Bab 3

2647 Kata
Kalau patah hati jangan menyalahkan dia, tapi salahkan dirimu sendiri. Kenapa bisa-bisanya kamu mencintai orang jelas-jelas tidak bisa untuk mencintai mu. Bahkan perduli dengan mu saja tidak pernah.                                                                                               ****   Hari ini Keano datang pagi, pagi sekali. Jam 6 dia sudah stay di sekolah. Tapi karena dia datangnya jam 6 pagi tapi dia malah ke warung depan sekolah. Alhasil cowok itu telat 10 menit dan kini dia berakhir lagi-lagi diceramahi oleh Bu Ismi panjang lebar. "Kamu tuh ya kemarin telat 20 menit, sekarang telat 10 menit! Kamu nggak bisa berubah apa?!" tanya Bu Ismi penuh dengan emosi apabila telah berhadapan dengan anak didiknya yang satu itu. "Saya tuh manusia Bu, bukan power ranger. Eh tapi ada kemajuan kan Bu? Besok saya telatnya 5 menit lusanya lagi saya sudah nggak telat." Bukannya merasa bersalah justru Keano berlagak seolah-olah telah mendapatkan ide yang cemerlang. "Allahuakbar!" "Kenapa Bu?" tanya Keano polos. "Nggak!" Keano manggut-manggut, "Saya kira syock trus pingsan. Soalnya cuma saya saja yang di sini. Mau digendong saya gak kuat Bu," celetuk cowok itu. "Gara!!" panggil Bu Ismi dengan bersedekap d**a ke arah laki-laki yang memakai jas OSIS kebesaran SMA Nusa Bangsa. Cowok tersebut berbadan tinggi tegap, muka sangar, galak, plus irit senyum itu berjalan ke arah Keano. Keano yang merasa ditatap oleh laki-laki itu sok sangar itu menampilkan wajah datar. Dia itu adalah rival dari Keano. Karena awal pertemuan keduanya sangat tidak mengenakkan. "Iya Bu, kenapa?" jawab Gara dengan dingin. "Urus anak itu. Saya sudah mumet dengan tingkahnya!" Bu Ismi memegangi kepalanya. "Bu Ismi mumet ya? Mau saya beliin obat nggak Bu?" tanya Keano sok perhatian. "Diam kamu!” Ucapnya begitu galak dengan Keano namun tidak dengan Gara. “Gara, Ibu tinggal dulu ya kamu urus Keano." Pamit Bu Ismi kepada Gara. “Baik Bu.” Jawab Gara. Kini tatapan Gara yang awalnya tajam kini bertambah tajam. Keano saja sampai merinding, ia mengalihkan pandangannya menjadi ke arah jam tangan hitam yang bertengger manis dipergelangan tangannya. "Gue ke kelas dulu ya, udah telat nih gue!" Keano berjalan melewati Gara begitu saja.   "Jangan songong lo jadi adik kelas. Ikutin peraturan di sini! Telat berdiri di lapangan sampai selesai!" suruh Gara tanpa bantahan. "Gue udah kenyang sama hukuman itu. Ganti yang lain!" bantah Keano menantang.   Gara menatap Keano nyalang. Berani sekali anak itu dengannya. Tapi sebuah senyum miring terukir di wajah Gara. Tampangnya yang jutek dan s***s membuat cowok itu terkesan seperti pemain film horor. "Lo nggak mau hukuman itu?" tanya Gara menyeringai. Keano sebenarnya tahu arti senyum miring milik Gara, tapi tidak apa-apakan dia meladani sifat songong kakak kelasnya kali ini? "Nggak usah berbelit anjirr. Gue sibuk!" ketus Keano. "Oww ternyata bad boy baru sekolah ini sok sibuk ya?!" sindir Gara. "Bacot lo." "Okee biasa dong kalau ngomong, hukuman lo itu temuin gue nanti malam di sirkuit biasanya lo kumpul. Kita balapan di sana!" ucap Gara dengan menunjuk d**a Keano. Benar dugaan Keano, Gara memberinya hukuman yang tidak lazim. Tapi daripada dia berlama-lama dengan orang itu akhirnya Keano mengiyakan saja. Toh Keano memang menyukai yang namanya balapan. Jadi fine-fine saja kan? Kecuali kalau sampai ketahuan Anya, habislah dia. Gue harus bujuk Ayah nih? Biar izinnya ke kanjeng ratu gampang. Pikir Keano. Karena dalam keluarga itu yang hanya membolehkannya untuk balapan adalah Raffa. Setiap orang tua pasti memiliki kebebasan memilih hobinya masing-masing dan itu berlaku untuk orang tua seperti Raffa, dia mengijinkan anaknya untuk menekuni hobi balapannya. Walaupun Anya selaku Bunda Keano sering melarang anaknya untuk balapan tapi dia tidak bisa mengekang apa yang anaknya inginkan. Dia hanya bisa mendukung dan mengingatkan Keano ketika anaknya dirasanya kelewat batas, namun baiknya Keano sampai sekarang nakalnya masih wajar. Sedangkan Keano sendiri tidak mau mengecewakan Bundanya dan menghilangkan kepercayaan itu. "Woi! Gimana lo berani nggak?!" Gara menepuk pundak Keano kencang. "Iya! Banyak omong banget lo!" Keano pun pergi meninggalkan Gara yang menatap Keano menyeringai. * * * Keano berjalan menuju lokernya, karena hari ini merupakan jam pelajaran olah raga kelas IPA 2. Tapi ada suatu hal yang membuatnya terperangah. Di sana ada Fahri kakak kelasnya dan juga ada Alea calon pacarnya. Mereka berdua nampaknya tengah asik berbicara alhasil tidak menyadari kalau ada Keano yang nangkring di sana sambil menatap datar orang-orang itu. Pengen marah tapi masih calon pacar, mau dihajar tapi Fahri tidak punya salah apa-apa, mau bilang 'ngapain sama dia?' ntar dikira SKSD. Tapi kalau nggak gitu, rasanya sakit dihati. Nyesek gimana gitu. Serba salah dia -_- "Ehem!" dehem Keano. "Kalau pacaran jangan di sini, nanti ada syaiton lo nganu lagi." Ucapan Keano terdengar begitu menyindir laki-laki itu kemudian berlalu sambil mengambil baju olahraga miliknya. Fahri menatap Keano dengan pandangan yang sulit diartikan, tapi sedetik kemudian dia mengerti, bahwa akhir-akhir ini tengah heboh dengan kabar Keano mengejar cinta Alea dan berita tersebut sudah pernah terpampang di mading sekolah. "Gue sama Alea nggak ada apa-apa Ke, lagian lo kenapa sewot gitu sih?" jawab Fahri. Jelas aja gue sewot badak! Gue suka sama Alea! Teriak batin Keano kesal.   "Dih. Ngapain lo ngomong sama gue, bukan urusan gue!" Keano kemudian pergi meninggalkan Fahri dan Alea. "Ke tunggu!" Alea berteriak memanggil nama Keano. Cowok itu berhenti, dia menoleh ke belakang di mana berdirilah seorang perempuan yang tersenyum manis kepadanya. Kesambet apa tuh bocah? Pikir Keano bingung. "Kenapa?" "Enggak. Cuma manggil aja, yaudah gue duluan ya," pamit Alea.   Keano menatap punggung gadis itu bingung. Perempuan itu sifatnya sangat berubah-ubah. Tapi baru kali ini dia mendapat senyuman dari Alea. Hal itu sedikit membuat Keano juga ikutan tersenyum. "Idih aneh tuh anak, tapi gapapalah." Keano mesem-mesem sendiri. "Lo kenapa Ke?" Fahri bertanya kepada Keano sambil menatap adik kelasnya bingung. "Enggak, oiya lo anak OSIS ngapain mojok sama Alea?!" tanya Keano. "Apa urusan lo? Emang Alea siapa lo?" tuhkan bener, apa yang dipikirin Keano ternyata diucapkan oleh Fahri. Tanpa menjawab Keano pergi begitu saja dari hadapan Fahri, ada rasa kesal juga sih. Tadi di depan Alea cowok itu sok manis, lah sekarang? Judesnya kek cewek PMS. * * * Tere dan Alea berjalan menyusuri koridor kelas IPA dengan melihat sekelilingnya, dia melewati kelas IPA 2 di mana itu adalah kelas Keano. Tidak sengaja dia melihat Keano yang tengah bertelanjang d**a, ceritanya sih dia ganti baju di dalam sana. Setelah perdebatan yang panjang antara anak cewek dan cowok yang berebut kelas untuk tempat berganti baju sudah terbiasa terjadi apalagi kedua kubu tidak mau saling mengalah, akhirnya anak cowoklah yang menang. Tatapan Alea terfokus pada kelakuan laki-laki itu, "Gateng kan Keano?" goda Tere dengan menaik turunkan alisnya. "Apaan sih lo. Ngawur!" jawab Alea salah tingkah. "Hmm kayaknya ya gue liat-liat tuh si Keano suka sama lo deh," ucap Tere sambil terus berjalan mengikuti Alea. Tidak terasa kini kedua gadis itu telah melewati kelas cowok itu. "Nggak tahu juga sih Ter. Dia itu bad boynya ngalahin Gara." Pikir Alea. "Tapi masih sweetnya Keano. Dia tuh perhatian trus nggak galak, eh galak deng. Masa gue kemarin dilemparin petasan pas pulang sekolah. Kan anjirr!" Tere mengingat kejadian pulang sekolah beberapa waktu yang lalu. Saat dirinya tidak sengaja kena kejailan Keano dan Anta. Kedua cowok itu memang partner yang sangat klop dalam hal keusilan. "Tampang nyolot reputasi bad boy itu belum tentu playboy." Jelas Tere. "So? Gue harus ngapain?" tanya Alea. "Coba buka hati lo buat Keano. Gue tahu dalam hati kecil lo itu sedikit ada perasaan buat dia." Tutur Tere. Alea diam, dia masih setia dengan ucapan Tere tersebut, "Ah jangan sok tahu lo Ter. Kayak peramal aja. Lagian lo kenapa sih kayaknya kok lo seolah-olah jodoh-jodohin gue sama dia?!” "Pegang kata-kata gue deh Al, karena gue lihat ada hal yang begitu indah di belakang nanti saat lo sama Keano tapi kalau sama Fahri sih gue malah nggak percaya." Jawab Tere serius. Alea menghela nafasnya, "Tapi disatu sisi gue sukanya sama kak Fahri." Potong Alea. Tere rasanya ingin menabok Alea, apakah dia tidak bisa membedakan yang namanya cinta dan hanya sekedar kekaguman? "Lo itu sama kak Fahri cuma kagum nggak lebih Al!" "Biar waktu yang menjawab Ter. Toh gue kan masih kelas 10. Mau fokus sama sekolah," jawab Alea. "Jawaban klasik anak sekolah," Jawab Tere dengan memutar kedua bola matanya malas. “Inget woi, cowok jangan kelamaan digantung dia juga bisa lelah dan nyerah saat perjuangannya disia-siain.” Kata Tere mengingatkan. Alea terdiam dan merenung tentang apa barusan yang dikatakan sahabatnya itu. * * * Keano memantulkan bola basketnya di lapangan, bola tersebut naik turun sesuai degan panduan laki-laki itu. Pelajaran olahraga hari ini adalah bola basket. Semua murid kelas 10 IPA 2 itu berbaris dengan rapi. Keano yang masih asik dengan dunianya sendiri tersebut kemudian mendapatkan triakan yang keras dari Pak Diyan. "Keano cepat baris!!" teriak Pak Diyan sambil meniup peluit yang mengalung dilehernya. Keano membalikkan badannya dia menatap guru tersebut, Keano yang sebenarnya masih ingin sendiri akhirnya dia harus ikutan berbaris. Apalagi namanya masih lama, mengingat namanya berada diurutan abjad huruf K. Tidak ada yang mengajak berbicara Keano. Serasa sepi dan hening padahal sih murid perempuan yang ada di belakangnya itu tengah menggosip tentang salon. "Heh! Lo pada liatin tuh cara mainnya. Bukan malah ngoceh sana-sini!" ceramah Keano. "Aduhh honey aku tahu kamu perhatian, tapi plis deh aku lagi nyari salon yang bagus nih." ucap Laura sambil menatap Keano penuh harap. "Cewek tuh kenapa sih selalu ribet!" desis Keano. "Keano?" panggil Laura penuh dengan kemanjaan. "Apa?!" semprot Keano. Gadis itu pun langsung memanyunkan bibirnya kesal saat dia mendapat bentakan dari Keano, cowok famous sekaligus bad boy itu. "Jangan galak-galak ih!" "Siapa elo ngelarang gue?!" "Pacar lah beib!" jawab Laura. Ketiga teman cewek itu kini menatap Keano tersenyum. Sedangkan cowok tersebut bergidik dengan ngeri. Keano menepuk pundak Kania, gadis yang berada di depannya, gadis dingin dan tak tersentuh. Hanya tatapan datarlah yang selalu dia tunjukkan kepada setiap orang yang mengajaknya berbicara. "Kania, tukeran tempat dong, nanti kalau udah giliran lo kita tukeran lagi? Oke?" pinta Keano melas. "Gue takutnya di sini entar dibawa tante-tante girang di belakang gue lagi," lanjut Keano menatap ngeri ke arah Laura dan juga temannya. Kania menautkan alisnya bingung, "Kapan?" "Entar aja ya waktu lebaran gajah. Ya sekarang dong Kania!" ucap Keano frutasi. Karena Kania baik akhirnya gadis itu mengiyakan ajakan Keano, jarang-jarangkan Keano meminta dengan lembut? Akhirnya Keano bisa sedikit menyingkir dari geng bar-bar tersebut yang membuat bisa-bisa emosi dan darah tinggi. Lelaki itu memperhatikan murid-murid yang lain yang tengah melakukan pengambilan nilai. Kali ini dia melihat Anta, cowok itu tengah berancang-ancang untuk memasukkannya ke dalam gawang. Bukan Keano namanya kalu ia tidak usil, dengan kejahilannya lelaki itu meneriaki Anta saat cowok itu melemparkan bola ke dalam ring sehingga membuat fokus Anta buyar. Anta menatap nanar karena bola itu gagal masuk ke dalam ring dan hal itu membuat Anta harus kembali mencoba. Sedangkan Keano terkikik melihat hal barusan.   **** Selesai melaksanakan olahraga, kedua cowok itu pergi ke kantin untuk mengisi perut yang keroncongan setelah energinya terkuras habis karena pelajaran olahraga di pagi hari. "Emang bener kata nyokap gue ya, kalau kantin itu surganya anak sekolah," Anta meminum jusnya dengan nikmat. Keano saja yang melihat rasanya ingin mengguyur kepala cowok itu dengan satu gelas penuh jus miliknya. "Najis lo Ta," celetuk Keano. Anta menatap Keano datar, "Bodo, yang najiskan gue bukan lo. Masbuloh?!" jawab Anta sewot. Fixs! Keano akan menendang Anta ke pluto. "t*i lo!" "Eh eh ada si Alea," ucap Anta sambil menunjuk dua orang gadis yang memasuki kantin dengan saling bercengkrama. "Mana?" "Tuh," tunjuk Anta. Mata Keano langsung mengarah ke arah objek yang ditunjuk oleh Anta. Sebuah senyum terukir dibibir Keano. Laki-laki itu kemudian menatap Anta bingung. "Baru kali ini gue suka sama cewek, tapi kayaknya dia jutek banget ya sama gue?" curhat Keano. "Alea itu nggak jutek, tapi kalau ada cowok yang kelihatannya brandal dia akan jauhin orang itu." Tutur Anta. “Lebih tepatnya cari aman.” "Gue dong?" tanya Keano cengo. "Lo kenapa?" "Yakan gue brandal." "Lo nggak brandal, tapi lo modelannya aja yang songong dan suka cari ribut," celetuk Anta. Keano menatap sahabatnya itu bingung, Anta belum tahu seluk beluknya, hanya di sekolah saja dia tidak menunjukkan semua kelakuannya yang benar-benar bad boy. Keano itu hanya mengeluarkan sedikit dari sifat aslinya saja sudah membuat guru uring-uringan dan Alea menjauh, apalagi kalau semua orang tahu dia itu adalah anak yang sukanya balapan serta perokok. Sudah dipastikan dia langsung di depak dari sekolah itu dan dipastikan Alea tidak mau sama sekali bertegur sapa dengannya. Tapi aslinya gue emang brandal, batin Keano. "Samperin gih, ajak ngobrol kek, atau traktir gitu!" Anta menyuruh Keano mendekati Alea. "Itukan ada si Tere!" "Tere mah urusan gue, mending lo samperin Alea sana. Inget Alea itu banyak yang suka apalagi si Fahri." "Tuh cowok mulai ada sinyal ke Alea," ingat Anta supaya sahabatnya itu tidak lengah. "Ini nggak bisa didiemin!" Keano kemudian beranjak dari tempat duduknya, dia berjalan ke arah Alea dan Tere yang sedang berdiri disalah satu stand yang menyediakan makanan. "Tempat duduknya penuh Ter, masa kita bawa ke kelas sih? Kan jauh," keluh Alea sambil celingak-celinguk melihat seisi penjuru kantin. "Iya Al, lo sih lama banget nyalin tugas aja." "Lah? Lo kenapa nyalahin gue sih?" tanya balik Alea. "Hai?" tiba-tiba ada suara cowok yang menyapa kedua gadis itu. Sontak saja Alea dan Tere menoleh ke samping. Berdirilah di sana Keano dengan wajah yang membuat siapa saja melihatnya itu fix, pasti bakal terpesona. "Ngapain di sini?" tanya Alea. Keano rasanya ingin tertawa ngakak, cewek itu mungkin terlalu lelah memikirkan bagaimana membuatnya tidak terus-terusan mendekatinya. Sampai-sampai dia menanyakan dirinya sedang apa di kantin? Hello bocah umur 2 tahun aja tahu pasti kalau kekantin itu cari makan bukan cari jodoh. "Mau makan, lo belum dapet tempat duduk?" tanya Keano ramah kearah Alea. Gadis itu menggeleng, "Belum." "Udah pesen makanankan tapi?" tanya Keano dan diangguki oleh Alea. "Udah," "Duduk sama gue aja, tuh sama Anta juga. Daripada lo makan berdiri atau nggak lo makan di kelas, kan jauh." Saran Keano. Alea menimbang-nimbang ajakan cowok itu, disisi lain Alea ingin makan tapi nanti kalau dia masuk mading kembali bersama dengan Keano? Bisa habis dia dengam fans cowok itu. "Gue nggak mau masuk mading lagi." Alea menjawab denga menundukkan kepalanya. "Itu bisa diatur, yaudah yuk duduk nanti keburu bel," Keano memegang tangan Alea, gadis itu yang tidak menyadari hanya ngikut saja. Semua tatapan iri dan pengen mereka tunjukkan kepada Alea dan Keano. "Anjirr si Keano malah mesra-mesraan sama anak kelas 10!" "Gue nggak bisa diginiin!" "Keano pliss jangan pegangan tangan sama Alea!" Seperti itulah bisikan-bisikan dan gerutuan dari beberapa murid yang tidak sengaja melihatnya. "Ter!" panggil Anta kepada Tere, gadis itu terlonjak kaget. "Eh bagong!" kagetnya. "Apa lo bilang?!" "Bukan apa-apa," Anta menghendikkan bahunya acuh. Dia tugasnya itu bukan berdebat tapi tugasnya itu adalah untuk mengajak Tere ikut dengannya supaya rencana Keano berduaan dengan Alea berjalan mulus. Semulus jalan tol. Tapi Tere itu anaknya peka alhasil dia tahu apa maksud dan tujuan Anta mendatanginya. "Mau ngapain sih ke sini?" tanya Tere pura-pura tidak tahu. "Ikut gue yuk?" "Kemana?" "Udah ikut gue aja!" Tere menatap Anta kesal, apa sih salahnya cowok itu memberitahu rencananya untuk membuat Alea dan Keano berduaan? Kan dia malah bisa membantu. "Ish! Anta mah gitu orangnya!" sewot Tere. "Gue kenapa ya Rabb?" tanya Anta bingung. Tere memincingkan matanya, dia menatap Anta seperti mengitimidasi, "Lo punya rencanakan buat nganuin si Keano sama Alea? Ngaku lo!" ketusnya. "Dih nih anak pikirannya! Nganuin apa sih?!" "Gak usah pura-pura deh onta!" Tere menarik bahu Anta untuk sedikit menunduk. Kemudian bibir Tere sedikit medekat kearah telinga cowok itu. "Lo mau bikin dua orang itu jadian kan?" bisik Tere dan dibalas senyumman oleh Anta. Disisi lain Keano tengah berusaha mati-matian untuk mencairkan suasana yang sangat hening tersebut. Berbagai macam pertanyaan yang lewat dipikirannya membuat Keano deg-degan sendiri, padahal dia tidak ngapa-ngapain. Hingga pernyataan Keano membuat dirinya semakin membuat jantungnya beritme tidak karuan. "Al lo nanti pulang sama gue ya." Kata Keano. Lebih tepatnya adalah sebuah pernyataan. "Ha?" tanya Alea dengan bingung. "Oke Al, nanti gue samperin lo ke kelas ya." Keano menyimpulkan sendiri atas jawaban yang hendak diberikan oleh gadis itu.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN