang b***k, bersanding dengan pangeran negeri ini? Apakah Ziura harus memenuhi keinginan terakhir pangeran Fabio? "CUT! Bagus! Sekarang kita break dulu!" ucap sutradara Yeni yang sedari tadi mengawasi jalannya shooting. Sutradara Yeni menghampiri Fabio. "Fabio, setelah ini kita reading untuk project film berikutnya yah. Kamu boleh memilih beberapa aktris yang mau kamu jadikan sebagai lawan main kamu," "Aku yang pilih mba?" Yeni menangguk. "Baiklah nanti akan aku pikirkan. Oh iya, bulan depan aku harus ke Amerika untuk shooting Fast Hunter ke tiga. Coba mba cek schedule aku aja ke Niyya," sarannya. "Baik Fabio," Yeni pun berlalu langsung mencari Niyya asistennya Fabio. Yeni harus mendiskusikan jadwal yang tepat untuk film terbarunya bersama Fabio. "Engga!! Aku engga mau! Aku takut kuda. Lagian cape kali tadi juga udah lari-larian sepanjang hutan ini," protes seorang cewek kepada direktur utama yang kebetulan tadi lewat. "Avril, kebetulan skenarionya seperti ini. Kamu jangan manja ah!" ucap Inggi direktur utama sekaligus ibu kandungnya ini. "Avril engga mau mah! Lagian setelah pangeran Fabio mati. Harusnya Avril engga usah so berani mau merebut tahtanya si Ratu Zeinta itu. Itukan Ziura bukan Avril. Pake figuran aja mah. Engga usah aku, " Avril yang berperan sebagai Ziura terus tidak terima dengan sekenario yang ia dapatkan. "Lalu kamu maunya apa?" "Pake figuran, udah ah Avril cape!" Fabio hanya meggeleng-geleng melihat kejadian itu. Kalau saja Avril bukan anak dari direktur utama PH ini. Mungkin saja dia sudah di depak, karena kebanyakan protes. Saat jadi putri Ziura sih, kelihatan sangat manis dan anggun. Pokoknya sangat mempesona. Tapi setelah kembali memjadi Avril. Berbeda sekali seratus delapan puluh derajat. "Hahhh," Fabio mendesah. Wajahnya terlihat sangat lelah. "Fabiioo! Selfie ddooong!" teriak para Fans seperti biasa. "Fab, elo engga apa-apa?" tanya Niyya. Memang baru di sadari, wajah Fabio hari ini terlihat pucat sekali. "Aku cuma butuh istirahat, dua hari kan aku engga tidur buat selesaiin ini shooting," Fabio memang sangat profesional. Semua pekerjaannya ia kerjakan secara totalitas. Fabio tidak mau menunda-nunda pekerjaannya. Fabio tipe pekerja keras. Sebelum kerjaannya beres. Ia tidak bisa tidur dengan tenang. Kalaupun tertidur. Itu hanya melepaskan lelah sejenak saja. Tapi sebetulnya Fabio tidak benar-benar tidur. Tiba-tiba Fabio merasakan pusing. Mungkin ia benar-benar sangat kelelahan. Dan... BUK! Fabio terjatuh. Dan pingsan. "Fabiooooo!!" teriak Niyya. Semua orang di lokasi terkejut melihat jatuhnya Fabio. Termasuk sutradara Yeni. Ia merasa bersalah, karena telah memfosir tenaga Fabio. Sebetulnya Fabio sendiri yang meminta proses shootingnya di percepat. Makannya Yeni memperpadat jadwal shootingnya Fabio. Mungkin mengejar waktu, karena Fabio harus shooting Fast Hunter di Amerika. Memang selesai dengan cepat. Tapi akibatnya Fabio tumbang. Mereka semua langsung membopong Fabio ke dalam mobil. Segera mungkin Niyya, menyuruh supirnya agar membawa Fabio, ke rumah sakit terdekat. Dalam perjalanan Niyya menghubungi Mitha. Mitha terkejut saat di kabarkan Fabio pingsan. Mitha menyuruh Niyya menjaga Fabio baik-baik. Mitha akan menyusul ke rumah sakit, usai pemotretan yang ia jalani. Meskipun sudah mempunyai anak sebesar Fabio. Tapi Mitha masih sering di suruh pemotretan. Entah itu untuk majalah. Atau iklan. Wajahnya sama sekali tidak terlihat tua. Bahkan seperti yang tidak punya anak. Padahal anaknya sudah dua. Model satu ini memang paling bisa, merawat kecantikannya agar terlihat selalu muda. Meskipun sudah tidak muda lagi. ***** Tercium bau khas rumah sakit. Bau obat-obatan yang sangat kuat. Entah obat apa yang sering tercium saat tiba di rumah sakit. Yang jelas, baunya sangat khas. Para perawat lalu lalang dengan kesibukannya masing-masing. Pasien berdatangan ke tempat itu. Ada yang telihat panik, ada yang biasa saja. Ruang UGD tempat yang paling sibuk. Di mana pasien datang silih berganti, dengan bebeapa kasus yang berbeda-beda. Sementara di loket depan hanya terdapat beberapa pasien rawat jalan, yang terlihat lebih tenang. Mereka duduk dengan tertib, menunggu giliran nama mereka di panggil. Tentunya untuk mendapatkan obat, hasil diagnosis para dokter. Terlihat tiga gadis cantik yang baru saja memasuki lobi rumah sakit. Dua gadis itu terlihat sangat sama persis. Wajahnya yang cantik dengan make up natural. Rambut panjang bergelombang, tinggi semampai dan mempunyai mata yang belo berwarna coklat. Sementara gadis satunya terlihat sangat cuek dengan penampilannya. Rambutnya yang sepinggang ia ikat tinggi. Kulitnya yang putih, ia balut dengan jaket biru dongker. Meskipun tanpa make up. Gadis itu terlihat cantik mempesona. Mereka berjalan dengan menyeret gadis tomboy itu. "Ayooo Mer, kita nengok Fabio. Lagian elo kenapa sih benci banget sama Fabio?" ujar Gloria sambil menyeret langkah Merlin menuju ruang rawat Fabio. Tadi pagi dapat kabar, kalau Fabio masuk rumah sakit. Akibat dua hari berturut-turut di sibukan kegiatan shooting tanpa istirahat, Fabio drop. Hingga ia membutuhkan perwatan, untuk memulihkan stamina tubuhnya. Semua teman-teman sekelas Fabio dan para fans. Menyerbu rumah sakit international Jakarta, di mana Fabio di rawat. Termasuk Gloria dan Novia. Mereka memaksa Merlin supaya ikut. Meskipun dengan keras Merlin menolak. Tapi mereka memaksanya. Menyeret Merlin untuk ikut ke rumah sakit bersama Novia dan Gloria. "Ih bukannya benci. Ya gue nggak suka aja. Udah deh kalian aja ke sana. Emang engga bosen apa ketemu dia terus. Di sekolah kan udah ketemu tiap hari," protes Merlin. "Please Mer, kali ini aja!" paksa Novia. Merlin mendelik kesal. "Oke oke. Tapi lepasin gue dong. Gue bisa jalan sendiri. Jangan di seret kaya gini. Emang gue tawanan apa?" Novia dan Gloria nyengir kuda. Kemudian melepaskan tangan mereka dari tangan Merlin. Pikiran picik Merlin terbaca dengan cepat. Saat Merlin akan kabur. Buru-buru mereka memegang Merlin lagi. Dengan pasrah Merlin mengikuti langkah kedua sahabatnya menuju ruang rawat Fabio. Di depan ruang rawat Fabio terlihat sangat penuh. Ada para wartawan dan fansnya bertumpuk seperti lautan manusia di sana. Saling berdesak-desakan sambil merayu tiga bodyguard bertubuh besar agar diizinkan masuk ke dalam. Namun tidak ada yang berhasil untuk masuk ke dalam. Sepertinya akan sangat sulit untuk masuk, ke dalam ruang rawat inap Fabio. Penjagaanya sangat ketat sekali. Seperti penjagaan presiden saja. "Pak kita ini temennya Fabio loh! Kita mau nengok!" ujar Afrida yang sedari tadi memaksa untuk masuk. Tiga bodyguard itu tidak menanggapi sama sekali. Sementara di dalam ruangan Fabio tergeletak lemas di atas bankar rumah sakit. Fabio mulai menjerap-jerapkan matanya. Ia mulai sadar dari pingsannya. Melihat sekitarnya hanya ada Niyya dan mamanya yang terlihat cemas pada Fabio. "Nak, kamu udah sadar? Ya, ampun. Mama khawatir sekali," Mitha menghablur dan memeluk anak kesayangannya itu. "Makanya Fab, kemaren udah gue suruh istirahat. Elo malah makasain diri. Udah tau shootingnya banyak actionnya, " rempet Niyya tidak kalah khwatir pada Fabio. "Kamu lagi Niyya! Udah tahu Fabio jarang main film laga. Kamu suruh dia masuk ke PH ini. Gini deh jadinya! Kecapean Fabio. Mana harus panas-panasan. Bisa item kulit Fabio. Kamu tau kan biaya perawatan kulit sekarang mahal. Kulit Fabio itu harus tetep mulus, kinclong dan terawat. Jangan sampe jadi item. Nanti engga ada PH lagi yang mau pake, kalo Fabio sampe jadi item!" omel Mitha. "Mah, Fabio engga apa-apa ko mah. Jangan salahin Niyya juga. Aku ko yang setuju buat main di film Princess Aziura. Tinggal setengah jalan lagi. Lagian film Fast Hunter lebih banyak actionnya. Udah yah mah," Fabio mencoba meredam amarah ibunya. "Ya sudah Niyya, kita panggil dokter dulu. Setelah itu kamu ambil uang tante di ATM. Kebetulan uang tante habis tadi," pinta Mitha. Setelah pamit. Mereka berlalu. Dan tinggallah Fabio di ruangan itu sendirian. Di tempat yang sama. Tepatnya di luar ruangan Fabio. Masih terlihat ramai. Mereka masih berusaha untuk bisa masuk kedalam untuk bertemu dengan Fabio. "Ayo dong Mer, coba deh elo yang rayu tuh bodyguard. Siapa tau sama lo bisa," pinta Gloria memaksa dari tadi. Mereka yang mau masuk. Tapi malah Merlin yang di suruh bujuk bodygardnya Fabio. Aneh. "Oke oke bentar," Merlin menyerah. Ia berjalan menuju bodygard yang sedang berjaga didepan pintu ruang rawat Fabio. "Pak, pak permisi. Masih kenal aku? Aku artis juga loh. Bilang sama Fabio. Cewek keren pengen ketemu," ucap Merlin setengah ngasal. Ketiga bodyguard itu tampak berpikir. Kira-kira ia pernah bertemu dengan gadis ini di mana, ya? "Kamu gadis yang menyiram Tuan Fabio. Ya, kan?" tanyanya dengan pandangan garang. Seperti singa yang akan menerkam mangsanya. Merlin nyengir kuda. "Nah, akhirnya Bapak ingat juga. Tadi... Tuan Fabio kirim pesan ke saya. Katanya..." Gadis itu memberi isyarat pada pria yang masih menatap sangar dirinya agar mendekat. Merasa ada hal yang mesti dibicarakan dengan suara pelan, pria itu pun mematuhi apa yang diminta Merlin. Dalam hati, gadis konyol itu tertawa. "Saya disuruh bilang ke Bapak, agar diizinkan masuk." Wajah pria itu mendadak tegang. "Jangan bohong kamu!" Bisa-bisanya ia diperdaya bocah ingusan yang nampak santai itu. "Ish! Bapak enggak percaya? Bapak mau dipecat, karena enggak kasih saya izin masuk? Sudah, sana! Bilang Fabio, ada cewek keren mau bertemu," kata Merlin. Padahal hatinya cukup ketar ketir, kalau-kalau pria kekar itu meminta bukti pesan yang digadang-gadangnya tadi. Jurus acting Merlin lumayan juga. Kapan juga Fabio kirim pesan ke Merlin? Nomor Fabio saja, Merlin tidak punya. Hihhii. Semoga saja mereka percaya dengan akal bulusnya Merlin. Bukan Merlin namanya, kalau menyerah begitu saja.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN