“Dia pengusaha kaya, Bu,” jawab Mbak, ku dengar ia mengatakan dengan bibir bawah yang gemetar. “ “Apa? Pengusaha kaya?” Ibu menatap Mas Naren dengan seksama, lalu melihat penampilannya yang begitu tampan dan menggoda. “Dia bisa kamu incar,” bisik Ibu mertua, aku mendengarnya dengan jelas. Mereka memang agak lain, memiliki sikap untuk merebut orang lain atau memisahkan orang lain. “Ayo,” kata Mas Naren menarik lenganku. “Syafana, kamu beneran menikah dengannya?” tanya Mbak yang masih penasaran. Sementara aku dan Mas Naren sudah keluar dari kerumunan, aku tersenyum simpul melihat kesigapan Mas Naren yang begitu menjagaku dari hal yang tidak ku inginkan, termaksud bertemu dengan mereka semua. Mereka menggantikan Mas Fikram untuk datang ke acara penting ini, sementara Mas Fikram bukan kon

