L 02. Baby..

2895 Kata
[Author Pov] Dering ponsel tidak hentinya berbunyi sejak tadi. Ini masih pagi tapi siapa yang menelpon berkali-kali seperti itu? "Hal—" "Baby!! Bukain pintunya monyet!!" Beruntung Baby berhasil menjauhkan ponsel dari telinganya tepat waktu. "Hallo!!" Sapa perempuan bergaun biru pudar itu dengan wajah super ceria. Ia bahkan mengembangkan tangannya bersiap memeluk Baby. "I miss you Baby..." Baby memutar bola matanya. "Lo pagi-pagi gini ke sini? Nggak ada kerjaan apa?" "Gue kangen sama lo, makanya langsung ke sini. Lo nggak tau gue baru sampai?" Baby meneliti dari atas sampai bawah kemudian menggelengkan kepalanya. "Milaniku sayang, lo habis dari pantai? Itu kaca mata dibukak dulu.." Perempuan itu mencibir kemudian mendaratkan pantatnya di atas kasur. "Woah gue rindu ruangan ini. Padahal liburnya nggak sampai sebulan. Rasanya kayak setahun.." "Lebay.." "Hehe.." "By.." "Hm?" "Haras jadi ketua ospek ya?" Baby mengangguk. "Kenapa?" "Hmmm.." Milani terlihat ragu. "Kenapa Mil? Lo balik dari Thailand jadi lemot gitu?" "Anu itu, adik gue kuliah di sini." "Adik lo? Adik yang mana?" "Paris.." "Paris? Itu yang mana?" "Lo belum pernah ketemu. Dia selama ini di Thailand, tinggal sama nenek gue." Baby manggut-manggut. "Terus?" "Nah, dia tuh kuliah di sini. Jurusan Arsitek." "Arsitek?" Milani mengangguk. "Iya. Juniornya si Haras dia." "So?" "Hmmm, bilangin ke Haras dong. Jangan ganas-ganas sama adik gue." Baby tergelak. "Ya kali, Mil. Adik lo cowok apa cewek? Namanya fleksibel sih soalnya.." "Cowok." "Kalau cowok mah biar aja. Atau adik lo...?" Baby menyipitkan matanya. Milani langsung menggeleng. "Adik gue tulen. 100%. Ntar deh gue kenalin. Tapi jangan naksir ya. Dia ganteng soalnya." Baby mencibir. "Nggak selera gue sama brondong.." "Oke oke, atur. Eh gue laper nih, belum makan. Dari rumah langsung ke sini. Lo ada makanan? Eh, btw, lo udah rapi aja pagi-pagi gini.." Baby menghela napas. Ia hempaskan pantatnya di atas kursi. "Gara-gara Vivi nih. Gue dikerjain sama dia." Baby kemudian menceritakan bahwa ia diikutsertakan dalam kepanitiaan The Face Of ATTAIR. Milani manggut-manggut. "Habisnya lo sih nggak pernah mau ikut begituan. Coba aja dulu lo mau waktu disuruh jadi kandidat Duta Queen dari Jurusan kita.." Baby menatap teman baiknya itu. "Coba deh lo ngaca, Mil. Bandingin muka lo sama muka gue. Mana berani gue saing sama lo.." Milani terkekeh. "Lo mah ngerendah terus." Tapi memang kenyataannya begitu. Baby bukan apa-apa dibandingkan Milani. Gadis keturunan Belanda-Thailand-Indonesia itu jelas lebih kemana-mana. Tidak heran jika dia memenangkan gelar Queen ATTAIR 2017. Baby bukannya tidak cantik, tapi Milani lebih cantik. "Gue rasa Paris bakalan dicalonin jadi kandidat Face ATTAIR dari FTSL.." "Kenapa lo yakin gitu?" Baby meletakkan makanan di atas meja. "Ntar deh lo kalau ketemu adik gue, baru lo komen." Baby manggut-manggut. "Ayo makan. Gue harus ke kampus. Lo ikut juga. Temenin gue." "Siyap pak bos." ... Hari ini seluruh mahasiswa baru dikumpulkan di fakultas masing-masing. Ada pembagian keperluan selama masa OSPEK. Dua Fakultas Teknik yang gedungnya berseberangan terlihat sangat ramai sejak pagi. Silih berganti mahasiswa baru datang untuk mengambil keperluan mereka. Panitia ospek juga sibuk sejak pagi. "Udah berapa yang ngambil?" "Kak Kay, di stand ini udah 370 orang, Kak," ujar panitia itu memberi laporan. Kayhan manggut-manggut. Ia memeriksa lagi, memastikan. "Ntar kalau ada apa-apa cepet lapor ya. Terus kasih tau sama yang udah ngambil, suruh kabarin temen-temen mereka supaya datang lebih cepat. Kalau ntar ada masalah, bisa cepet ngatasinnya." "Oke, Kak." Kayhan melirik jam yang melingkar di tangannya. "Eh, No, mana almamater lo? Kenapa nggak dipake?" "Itu Kak, di sana. Iya ini mau dipake.." Kayhan melipat tangan di d**a. Ia terlihat serius. Meski beberapa maba perempuan berbisik-bisik dan meliriknya diam-diam, Kayhan sama sekali tidak perduli. Ekspresinya sama. Datar. "Lo di mana?" Kayhan menempelkan ponsel di telinga. "Iya ini gue ke parkiran. Tungguin di sana.." ... Baby dan Milani sedang berbincang. Milani menceritakan tentang liburannya selama di Thailand. Baby juga berbagi tentang liburannya selama di Lombok. Saat melewati taman, entah dari arah mana tiba-tiba saja ada yang berlari kencang hingga menabrak Baby membuat perempuan itu terpental ke tanah. "Baby!!" "Aakhhh!!" "Aduh.." Milani bergegas menghampiri. "By lo nggak apa-apa? Paris?!" Milani terkejut saat menyadari siapa yang kini tengah menghimpit Baby. Baik Baby maupun laki-laki yang dipanggil Paris itu sama-sama menoleh ke Milani. ... [Haras Pov] "Angkatnya pakai tenaga dong, Kay. Berat nih.." "Lo kira gue angkatnya pake apa kalau bukan tenaga? Pakai pikiran?" Kayhan menggerutu. "Kenapa masih berat?" "Ini emang berat, k*****t!" Karena hari masih pagi dan panitia lain juga sibuk, terpaksa aku dan Kayhan turun langsung mengurus alat-alat ini. Sialnya hanya ada kami berdua karena Faro dan Ogi harus bertemu dengan panitia fakultas lain. Aku tidak yakin ada masalah apa, jadi aku meminta Ogi dan Faro yang pergi karena pekerjaan di sini jauh lebih penting. Barang yang kami bawa ini sudah cukup berat untuk aku angkat di pagi hari. Bukannya minuman segar yang aku dapatkan sebagai imbalan, tapi malah pemandangan yang membuat ubun-ubun panas. "Aw, Haras b******k! Kaki gue. Aduh, sialan!!" Aku abaikan Kayhan yang memaki di belakang. Dengan langkah besar aku melangkah menuju ke taman tak jauh dari tempat kami. "Haras?" Milani terlihat terkejut dengan kehadiranku. Aku segera menarik tangan Baby, membantunya berdiri. Astaga, ini masih pagi, kenapa aku harus disuguhkan dengan pemandangan kekasihku dipeluk oleh laki-laki lain? "Har, kamu ngapain di sini?" Baby menatapku dengan wajah bingung dan terkejut. Aku menariknya ke dekatku. Tidak menjawab pertanyaan Baby, aku justru mengarahkan pandangan pada laki-laki berseragam hitam putih di depanku. Dia terlihat santai dan tenang. Tidak merasa bersalah sama sekali. "Ini ada apa?" Aku alihkan pandangan pada Baby. "Itu—" "Dia pacar kakak?" Laki-laki yang aku tau maba itu memotong kata-kata Baby. "Paris!" Milani angkat bicara. "Yang sopan sama senior!" Aku menoleh pada Milani. Apa dia mengenal laki-laki ini? "Sorry ya, Har, Baby. Itu nggak sengaja. Maafin adik gue ya.." Adik? Tidak hanya aku, Baby sepertinya juga terkejut. "Dia adik lo, Mil?" Milani mengangguk. "Paris buruan minta maaf. Apologize, now!" Laki-laki itu menaikkan sebelah alisnya, menatapku dan Baby bergantian, lalu disusunnya kesepuluh jarinya di depan d**a. "Sorry," katanya. Jika dia memang adik Milani, aku tau pose yang ia buat. Dulu Milani pernah menjelaskan budaya orang Thailand padaku. Mereka normalnya memang meminta maaf atau memberi salam sopan dengan cara seperti itu. "Kamu ngapain di sini?" tanya Milani. "Harusnya kan di FTSL.." "Ada urusan." "Har, sialan! Lo udah bikin kaki gue bengkak main kabur aja!" Kayhan tiba-tiba muncul, mengomel dengan wajah sangat kesal. Perhatian kami tertuju padanya. "Sorry.." "Eh, kenapa pada ngumpul di sini?" tanya Kayhan menatap orang-orang di depannya bergantian. Kemudian aku menyadari ada kecanggungan antara Kayhan dan Milani. Perempuan itu langsung mengalihkan wajahnya ke arah lain. "Bukan apa-apa. Kalian mau ke mana?" tanyaku pada Baby. "Mau ke BEMU." "Oh yaudah, sana." Aku lepaskan tangannya. Baby dan Milani kemudian pergi setelah Baby menyapa Kayhan sementara Milani melenggang dengan cuek. "s**t, Har, sakit banget woy.." Kayhan masih merengek. "Eh, kamu ngapain masih di sini?" Perhatian Kayhan tertuju pada Paris. "Udah selesai ambil peralatan buat OSPEK?" Paris menggeleng. "Kenapa masih di sini?" "Saya pergi dulu, Kak.." Paris menoleh padaku sekilas, kemudian dia pergi. "Ngapain lo liatin dia kayak gitu?" Kayhan menepuk bahuku. "Nyebelin banget mukanya.." aku melihatnya sampai dia menghilang di ujung. "Hah?" "Udah yuk buruan, kerjaan lain masih banyak.." "Huffft sabar Kay, sabar..." ... "Besok siapa aja yang mau ketemu Bang Mec sama Bang Res? Jam berapa?" Aku menjelaskan beberapa hal pada panitia inti dari FTSL. Tiba-tiba ada suara rusuh dari arah stand pembagian peralatan OSPEK. Kami menoleh ke arah sumber kerusuhan. Panitia-panitia yang perempuan terlihat berkumpul di depan meja stand. Mereka tengah mengerumuni seorang maba. Paris. Adiknya Milani. Aku melipat tangan di d**a, memandangi mereka yang tengah sibuk menggoda Paris. "Itu anak yang tadi bukan?" Aku mengangguk tanpa melepaskan pandangan dari stand. "Lo kenapa dah? Kayaknya nggak suka sama tuh bocah? Ada masalah?" Aku menggeleng kemudian kembali fokus pada pekerjaan. Tak lama Faro dan Ogi datang. "Kenapa lama banget lo berdua?" Ogi dan Faro menatapku. Ekspresi wajah mereka tidak terlalu baik. "Ada apa?" ... [Author Pov] Tidak hanya Haras, Kayhan pun menghela napas. Keempat mahasiswa tingkat tiga jurusan Arsitektur itu terpaksa mengadakan rapat dadakan. Faro dan Ogi menceritakan hasil pertemuan tadi. Ternyata, kejadian tadi malam berbuntut panjang. Sepertinya salah satu mahasiswa Fakultas Pertanian tersinggung dan melapor pada senior mereka. Itulah kenapa tadi perwakilan dari FTSL dan FTI dipanggil oleh BEM FP. "Jadi lo sama Kayhan ada di sana tadi malam?" tanya Faro. Haras mengangguk. Ia terlihat berpikir. "Pertama, kita cari dulu cewek itu. Pastiin dulu dia dari fakultas apa." Ketiga laki-laki itu mengangguk. ... Baby mengangguk, kemudian menyimpan ponselnya. "Mil, yuk.." "Kantin?" Baby mengangguk. Kedua anak perempuan itu meninggalkan ruang tempat mereka tadi melakukan rapat. "Haras gimana?" "Dia nggak bisa ikut." "Kenapa?" "Katanya ada urusan mendadak." Milani manggut-manggut. "Eh iya, bentar." Milani mengeluarkan ponselnya. Ia menempelkan ponselnya ke telinga. Tapi beberapa waktu menunggu, tak ada jawaban dari sebrang. "Nggak diangkat." "Siapa?" "Paris." Milani mencoba menghubungi lagi. Kembali tak ada jawaban. "Kenapa nih anak?" Ia menatap layar ponsel lalu mencoba untuk ketiga kalinya. "Tumben dia nggak jawab panggilan gue." "Lagi ada kerjaan kali." "Udah jam segini harusnya dia udah beres dong urusannya di kampus. Ntar ke sana dia malah nggak ada." Baby menatap Milani. "Eh By, ntar temenin gue ya ke asramanya Paris, nganter pesanan Mami. Tuh anak kemaren ninggalin di rumah. Disuruh balik buat jemput katanya nggak sempat, sibuk. Nggak ngerti gue dia maba sibuk apaan.." Baby tergelak. "Maklum aja kali, Mil. Namanya juga anak cowok. Sibuk ngegame kali. Eh btw, si Paris kenapa bahasa Indonesianya lancar gitu? Kata lo dia besar di Thailand.." Milani mengendikkan bahu. "Nggak tau juga gue. Mungkin karena nenek gue pake bahasa Indonesia kali ngomongnya. Kalau gue ketemu dia biasanya sih ngomongnya pake bahasa Inggris.." Milani menggaruk kepalanya. Ia pun sepertinya bingung. Lalu keduanya sama-sama tertawa. ... Paris masih di area fakultasnya saat terjadi pekelahian di sudut gedung FTSL. Ia berencana kembali ke asrama sebenarnya untuk melanjutkan tidurnya tadi. Tapi perkelahian itu cukup menarik perhatiannya meskipun ia tidak langsung menghampiri ke sana. Untuk beberapa waktu Paris masih berdiri santai memperhatikan dari jauh. "Sini lo maju! Lo kira gue takut!" "Ish! Minta dikasih pelajaran nih cewek!" "Rom, udah! Ini FTSL, lo gila.." "Dia yang minta dihajar!" Saat keadaan semakin memanas, barulah Paris turun tangan. Tapi belum sampai dia di sana, sebuah teriakan langsung menarik perhatiannya. Paris dan empat orang lainnya menoleh ke sumber suara. Empat orang laki-laki memakai almamater ATTAIR terlihat melangkah besar menuju ke tempat keributan. Paris tanpa sadar menahan napas saat keempatnya melewatinya. Dua di antaranya sempat menatapnya dengan kerutan di kening dan mata yang menyipit. Tiga orang laki-laki yang sama dengan yang tadi malam itu terlihat terkejut. Pun anak perempuan itu. Haras menatap tajam orang-orang di depannya. "Kalian lagi!" Haras menghela napas. "Siapa nama kamu?" Haras menunjuk anak laki-laki paling kanan. "Dani, Kak.." "Ivan, Kak.." "Kenapa diam?" tanya Kayhan pada anak laki-laki terakhir. "Romeo, Kak.." "Catat namanya," kata Haras. Ogi mengangguk. "Nama kamu siapa?" Kali ini perhatian ke empat senior itu tertuju pada satu-satunya perempuan di sana. "Awh, kenapa diam? Nggak punya nama atau lupa namanya siapa?" Ujar Faro. Anak perempuan itu menatap Faro tak suka. Pandangannya bertemu dengan Haras. Tak ada ekspresi ramah pada wajah Haras. Ia terlihat dingin. "Pelangi, Kak." "Nama panjang sama jurusan.." "Anendya Pelangi, Arsitektur.." Haras memejamkan mata sesaat. Ini baru hari pertama, OSPEK bahkan belum mulai. Tapi sudah ada saja masalah. "Ro, Gi, lo berdua bawa mereka ke FP. Ntar gue sama Kayhan nyusul ke sana." Faro dan Ogi mengangguk. "Ayo, kalian bertiga.." kata Ogi. "Eh, yang satu itu gimana, Har?" tanya Faro. Perhatian mereka otomatis tertuju pada satu orang yang sejak tadi terabaikan. Haras menatap Paris. "Dia urusan gue." Satu alis Paris terangkat. Ogi, Faro serta tiga anak Fakultas Pertanian itu pun pergi. "Kamu," Haras menatap Paris. "Ikut sini. Kamu juga, Pelangi.." "Sana," tambah Kayhan. Pelangi dan Paris menurut, mengikuti Haras yang terlihat menuju ke gedung FTSL. ... Paris duduk dengan tenang, bagai penonton, menyaksikan bagaimana perempuan bernama Pelangi itu mendapat ceramah dari Haras. Sejauh ini Paris tidak tau Haras siapa. Yang ia tau, Haras seniornya, itu saja. Paris tidak begitu berminat mendengarkan masalah yang sebenarnya. "Dan kamu.." tiba-tiba Haras mengarahkan pandangan pada Paris. "Kamu nggak punya teman?" Paris mengerutkan kening. "Salah saya apa, Kak?" tanyanya polos. Paris tidak merasa dia melakukan kesalahan. Lalu kenapa Haras tiba-tiba menghakiminya? "Kamu lihat teman kamu dikeroyok, cewek lagi, tapi kamu diam aja." Paris mengerjap, mencoba mencerna kalimat Haras. "Maksudnya dia?" Ia tunjuk Pelangi. "Kakak nyuruh saya berantem? Tapi itu kan bukan urusan saya, Kak." Haras melipat tangan di d**a. "Nggak ada yang nyuruh kamu berantem. Yang saya bahas itu solidaritas kamu. Dan lagi, ini cewek." "Kak!" Pelangi buka suara. Haras, Kayhan, dan Paris langsung menoleh. Pelangi menatap Haras. "Terimakasih sebelumnya karena kakak udah nolongin saya. Tapi saya nggak butuh pertolongan kakak. Mungkin menurut kakak saya lemah karena saya cewek, tapi maaf, kakak salah. Saya memang cewek, tapi saya nggak lemah. Saya bisa melindungi diri saya sendiri." Kayhan melongo mendengar penuturan Pelangi. Baru kali ini ia bertemu perempuan seperti itu. Padahal kalau dilihat, penampilan Pelangi tidak terlalu tomboy. Dia terlihat seperti anak perempuan pada umumnya. Terdengar hembusan napas. "Ok," Haras manggut-manggut. Haras kemudian mengeluarkan ponselnya. Pelangi mengerutkan kening saat Haras mengulurkan ponsel itu padanya. "Masukin nomor kamu." "Untuk apa?" Haras melirik jam tangannya. "Sekarang jam 2. Kamu udah makan siang?" Pelangi menggeleng. "Oke. Jam 3 kami tunggu di stand tempat kamu ngambil peralatan tadi. Jaminannya nomor hape kamu." Pelangi tidak langsung menurut. "Kamu mungkin nggak tau, jadi saya akan kasih tau, di fakultas ini kamu punya senior, dan kamu itu tanggung jawab kami." Pelangi memberikan nomor ponselnya. Kemudian Haras membiarkan Pelangi pergi. "Saya boleh pergi kak?" Perhatian Kayhan dan Haras tertuju pada Paris. "Kamu jurusan apa?" "Arsitek, Kak.." "Kamu boleh pergi.." Paris bersiap melangkah pergi. "Paris.." panggil Haras. Paris menoleh. "Ingat yang kakak bilang tadi." Paris mengangguk. Ia kemudian berlalu. Begitu pintu tertutup, Haras langsung menghela napas panjang. Kayhan menepuk bahu temannya itu. "Kayaknya berat banget tahun ini.." Haras mengangguk. "OSPEK bahkan belum mulai.." "Semangat, Bro.." Kayhan tiba-tiba tertawa. "Sial banget Bang Aji milih lo jadi ketua.." "Sialan lo.." Haras memandang ponselnya. Ada beberapa pesan w******p. "Kantin yuk.." "Nggak mau ah.." "Ayuk.." Haras menjepit leher Kayhan, memaksa laki-laki itu ikut dengannya. "Lepas, Har, sakit!! Taik! Gue nggak bisa napas.." ... Tepat memasuki kantin, beberapa langkah lagi, Kayhan tiba-tiba berhenti. "Kenapa?" "Lo aja deh, gue nggak ikut.." "Kenapa sih? Udah santai aja, udah mantan juga." "Mantan kepala lo peyang." Haras tergelak, kemudian menyeret Kayhan, memaksa ikut. "Hai.." sapa Haras. Baby dan Milani menoleh, tersenyum. Tapi ekspresi Milani langsung berubah masam. "Udah pesan?" tanya Baby. "Santai aja. Kita nggak laper banget kok.." Haras tersenyum. "Eh Mil, Paris itu adik lo?" "Iya, kenapa?" "Kandung?" Milani mengangguk. "Kenapa? Adik gue nggak bikin masalah kan?" Haras dan Kayhan saling pandang. Haras kemudian menggeleng. "Gimana? Udah selesai rapatnya?" Baby dan Haras tenggelam dalam obrolan mereka. Sementara Kayhan sudah sibuk dengan ponsel. Milani sesekali mencuri pandang. Tak jauh dari tempat duduk mereka. Beberapa anak perempuan tengah mengobrol. "Itu kan yang Kak Haras?" "Iya, kenapa? Suka?" "Hehe, ganteng. Temennya itu juga. Kak Kayhan kan?" "Iya." "Kak, itu pacarnya kak Haras?" "Yang mana?" "Itu yang lagi ngobrol sama Kak Haras.." "Oh, Kak Baby. Bukan.." "Tapi kayaknya akrab banget gitu. Kak Haras juga senyum lebar gitu. Beberapa hari ini ngeliat kak Haras nggak pernah dia senyum gitu. Nggak pernah senyum sama sekali malah.." Perempuan itu terkekeh. "Kak Haras emang terkenal jarang senyum sih. Mereka emang akrab. Tapi emang nggak pacaran." "Kalau yang itu kak? Pacarnya kak Kayhan? Yang cantik itu?" "Bukan juga." "Masa sih Kak? Kakaknya cantik banget loh, yakin bukan pacarnya Kak Kayhan?" Anak perempuan yang merupakan mahasiswa tingkat 2 itu mengangguk. "Yakin. Mereka nggak pacaran, cuma emang dekat. Oh iya, yang satunya itu namanya Kak Milani. Dia dari Fakultas Kesenian dan dia itu Queen ATTAIR 2017.." "Serius Kak?" "Iya." Dua maba perempuan itu geleng-geleng. Takjub, juga jadi minder sendiri. Jika yang mengelilingi Kayhan dan Haras adalah perempuan secantik dan sehebat itu, bagaimana mungkin mereka berani mendekat? ... "By.." Baby menghentikan langkah. Tidak terlalu ramai di sekeliling mereka. Haras meraih tangan Baby. "Sepi, tenang aja.." Baby tersenyum tipis. "Ntar malam kamu banyak kerjaan nggak?" Baby menggeleng. Kuliah belum mulai, jadi belum ada pekerjaan. "Mami, Papi sama yang lain pulang ntar malem. Mau nggak jemput mereka ke bandara?" "Seriusan?" Wajah Baby langsung berbinar. Haras tersenyum, mengangguk. "Mau. Kangen Eira, Noel juga.." "Cuma Eira sama Noel?" Baby mengerucutkan bibirnya, membuatnya terlihat lucu. "Iya, sama Sena sama Sagara juga.." Baby ingat dua anak laki-laki itu pernah protes padanya karena ia yang selalu mendahulukan sikembar daripada mereka. Anak kecil saja bisa cemburu begitu. "Ntar aku jemput ya, jam 7.." "Ok.." Keduanya diam selama beberapa waktu. Kemudian Baby teringat sesuatu. "Eh iya, Be, ada masalah apa tadi?" Haras membuang napas pelan. "Biasalah, maba." "Udah selesai?" "Hampir.." Haras berikan Baby senyum agar perempuan itu tidak terlalu khawatir. "Eh iya, kirimin aku foto liburan kamu ya.." Haras mengalihkan topik. Baby mengangguk. Keduanya saling pandang selama beberapa detik. Lalu sama-sama tersenyum malu. "Sana balik. Istirahat.." "Harusnya aku yang ngomong gitu ke kamu.." kata Baby. Haras otomatis tertawa. "Aku balik dulu. Kamu jangan lupa makan." Haras mengangguk. "Bye.." Baby melambaikan tangan. Baby masih menoleh ke belakang. "Hati-hati, jangan sampai nabrak," canda Haras. Baby mencibir. Kemudian ia benar-benar sudah menjauh. "Hmmm, sayang dikampus.." ujarnya. Ia kemudian menarik napas dalam dan ikut berlalu. Masih ada yang harus diselesaikannya. "Kamu di mana? Hmm, tunggu di situ.." Haras memasukkan ponsel ke kantong celana, kemudian melangkah sedikit lebih cepat menuju gedung fakultasnya. ***
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN