Chapter 2

1031 Kata
"Aku melakukan ini demi membalaskan dendamku pada ayahmu. Bahkan setelah membuat ayahmu tiada pun aku masih tidak rela. Aku berpikir, mungkin dengan menghancurkanmu, aku bisa tenang. Jadi, aku sengaja mendekatimu, membuatmu jatuh cinta padaku, menikahimu, mengambil malam pertamamu, dan setelah itu menceraikanmu. Kebetulan-kebetulan yang selama ini kau alami. Itu semua aku yang mengaturnya. Dan setelah rencanaku berhasil, aku benar-benar merasa lega." Zavier menjelaskan panjang lebar mengenai alasan, mengapa ia mencoba menghancurkan kehidupan Flora. Semua itu ia lakukan karena dendam terhadap ayah wanita itu. Ayahnya meninggal dalam kecelakaan karena kecurangan yang dilakukan ayah Flora. Dan setelah mengetahui kabar suaminya sudah tiada. Ibu Zavier mengalami sakit keras, sampai pada akhirnya ibunya pun meninggal. Hal itu yang membuat Zavier melakukan hal yang melewati hati nuraninya. Semata-mata demi membalaskan dendamnya, atas kematian kedua orang tuanya. Padahal ia sudah mencabut nyawa ayah Flora. Namun, ia masih belum puas. Sampai pada akhirnya, ia memiliki ide gila untuk menghancurkan putri semata wayang musuhnya. Dan inilah yang terjadi pada Flora. Menjadi pelampiasan dendam dari seorang Zavier Kingston. Laki-laki hangat yang tiba-tiba berubah menjadi laki-laki dingin setelah kedua orang tuanya meninggal. "Jadi selama ini kau yang membunuh ayahku?" tanya Flora menatap mata elang Zavier. "Tentu saja. Itu balasan yang tidak setimpal, mengingat bukan hanya ayahku yang tiada tapi juga ibuku," balas Zavier dingin. Bagaimana bisa nyawa menjadi ukuran untuk pembalasan dendamnya? Tentu saja iya. Karena bagi Zavier, nyawa harus dibalas dengan nyawa, mata harus dibalas mata. "Kau jahat Zavier, kau jahat! Kenapa kau sejahat ini padaku, Zavier?" teriak Flora bangkit dan turun mendekat sambil memukul-mukul d**a Zavier. Ia menangis meraung-raung, mengeluarkan seluruh tenaganya untuk meluapkan rasa kecewanya terhadap Zavier. "Apa kau ingin menggodaku Flora? Apa kau ingin mengulang kejadian semalam sebelum kita bercerai?" Zavier menahan kedua tangan Flora. Ia menatap Flora dari ujung kepala hingga ujung kaki. Tatapannya benar-benar membuat Flora ketakutan. Flora menunduk dan melihat tubuh polosnya tanpa sehelai benang pun. Dan yah, ia baru sadar bahwa ia belum mengenakan pakaian. Ia menggelengkan kepalanya mencoba untuk mundur. Namun, ia tidak bisa bergerak karena Zavier meremas pergelangan tangannya kuat-kuat. "Lepaskan, lepaskan aku b******n! Aku tidak sudi harus mengulang semuanya bersamamu. Bahkan sekarang aku merasa jijik telah bersentuhan denganmu," teriak Flora jijik. Ia sengaja ingin membuat Zavier marah. Dengan begitu, rasa sakitnya akan sedikit berkurang. Ia tidak ingin terlihat lemah di mata laki-laki itu. "Benarkah? Baiklah, aku akan mengingatkan bagaimana kau melenguh menikmati setiap sentuhanku," balas Zavier tersenyum sinis. "Tidak, tidak. Aku mohon jangan. Aku akan menandatanganinya sekarang. Tapi aku mohon jangan sentuh aku," lirih Flora memohon. "Baiklah. Cepat tandatangani berkas itu dan keluar dari kamar ini!" bentak Zavier sebelum akhirnya tersenyum penuh kemenangan. "I-iya," balas Flora terbata. Ia bergegas menyambar bolpoin dan menandatangani berkas itu. Kemudian ia langsung menyerahkannya pada Zavier. "Pakai ini dan pergi jauh-jauh dari hidupku. Kalau bisa, jangan pernah muncul di hadapanku," tukas Zavier menyerahkan paper bag berisi pakaian. Ia tidak ingin melihat wanita itu memakai gaun pengantin menjijikan itu. "Lebih baik kau pergi terlebih dahulu. Aku tidak ingin melihat wajahmu setelah aku keluar dari kamar mandi," balas Flora tidak ingin terlihat lemah di mata Zavier. Ia ingin meluapkan segalanya. Ia ingin berteriak, memaki, sampai ia merasa lega. Dan jika Zavier masih ada di sana, maka ia tidak akan bis melakukannya. "Baiklah. Aku juga tidak sudi melihat wajahmu lagi," ujar Zavier dingin. Setelah kepergian Zavier, Flora meringkuk di samping tempat tidur. Ia menangis meraung kesakitan. Belum genap satu hari ia menikah dan ia sudah harus bercerai. Ia merutuki kebodohannya yang dengan mudahnya mempercayai setiap kebohongan laki-laki itu. Ia mengingat bagaimana pertemuan pertamanya dengan Zavier Kingston. Saat itu ia sedang terburu-buru bertemu dengan klien di cafe. Dan saat itu pula, Zavier menabraknya dengan segelas kopi yang tumpah mengenai baju Flora. Laki-laki itu terus saja membungkukkan badannya sambil menggumamkan kata maaf. Sampai-sampai membuat wanita itu merasa tidak enak. "Aku baik-baik saja. Jadi kau tidak perlu meminta maaf," ujar Flora menatap wajah tampan laki-laki yang menabraknya. "Benarkah? Kalau begitu, ini kartu namaku. Kau bisa meminta ganti rugi melalui nomor ini," balas Zavier berlalu pergi. "Tapi--" ujar Flora mencari sosok yang sudah menghilang dari hadapannya. Zavier menghilang secepat angin berhembus. Sampai lewat beberapa hari, Zavier menunggu Flora menghubunginya. Namun sampai satu Minggu berlalu, wanita itu tak kunjung menghubunginya. Laki-laki itu mulai gusar, ia kembali memikirkan cara agar mampu membuat Flora terjerat akan pesonanya. Zavier memang tampan dengan sejuta pesona. Tinggi semampai, hidung mancung, senyum yang memukau, bibir merah tanpa noda kehitaman bekas merokok, d**a bidang, dan ia termasuk sosok yang hangat. Namun itu sebelum kedua orang tuanya tiada. Tetapi Flora juga tidak kalah cantik. Ia tipe wanita yang cerdas, tinggi, memiliki tubuh ramping, bibir seksi, dan berwawasan luas. Ketika Flora dalam perjalanan menuju kantor, hal yang tidak terduga terjadi. Tiba-tiba ban mobilnya bocor dan saat itulah Zavier muncul. Seolah takdir sengaja mempertemukan mereka. Padahal Zavier selalu membuntuti ke manapun Flora pergi untuk mencari celah. Dan hari ini, hari di mana keberuntungan memijaknya. "Ban mobilnya kenapa Mba?" tanya Zavier. "Ban mobilku bo-cor," balas Flora terkejut dengan sosok yang belum lama ini ia lihat. "Kau!" teriak Flora dan Zavier bersamaan. "Iya ini aku," ujar Zavier menggaruk kepalanya yang tidak gatal. "Kebetulan macam apa ini?" batin Flora. Wanita itu bangkit berdiri berjalan memutar dan masuk ke dalam mobil. Ia mengambil tasnya dan kembali keluar. Ia berdiri di pinggir jalan, kemudian menghentikan taksi yang lewat. Ia tidak mempedulikan sosok Zavier yang sedari tadi memperhatikannya. Sementara Zavier, ia hanya memperhatikan setiap gerak-gerik yang ditunjukkan oleh wanita itu. Ia melipat kedua tangannya di d**a sambil tersenyum. Ia semakin ingin membuat Flora jatuh cinta padanya. "Sepertinya akan menarik," batin Zavier tersenyum menyeringai. Untuk kedua kalinya ia gagal mendekati Flora. Jika wanita lain yang ada di posisi Flora. Mungkin mereka sudah jatuh ke dalam perangkap Zavier. Tapi tidak dengan flora, wanita yang tidak haus akan ketampanan. Wanita itu memiliki prinsip tersendiri. Ia harus memiliki pasangan yang bisa membuatnya berdebar. Zavier merupakan salah satu dari mereka yang gagal membuat Flora jatuh hati. Bukan gagal, tapi lebih tepatnya adalah belum berhasil. Karena ia masih akan terus mencoba dan mencobanya. Sampai pada akhirnya Flora bertekuk lutut mencintainya. "Rencana pertama dan kedua gagal. Jadi aku harus membuat rencana ketiga," batin Zavier memikirkan rencana ketiga setelah rencana pertama dan keduanya untuk mendekati Flora gagal.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN