Little Princess

2602 Kata
    "Nona Princess mengalami gejala demam tifoid. Jika terlambat sedikit saja, nyawa Nona akan teerancam. Untung saja, Tuan dan Nyonya secara sigap membawa Nona ke rumah sakit." Seorang dokter muda berlesung pipit tengah menjelaskan kondisi Princess yang tengah jatuh sakit.     Sakitnya Princess, diketahui pertama kali oleh Riri. Tadi pagi, saat akan membangunkan putrinya, Riri dikagetkan dengan kondisi Princess yang menggigil dengan suhu tubuh yang sangat tinggi. Serta keringat dingin yang membuat gaun tidur Princess basah kuyup. Riri memanggil seluruh penghuni mansion. Riri belum pernah merawat anak-anaknya yang sakit. Kembar ABC sejak bayi hingga kini telah berusia empat belas tahun, tak pernah sakit sekali pun. Ya, ketiganya memiliki daya tahan tubuh super yang membuat mereka tidak pernah mengalami sakit.     Begitu pula dengan Farrell yang tak pernah sakit. Jadi, Riri panik bukan main saat menemukan putri kesayangannya jatuh sakit dan mengigau. Untungnya, Farrell dan kembar ABC memang mereka sedang libur dari kegiatan mereka. Keempatnya dengan sigap berbagi tugas, kembar ABC menyiapkan perlengkapan Princess yang akan dibawa ke rumah sakit. Sedangkan Farrell bertugas menenangkan Riri yang menangis di samping Princess yang terbaring di ranjang.     Princess dibawa ke rumah sakit dan mendapatkan penanganan cepat, setelah sebelumnya Farrell memaki para petinggi rumah sakit dan para profesor yang menyambutnya di pintu masuk rumah sakit. Farrell tak butuh sambutan. Hal yang ia butuhkan adalah, Princess segera ditangani. Bukan kata-kata menjilat yang membuatnya ingin mengajar orang.      Kembali pada masa kini. Farrell bertanya dengan serius, sembari tangannya terus mengusap-ngusap lembut pundak Riri. "Tapi, bagaimana keadaan Princess sekarang?"     "Untuk saat ini, nona telah melewati masa kritis. Demamnya juga telah menurun. Untuk selanjutnya, suster akan datang dan memberikan obat," jelas dokter.     "Terima kasih," ujar Farrell singkat.     Setelah dokter ke luar dari ruang rawat Princess. Aio berinisiatif untuk menyeka keringat di kening Princess. Benny dan Cendric menghibur mama mereka yang tampak masih menangis, menyalahkan diri sendiri karena sakitnya Princess.     "Ma, Princess sakit karena udah takdirnya. Jadi, ini bukan salah Mama." Benny bersimpuh di dekat kaki Riri, yang kini duduk di pangkuan Farrell yang duduk di sofa.     Cendric juga duduk di lantai dan memeluk kaki Farrell. "Iya Ma, Princess sekarang juga telah lebih baik. Tinggal menunggu Princess bangun dan pulih. Setelah itu, kita bisa pulang kembali. Princess akan baik-baik saja, Ma."     "Ta-tapi ...."     "Mama berhenti menyalahkan diri sendiri. Ini salah kita semua." Farrell menangkup wajah Riri dan mencium kedua kelopak mata Riri dengan lembut.     "Iya Ma, ini salah kita semua." Benny dan Cendric merenggangkan tangannya seakan-akan meminta pelukan dari Riri.     Riri mengangguk, dengan menahan tangisnya ia akan memeluk kedua putranya yang manis itu. Namun Farrell belum berubah, ia tak senang berbagi dan mengeratkan pelukannya pada Riri. Ia melotot pada kedua putranya dan berbisik, "Jangan macam-macam. Ingat peraturannya!"     Benny dan Cendric dengan kompak melafalkan peraturan yang dimaksud Farrell, "Dilarang sentuh, peluk atau cium Mama. Kalo mau, harus izin Papa dulu. Pa, kita boleh peluk Mama?" tanya keduanya dengan mata berbinar.     Farrell menatap datar kedua putranya itu. Lalu ia tersenyum manis, tapi kepalanya menggeleng pelan. "Tidak, Mama cuma punya Papa." Farrell tersenyum penuh kemenangan.     "Princess sudah bangun?" Suara Aio sontak menarik perhatian.     Riri serta yang lainnya segera beranjak dan mendekat pada ranjang rawat. Princess telah membuka kedua matanya. Kedua netranya yang indah terlihat kehilangan binarnya. Sedetik kemudian tangis Princess terdengar nyaring. Riri segera naik ke atas ranjang dan memangku putrinya. "Sayang maafin mama ya, gara-gara mama, kamu sakit." Tangis Riri pecah kembali. Princess dan Riri tampaknya tengah membentuk paduan suara orang menangis. Suara tangis keduanya bersahutan dan mengisi seluruh penjuru ruang rawat Princess.      Princess yang tadinya merengek segera berhenti dikala mendengar tangis mamanya yang begitu keras, ia merenggangkan pelukan mamanya. "Inces endak cakit. Inces dah cembuh, mama jan cedih lagi. Inces endak cakit." Kedua telapak tangan mungilnya yang terasa panas menyeka wajah Riri yang dibanjiri air mata. Riri mengerti sepertinya Princess ingin menghibur dirinya.      "Princess," panggil Aio.     Princess menoleh, wajah mungilnya yang pucat telah lama kehilangan rona indahnya. Setetes air mata tampak jatuh dari sudut matanya. "Abang Ai." Hidung Princess kembang kempis, terlihat tengah menahan tangis.      "Princess sakit? Kalau sakit harus bilang. Jangan seperti ini, abang Aio tidak suka."     Dan tangis Princess pecah. Kepalanya terasa pening. Begitu pula dengan perutnya yang terasa ditusuk-tusuk. Ia tak mau mengatakannya karena mamanya bisa bertambah sedih. Tapi sekarang ia malah dimarahi oleh Aio. "Peyut Inces cakit. Pala Inces cenat cenut. Badan Inces cakit huaa!" Princess memekik. Suaranya melengking dan pecah diujungnya.     Farrell segera duduk di ranjang dan mengambil alih Princess. "Sayang tahan sebentar. Panggil dokter!" Riri menyeka air mata Princess dan menangis dengan isakan kecil. Hatinya benar-benar tak tega dengan pemandangan seperti ini. Benny yang mendengar perintah papanya, menekan tombol yang digunakan untuk memanggil tenaga medis yang ditugaskan khusus untuk merawat Princess.     Seorang dokter muda yang tampan diikuti dua suster masuk dengan langkah cepat. Dokter muda yang tadi memeriksa Princess berkata, "Nyonya, sebaiknya kalian turun terlebih dahulu dari ranjang rawat. Saya perlu memeriksa keadaan nona Princess terlebih dahulu."     Farrell mengangguk, ia membaringkan Princess dengan lembut dan menarik Riri untuk turun dengan perlahan. Pasangan suami istri itu mengamati dengan cermat bagaimana Princess diperiksa. Begitu pula dengan kembar ABC, ketiganya melotot tak senang saat dokter muda tersebut menyentuh tangan mungil adik mereka yang sangat berharga. Ingatkan mereka untuk mencari informasi mengenai dokter itu, dan memberikan pelajaran yang tepat untuknya.     "Ini reaksi alami dari tubuh nona Princess. Kalian bisa tenang, saya sudah menyuntikkan dosis obat pereda sakit. Sekarang lebih baik Nona makan dan meminum obatnya segera. Nanti akan ada suster yang membawa makanan khusus serta obatnya," jelas dokter.      Farrell dan yang lainnya mengangguk. Akhirnya mereka bisa bernapas lega. Princess telah lebih baik. Setelah dokter dan dua suster itu pergi, tak lama seorang suster datang kembali dengan meja dorong berisi makanan untuk Princess.     Riri dengan telaten menyuapi Princess yang berubah rewel. Butuh usaha ekstra agar Princess mau mengunyah makanannya. Farrell dan kembar ABC harus bertingkah konyol agar Princess tertawa dan membuka mulutnya, dan saat itu pula Riri akan menyuapi Princess. Setelah makanan habis, Riri memaksa Princess meminum obat bubuk yang pastinya terasa sangat pahit. Dan itu sukses membuat Princess menangis dengan begitu kerasnya serta berontak liar. Farrell dan ketiga putranya memang merasa tak tega, tetapi mereka tak bisa menolong Princess. Princess memang harus meminum obat tersebut.     Princess jatuh tidur dengan lelap. Riri dan lainnya bisa bernapas lega. Seakan tersadar Riri menoleh pada ketiga putranya yang tampan, matanya menyorot tajam dan sukses membuat kembar ABC merinding bukan main, merasa seakan-akan telah ketahuan mencuri cokelat milik Princess.     "Kenapa masih di sini?" tanya Riri.     "Maksud Mama?" tanya Aio.     "Kalian ini kenapa masih di sini? Kalian kan sekarang ujian nasional!" Riri berteriak histeris.      Farrell membekap mulut istrinya. "Sayang jangan berteriak, Princess nanti bangun."     Riri menampar tangan Farrell dan melotot marah. "Tapi mereka harusnya sekarang sudah di sekolah, Pa. Mereka telat, bagaimana ini? Bagaimana kalo kalian gak lulus SMP?" tanya Riri panik.     "Ma, Mama lupa kita siapa?" Tanya Cendric. Riri malah menatap Cendric bingung.     "Kita ini kembar ABC. Bukan cuma tampan dan kaya raya, kita juga punya otak encer yang tidak terkalahkan. Jadi gak mungkin kita gak lulus. Kita bisa ikut ujian susulan kok. Sekarang kita mending jaga Princess aja, iya gak Ai, Ben?" Cendric bertanya kepada kedua kakaknya. Dan baru kali ini Aio dan Benny setuju dengan perkataan Cendric.     "Tidak! Sekarang pergi sekolah, kalo kalian memang merasa pintar ikut ujian hari ini juga!" Riri marah, ia tak suka anak-anaknya menganggap semuanya dengan remeh. Meskipun Riri mengakui betapa cerdasnya ketiga anaknya itu, dan Riri yakin mereka lebih dari sekedar mampu untuk lulus ujian dengan nilai sempurna. Kembar ABC telah membuka mulutnya untuk mengelak. Tapi Farrell yang berada dibelakang Riri segera memberi kode. Akhirnya kembar ABC mengalah.     "Iya Ma, kami pergi. Kami akan mengerjakannya dengan secepat mungkin dan kembali," Aio mewakili kedua adik kembarnya. Setelah itu, ia maju dan mencium punggung tangan Mama yang paling ia sayangi. Lalu berpindah pada punggung tangan papanya. Sikapnya diikuti oleh Benny dan Cendric.     "Bawa Hendrik bersama kalian. Papa tidak mengizinkan kalian mengendarai mobil sendiri. Oh satu lagi, jangan terlalu luar biasa. Buat satu atau dua jawaban salah," Farrell memberi petuah. Kembar ABC mengangguk dan segera pergi. Farrell duduk di atas kursi kecil disamping ranjang dan menarik Riri untuk duduk di atas pangkuannya. Ia menenggelamkan wajahnya di ceruk leher Riri.     "Sayang, kau harus makan. Tadi pagi kita belum sempat sarapan bukan?" Farrell berbisik.     "Tapi kita gak mungkin ninggalin Princess, Kang Mas." Riri menggeliat dan membuat Farrell menjauhkan kepalanya. Kini Farrell duduk bersandar dengan kedua tangannya yang memeluk pinggang Riri erat.     "Tidak perlu pergi, kita makan di sini. Aku akan memesannya. Kau ingin makan apa, Sayang?"     "Gak mau makan apa-apa," jawab Riri. Ia kehilangan nafsu makannya. Ia tak mungkin bisa makan ketika putrinya masih terbaring lemah di atas ranjang.     "Jangan menangis! Kini kita hanya perlu menunggu Princess kembali sehat, dan membiarkan para ahli yang bekerja. Tapi kau juga harus makan, sayang. Jika kau tidak makan dan jatuh sakit, kau tidak mungkin bisa merawat Princess dan malah membuat Princess sedih."     Riri merenung dan akhirnya mengangguk. "Mau pecel lele saja, yang pedes. Terus mau es doger, yang ada diperempatan deket sekolah abang ABC. Oh iya, di sana juga ada telur gulung. Mau itu juga, beliin empat tusuk, kasih bubuk balado aja."     Farrell yang mendengarnya, mengerutkan kening. Tangannya bergerak otomatis mengelus perut Riri yang ramping. "Princess mau punya adek?"     Pertanyaan Farrell sukses membuat Riri marah. Ia dengan kesal menjambak rambut tebal Farrell. Bibirnya mengerucut tajam. Farrell yang melihatnya hanya bisa tertawa ringan dan menikmati jambakan Riri di rambutnya. Sudah lama ia tak mendapatkan jambakan seperti ini, ah rindunya. ***     Waktu berlalu dengan cepat. Langit telah berubah gelap. Nyanyian jangkrik dan burung hantu berpadu menjadi sebuah simfoni yang mengalun indah. Malam tampak begitu tenang. Berbeda dengan ruang rawat VVIP dimana Princess dirawat. Kembar ABC dan Farrell berebut perhatian Princess, serta berbuat konyol untuk membuat Princess tertawa.     Riri yang melihat tingkah konyol suami serta ketiga putra kembarnya hanya bisa menggeleng, ia memilih kembali membereskan buah-buahan yang tadi ia terima dari beberapa rekan kerja Farrell yang datang menjenguk Princess.     "Haha Papa jeyek! Peyut Inces sakit ketawa mulu. Haha!" Princess terlihat tertawa begitu riangnya, berbanding terbaik dengan kondisinya tadi pagi.     "Hei jangan menggoda Princess lagi! Abang Ai, Benny dan Cendric lebih baik sekarang pulang. Princess harus tidur, kalian juga harus belajar. Besok kalian masih ujian, kan?" Riri menaiki ranjang dan mulai mengeloni Princess yang memang telah mengucek matanya berulang kali.     "Ma, kita gak perlu belajar. Udah khatam pelajaran begitu mah. Tadi aja kita ngerjain ujian paling cepet, padahal kita datang terakhir. Kita kan murid teladan. Masuk telat, pulang duluan. Terus kita ngerjainnya sambil merem tau Ma, keren gak? Iya dong harus keren, kalo gak keren bukan Cencen namanya. Jadi pengen di ea eain." Cendric tampaknya tengah menyombongkan diri.     Kedua kakaknya hanya bisa menggeleng, dan melangkah menuju Princess. Bergantian mencium kening Princess dan bergumam, "Good night, Princess." Lalu keduanya mencium tangan Riri dan Farrell sebeluum melangkah pergi meninggalkan Cendric yang masih setia dengan acara menyombongkan dirinya.     "Ah, Aio dan Benny ke mana?" Cendric bertanya setelah sadar.     "Mereka sudah pulang, baru lima menit. Jika beruntung mungkin mereka masih menunggumu, Cen," jawab Farrell dengan seringai mengejeknya. Cendric panik. Ia pasti akan ditinggalkan oleh kedua kakak kembarnya itu. Dan Farrell tidak mungkin mau membantunya, karena Papanya itu sangat senang sekali mengerjai dirinya.     Cendric tanpa berpikir segera berlari ke luar. Farrell hanya menggelengkan kepalanya pelan dan melangkah menuju ranjang dan duduk ditepi ranjang, melihat Riri yang tengah meninabobokan Princess.     "Sudah tidur?"     "Belum terlalu nyenyak, jadi jangan mengganggu!" Riri menampar tangan Farrell yang akan mencubit pipi Princess.     Keduanya terkejut saat Cendric datang kembali dan merangsek untuk mencium kening Princess sembari bergumam, "Good night Princess. Have a nice dream." Setelah itu ia mencium punggung tangan kedua orang tuanya dengan hormat. "Maaf, tadi Cencen lupa. Sekarang Cencen pulang dulu!"     Riri hanya terkekeh pelan. Keluarganya memang luar biasa. Ya, luar basa aneh. Namun ia bersyukur memiliki keluarga seperti ini. Riri menunduk dan melihat Princess yang telah tidur dengan nyenyak. Tangannya yang sejak tadi menepuki p****t bulat Princess dengan lembut, secara perlahan mulai berhenti. Ia mencium kening Princess dengan sayang.     "Selamat malam sayang, cepat sembuh."     Lalu Farrell mengikuti Riri, ia mencium kening Princess, dan bergumam, "Princessnya Papa harus cepat sembuh, apa pun akan Papa berikan jika Princess sembuh. Selamat malam sayang."      Riri turun dari ranjang dan duduk di kursi di samping ranjang. Farrell juga turun dari ranjang dan menatap istri mungilnya yang tampak mengantuk. Ah, Farrell baru ingat jika Riri belum makan malam. "Sayang, kau belum makan malam bukan?" Riri mendongak. "Mau makan apa? Biar ku pesankan." Farrell telah merogoh sakunya dan mengeluarkan ponselnya.     Namun tangan Riri menahan Farrell untuk menghubungi seseorang. "Mau makan nasi goreng depan rumah sakit, Kang Mas yang beliin sendiri ya. Riri tunggu disini." Riri memanggil dengan panggilan intim mereka.     "Baik, tapi biar kuhubungi Gwen dulu untuk kemari dan menjagamu serta Princess." Gwen adalah pengawal khusus Riri dan Princess.     "Tidak perlu Kang Mas. Rumah sakit aman untuk kami, jadi Kang Mas lebih baik pergi sekarang." Farrell mau tak mau, mengalah. Jika sudah mendengar Riri memanggilnya dengan panggilan sayang kang mas yang hanya digunakan saat mereka berdua itu, Farrell memang tidak bisa menolak permintaan istrinya ini. Farrell mencium kening istri dan putrinya terlebih dahulu sebelum benar-benar pergi untuk mendapatkan pesanan istrinya. Farrell kira bisa mendapatkan nasi goreng pesanan istrinya dengan cepat.     Namun sayangnya hal itu mustahil, dilihat dengan banyaknya orang yang mengantri. Dengan langkah tegas Farrell mendekat dan memesan dua porsi nasi goreng yang disatukan. Sontak kehadiran Farrell menarik perhatian para pelanggan. Sosok Farrell rang tinggi dan tegap mendominasi. Seluruh mata di sana tampak tak rela untuk sekedar berkedip, mereka sibuk mengamati Farrell dari ujung kepala hingga kaki.     Empat puluh menit kemudian, Farrell baru tiba di ruang rawat Princess. Dan melihat jika Riri telah tertidur dengan manis, sebagian tubuhnya bertumpu pada ranjang rawat Princess. Farrell menghela napas, ia meletakkan kresek makanan kedalam lemari pendingin. Lalu melangkah kembali menuju Riri. Sebelum menggendong istrinya, ia kembali menanamkan sebuah kecupan sayang di kening Princess. Setelah itu, ia membawa istrinya menuju kamar tidur yang terhubung dengan ruang rawat Princess. Ruangan tersebut adalah fasilitas yang disediakan untuk pengguna ruang VVIP.     Farrell yakin Princess tidak akan apa-apa jika ia tinggal. Toh kini kondisi Princess telah kembali normal. Hanya saja memang tengah dalam masa pemulihan sebelum benar-benar sembuh total. Namun tampaknya perkiraan Farrell meleset. Karena begitu ia ikut berbaring dengan Riri di atas ranjang dan masuk ke dalam alam mimpinya, Princess mulai mengigau dikarenakan suhu tubuhnya yang secara bertahap kembali naik.     Dan entah mengapa, Riri serta Farrell jatuh terlelap dengan begitu nyenyaknya. Sampai-sampai mereka tak terbangun karena igauan Princess yang nyaring. Pintu ruang rawat Princess terbuka. Jam telah menjukkan pukul 23.45 WIB. Dan tampaknya sosok tinggi yang baru saja masuk ke dalam ruang rawat Princess bukanlah seorang dokter jaga, karena Princess telah diperiksa satu jam yang lalu oleh dokter jaga.     Lalu siapa sosok tinggi tersebut? Sosok itu kini berdiri di samping ranjang. Kedua manik matanya menatap sendu pada Princess yang tampak tersiksa dengan suhu tubuhnya yang diluar batas normal. "... nas ... panas hiks." Princess mulai meneteskan air mata, reaksi wajar ketika suhu tubuh di atas normal.     Sosok misterius itu mengangkat tangannya yang sepucat kapas dan meletakkan telapak tangannya yang lebar kening Princess yang ditutupi peluh dingin yang terus keluar dari pori-pori kulitnya. Princess berangsur-angsur tenang. Ia tersenyum nyaman saat telapak tangan yang terasa dingin itu mengelus lembut keningnya lalu menangkup kedua pipinya, sentuhan yang terasa dingin bermain-main di kedua pipi Princess yang bulat.     Suhu tubuh Princess turun dan kembali normal. Princess membuka matanya, tapi sayangnya ia tak bisa melihat normal, semuanya terlihat buram. Hal yang ia bisa rasakan adalah, sebuah kecupan tepat dibibirnya sebelum rasa kantuk yang teramat memberatkan kedua kelopak matanya. Princess kembali tertidur dengan sebuah bisikan pengantar tidur.     "Sabar sayang, tunggu aku menjemputmu, my little Princess."
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN