Bagian Delapan

961 Kata
Jangan Lupa Vote dulu sebelum baca yes? Happy Reading ***** Maghia berlari sekuat tenaga demi supaya absennya tidak merah. Ternyata kerja di sini tidak seenak yang dikhayalkannya. Pihak manajemen tidak segan-segan memotong uang transport karyawannya yang datang telat. Maghia hanya lima menit terlambat sewaktu tiba di ruangan sales dan marketing. Tergopoh-gopoh dicarinya pegawai senior yang mengurusi kostum untuk pameran yang diadakan di Mall yang lokasinya berada di area yang sama dengan Wira hotel. Setelah menerima penjelasan dan sederet permintaan maaf, senior yang namanya Windy itu, menyerahkan kostum dan menyuruhnya segera berganti pakaian. Tidak sampai setengah jam kemudian, Maghia muncul di Mall. Gerakannya kaku, ia sangat canggung dan asing dengan suasana ramai seperti ini. Namun, ia harus menjalankan tugasnya, menjerat anak-anak untuk berfoto dan bermain, sementara para orangtua dijerat oleh bagian sales untuk ditawari paket menginap di resort atau hotel dengan layanan terbaik yang dimiliki oleh Wira Hospitality Group. "Strategi mereka bagus ya. Cosplay sekaligus memasarkan produk. Mall ramai pengunjung, hotel dan resort kita bisa meningkat huniannya" Puji Harris yang berjalan di sebelah Barry. "Tingkat hunian semester ini paling terbaik. WHG kita sudah 'ngeenggg' semakin di depan." Sahut Andy, dengan gaya dibuat semirip mungkin dengan Valentino Rossi di iklan motor. "Lalu, kalian puas? Kalian puas dan senang dengan kondisi sekarang ini?" Harris dan kepala bagian sales, terkejut mendengar reaksi ketus Barry. Namun, mereka hanya diam saja. "Eon Hotel akan segera dibuka. Mereka sedang menunggu kita di tikungan, dan wushhhh! Kita akan disalip kalau tidak menyiapkan strategi pintar dari sekarang!" Khas Barry. Mana mungkin dia mau mengakui kecerdasan ide anak buahnya dengan mudah. Entah tidak peka atau sengaja, Harris malah memuji kecepatan pembangunan saingan mereka dan yang pasti, ucapan itu membuat Barry tambah kesal. "Kalian harus fokus dan jangan terlalu senang dengan keberhasilan sekarang. Kalau enggak mau menangis dua bulan lagi. Paham?" Harris dan Andy hanya mengangguk. Dengar-dengar sih, hari ini bonus tahunan mereka akan ditransfer, jadi sebaiknya mereka tidak berdebat dengan bosnya yang terkenal tidak mau kalah. **** Salendra sedang berbincang dengan rekannya. Selama berbicara, tatapannya tidak lepas dari sosok Maghia yang sedang membagikan brosur, dan meladeni permintaan foto dengan semangat. Setelah temannya pergi, dia berjalan menghampiri Maghia yang tengah menarik-narik rok berbentuk ekor ikan dan penutup d**a berbentuk kerang yang terlihat tidak nyaman. Untungnya dia pakai manset, jadi hiasan rumput laut tidak membuat kulitnya gatal. "Kerjaan lo udah selesai?" "Iya, sebentar lagi." "Kalau gitu, makan siang yuk?" "Eh?" "Elo belum makan, 'kan? Sebentar lagi makin ramai lho. 'Kan enggak enak kalau makan ramai-ramai." Beberapa teman Maghia berseru ribut saat mendengar modusan Salendra. Mereka terus berteriak ciee...cieee yang membuat wajah Maghia memerah. Entah seberapa kerasnya suara mereka, sehingga menarik perhatian Barry yang melintas bersama Harris. Awalnya Barry berusaha cuek, dia melintas begitu saja, tapi akhirnya dia berbalik karena penasaran juga. Dan semakin penasaran, saat melihat Salendra tengah berbicara, sedangkan Maghia hanya mengangguk dengan wajah memerah. Barry memandang Maghia dengan mulut ternganga tak percaya. Astaga! Anak itu, apa-apaan sih bajunya! "Ku bilang juga apa? Dia enggak pantas di sini karena bodynya enggak mendukung. Lihat deh, pasti Pak bos marah besar." Bisik salah satu teman Maghia, saat melihat Barry berjalan dengan langkah lebar. "Kok, Pak bos di sini?" Maghia heran melihat kedatangan Barry yang tiba-tiba. Bos bukannya cuma duduk-duduk manis di ruangannya ya? "Ini hotelku. Perusahaanku. Jadi wajar kalau aku di sini!" Omel Barry, dia lupa kalau sekarang berada di Mall, milik adik dari kakeknya. "kamu pakai baju apaan sih?" "Cantik 'kan? Tadi banyak yang minta foto lho." Maghia memutar tubuhnya dengan canggung, tapi wajahnya terlihat senang. Bagaimana tidak, sudah dua hari dia berkeliling Mall dengan kostum Hotdog, yang ewww. Sayangnya, Barry tidak sependapat dengan Maghia. "Ganti sana! Enggak pantas tahu, enggak!" "Hah! Jangan dong, ini lucu tau," Maghia tidak mengacuhkan pandangan Barry yang terlihat marah. "Lucu, kepalamu! Kamu lihat dong, gimana tatapan pria yang ada di sini. Senang ya jadi fantasi m***m mereka?" Barry membuka jasnya, menyampirkannya ke bahu Maghia. "Masa sih? Perasaan, dari tadi yang di sini cuma anak-anak deh." Balas Maghia sambil menikmati kehangatan jas pria itu. Baunya enak. Bau tubuh Barry bercampur parfum yang menimbulkan kesan seksi dan maskulin. "lalu, dia bagaimana?" Barry menunjuk Salendra dengan wajah angkuh, "dia pintar berfantasi lho, kalau calon penerus bangsa miliknya, enggak dibuang ke comberan. Anaknya pasti lebih dari lima." "Eh? Tapi aku gak pernah berpikiran m***m sama kamu kok, G. Sumpah!" Salendra yang tiba-tiba jadi tertuduh, membantah. Bagaimana bisa, dia berfantasi sama cewek yang sudah dia kenal dari jaman putih biru. Maghia berpikir sambil menatap Salendra dengan senyum kecil penuh canda. Lelaki ini lama-lama semakin keren. Dia juga kelihatan baik, mana mungkin berfantasi yang tidak-tidak "Ya sudah lah. Terserah!" Barry mengibaskan tangannya kesal. "Kalau enggak mau ganti juga enggak apa-apa. Lumayan buat hiburan. Kapan lagi lihat ikan asin bagi-bagi brosur di Mall!" Maghia langsung murung, benar juga sih, sepertinya kostum sosis lebih baik dari pada ikan asin. **** Barry berdiri bersama Harris, mengamati Maghia yang berderap pergi, dengan kepala didongakkan. Senyum puas tersungging di bibirnya, saat melihat Maghia menuju ke kamar kecil. Harris yang sejak tadi melihat tingkah aneh pria itu, mengernyitkan dahi. "Kalian pacaran, ya?" Barry menatap Harris. "Apa?" "Kalian pacaran? Kalau tidak pasti ada hubungan romantis." "Memangnya aku sudah gila..." "Mendadak panggil dia buat kerja, terus belain dia waktu di bully sama cewek-cewek bagian sales. Sekarang ngotot supaya dia ganti kostum, padahal kalau diperhatikan baju dia masih lebih sopan dibanding yang lain. Kalau lihat sifat kamu selama ini, bukannya itu termasuk gila, ya?" Sahut Harris yang diam-diam mengamati Barry. "Jangan ngaco deh, Om. Aku enggak suka aja lihat dia berkeliaran setengah telanjang, kaya tadi." "Bukannya dia pakai kaos tipis ya?" "Walau pun. Kita 'kan enggak tahu apa yang ada dalam pikiran orang. Lihat gambar aja berfantasi aneh-aneh." Harris mengangguk-anggukkan kepala. "Benar juga, sih. Tapi Om lebih suka menebak, kalau kamu ada sesuatu sama Maghia. Benar, 'kan?" Sosok Harris yang tengah tersenyum, melampaui kata gila di mata Barry. "Itu sih sama aja berharap, mujair seganas piranha, MUSTAHIL!" Harris tersenyum melihat kesinisan Barry. Dia enggak tahu aja, sekarang mujair yang bela ratunya, lebih ganas dari cewek pms yang kesenggol tangannya waktu melukis alis. Tbc 24/07/2017 Note :
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN