****
" Ini dokumen tentang Jivar yang anda minta beberapa hari yang lalu," Bram meletakkan sebuah amplop coklat di atas meja Danen.
Danen membukanya secara perlahan dan membaca dengan baik baik.
NAMA : JIVAR EZRA WIJAYA
USIA : 30 TAHUN
ORANG TUA : NAMA IBU : ADORA ALMA KHUSUMA
NAMA AYAH: -
" Kenapa hanya ada data ibunya saja?"
" Karena menurut orang-orang saya, laki-laki itu hanya tinggal bersama ibunya saja dari kecil. Dari awal sejak kekasih Aludra dan mamanya tinggal di rumah itu memang hanya ada mamanya saja. Tak ada sosok orang tua laki-laki."
" Tetap cari tahu, mungkin saja dia anak musuh ayah dulu. Dan ia menyimpan identitas papanya agar tak terbaca gerakan untuk melakukan balas dendam."
" Baik, Tuan."
PEKERJAAN : CEO WIJAYA PROPERTY.
Seketika Danen mengeram. Jadi ini jawaban keakraban hubungan antara Jivar dan Augra. Danen benar-benar tak akan diam saja. Ia berjanji akan menghancurkan hubungan Jivar dengan anak Chandra itu. Mungkin saja persatuan mereka akan menjadi belati untuk Danen. Dan ia harus segera menghabisi mereka semua sebelum semuanya terlambat.
“Kapan kau baru tahu ini?” Tunjuk Danen pada pejan Jivar.
“ Tadi pagi, saat membuntuti Jivar, Tuan. Selama ini tahu jika Jivar adalah seorang CEO Wijaya Property juga hanya beberapa orang yang mempunyai saham di sana dan beberapa orang yang memiliki jabatan tinggi saja, Tuan’”
‘Aneh’
“ Coba cari tahu lagi. Ini sangat mencurigakan. Untuk apa ia menyembunyikan jabatannya?” Bram mengangguk menyetujui ucapan Danen.
“ Baik, Tuan. Saya akan mencari tahu..”
ALAMAT: PERUMAHAN RESIDEN BLOCK A NO.5
“Dia sepertinya bukan orang biasa.”
“ Benar, Tuan. Dia juga sempat beberapa kali ingin mendaftar menjadi VVIP di Midnight. Namun, begitu tahu syaratnya sesusah itu dan cukup membuka beberapa privasi kekayaan ia pun membatalkannya. Jika tidak ada masalah dalam kekayaannya tak mungkin ia mundur,”
Penjelasan Bram cukup membuat Danen faham. Ada sebuah hal yang disimpan rapat-rapat oleh kekasih Aludra itu. Dan sebelum semuanya terlambat, ia harus segera mencari tahu.
“Tapi apakah dia cukup sering datang ke Midnight yang berada di sini?”
“ Cukup sering, Tuan. Hampir setiap malam senin ia akan datang ke sana.”
“ Bagus, sepertinya kita butuh melihat langsung tingkah pria itu.” Danen tersenyum sinis. Musuhnya semakin dekat dengannya.
“ Mungkin kita perlu mencari tahu lebih dalam tentang keluarga pria itu dari kekasihnya sendiri.”
“ Sepertinya tidak bisa, Tuan.”
Danen menatap Bram dengan mengernyitkan dahi. Pernyataan Bram cukup membuat Danen bingung.
“ Kenapa?”
“ Menurut informasi yang saya dapat. Ibu Jivar selalu menolak mentah-mentah hubungan keduanya. Entah karena apa, bahkan salah satu pembantu mereka juga berkata. Bahwa pernah Dokter Aludra mendatangi ibu Jivar ketika sakit tanpa Jivar bersamanya, namun yang ia dapat justru pengusiran.”
“Kau yakin?” Bram mengangguk sebagai jawabannya.
“Namun ada yang bilang tentang status sosial mereka yang berbeda.”
“ Wow, bahkan keluarga Jivar yang kaya saja sampai merasa tidak pantas menjadi besan si Chandra sialan itu. Apakah sekaya itu dia?” Ejek Danen.
“ Bisa saja, Tuan. Mengingat sebanyak apa ia menyedot harta-harta ayah anda.” Bram mengingatkan.
“ Ah… Benar juga. Si tidak tahu diri itu memang tidak pernah punya malu. Bahkan ia pernah berkata ingin membangun mansion seperti milikku. Sungguh tak tahu diri sekali bukan pak tua itu.” Decak Danen.
Namun masih sangat aneh untuk Danen, seharusnya ibu pria itu senang jika anaknya mendapat orang yang lebih kaya. Bukan kah biasanya seorang ibu dari keluarga kaya yang angkuh seperti itu akan dengan senang hati menerima seseorang yang lebih kaya darinya untuk dijadikan menantu? Bibit, bebet, bobot selalu menjadi masalah nomor satu. Pemikiran yang klasik sekali.
Ternyata tuhan cukup adil dengan tidak memberikan kenikmatan saja pada anak dari pencuri ulung itu. Baguslah, setidaknya Aludra bisa merasakan sesakit apa di tolak.
“ Dan, Tuan. Apa yang harus kita lakukan untuk menggagalkan proyek Wijaya properti dan Kendrick Grup?”
Ah.. Bram membuatnya ingat bahwa ia harus memberi sedikit pelajaran pada dua perusahaan itu dan si tua bangka.
“ Suruh seseorang mengambil dokumen palsu surat tanah tersebut di rumah Chandra dan suruh Alex menghapus yang berada di komputer Chandra.” Perintah Danen.
“ Baik, Tuan. Akan saya lakukan segera.” Bram menundukan kepalanya sebentar sebelum berlalu meninggalkan ruangan kerja Danen.
Rupanya musuh Danen semakin banyak, apalagi faktanya mereka bersatu. Tapi Danen akan memastikan dirinya tak akan kalah. Dan ia akan membuat ketiganya menyesal telah mencari gara gara dengannya.
Seorang Danendra Gunadhya tidak akan pernah membiarkan para musuhnya menang, apalagi para pengkhianat. Mereka semua harus merasakan siksaan tanpa ampun yang akan Danen berikan. Tidak ada kata ampun dan maaf untuk mereka semua.
****
Danen memasuki Midnight dengan langkah ringan nya di ikuti Alex dan Bram di belakangnya. Ketiganya memasuki Midnight melalui pintu belakang club tersebut. Begitu membuka pintu yang menghubungkan pintu parkir khusus dirinya dan club, suasana remang-remang langsung menyambut mereka. Suasana ramah sungguh akrab dengan Midnight lantai satu. Terlihat seorang DJ perempuan sedang menghidupkan suasana di lantai satu itu. Namun begitu memasuki lantai dua ketenangan adalah hal yang akan di temukan oleh pengunjung Midnight. Sedangkan suasana privasi akan mereka temukan di lantai tiga. Lantai yang hanya dimasuki oleh orang-orang VVIP Midnight.
Alex sudah menghilang entah kemana. Pria yang menguasai teknologi itu memang tak akan pernah bisa diam jika menyangkut seorang perempuan. Bahkan ia pernah protes kepada Danen karena tak adanya perempuan penghibur di Midnight yang hanya Danen anggap sebagai angin lalu.
Bram masih setia mengikutinya sampai ke lantai empat. Lantai control Midnight.
Danen memasuki sebuah ruangan yg dipenuhi beberapa layar komputer dan beberapa orang berjas hitam berada di dalamnya. Semuanya menunduk dengan serempak ketika melihat Tuannya itu memasuki ruangan tersebut.
“Selamat malam, Tuan,” Ucap mereka kompak. Danen hanya menanggapi dengan anggukan.
“ Cari tahu pengunjung bernama Jivar!” Ucapan tegas Danen membuat semua orang bergerak secepat kilat.
“ Ada, Tuan. Ia memasuki Midnight pukul 23.45 bersama seorang perempuan, Tuan,” Ucap salah satu pegawainya.
“ Perempuan?” Beo Danen, setahunya saat ia pergi Aludra masih di mansionnya dan menurut pelayannya Aludra sudah tertidur. Tidak mungkin bukan perempuan itu tiba-tiba sudah ada disini.
“Iya, Tuan. Perempuan itu bernama Gwen.” Jelas pegawai nya. Seketika Danen menoleh pada Bram. Mata keduanya bertemu seolah memiliki pemikiran yang sama.
Untuk apa Jivar bersama Gwen. Perempuan itu adalah perempuan yang masih dalam pengawasan Danen karena perempuan itulah yang memasukan uang cash di loker pegawainya di Midnight Bali. Sungguh mencurigakan.
“ Cari posisi Jivar dan perempuan itu!” Tak lama kemudian, layar di depan Danen memperlihatkan Jivar yang terlihat sedang bermesraan dengan perempuan bernama Gwen itu. Terlihat keduanya sedikit mengalami perdebatan kemudian tak lama perempuan itu mencium bibir Jivar sejenak dan kemudian meninggalkan Jivar sendiri.
Danen memperhatikan Jivar yang terus meneguk minumnya sendiri. Hingga laki-laki itu kehilangan kesadaran. Seorang barista yang berada di samping Jivar dengan sigap mengambil handphone milik pria itu dan berusaha mencari nomor telfon untuk menjemput laki laki tersebut.
Entah siapa yang akan dihubungi untuk menjemput Jivar.
‘Cih sangat menjijikan.’ Dengusnya.
“ Cari tahu dimana posisi perempuan yang pergi bersama laki-laki itu.”
“Baik.” Sahut salah satu dari pegawainya. “ Dia pergi meninggalkan Midnight tepat setengah jam yang lalu, Tuan.”
Danen memperhatikan layar di depannya dengan teliti dengan wajah yang konsisten dari awal memasuki club. Datar.
Seseorang dalam salah satu layar di depannya menarik perhatiannya Danen. Bukankah perempuan itu sudah tidur? Kenapa sekarang berkeliaran di Midnight miliknya?
“ Perbesar layar untuk CCTV nomor 15.” Perintah Danen.
Seketika terlihat seorang perempuan yang sedang memapah seorang laki-laki yang benar-benar dalam keadaan tak sadar diri diluar Midnight. Aludra dan Jivar.
Tiba tiba laki-laki itu mendorong Aludra kedinding. Menyudutkan tubuh kecil perempuan itu antara dinding dan dirinya. Menepuk-nepuk pipi kekasihnya dengan pelan lalu memajukan wajahnya. Wajah ketakutan Aludra yang di tampar membuat Danen mengepalkan tangannya. Apalagi ketika Jivar terlihat memaksa mencium Aludra. Perempuan itu berusaha berontak namun tak bisa.
“ Aktifkan suara pada CCTV.” Perintah tegas Danen.
“J..i… lepaskan.” Aludra mendorong pria besar di depannya itu.
“ Ah…. kau lagi. Sialan. Seharusnya kau menurut dengan perkataanku. Kenapa kau selalu menentangku, Aludra. Tidak bisakah menuruti perkataanku sekali saja, huh? Aku hanya memintamu menjauh dari Danen, tapi kenapa kau malah mendekatinya??! ” Jivar mencengkram rahang Aludra dengan kasar. membuat sang empu meringis kesakitan.
“ Ji……” Mohon Aludra.
“APA? Dasar perempuan tak tahu di untung.”
Plakk…..
Suara tamparan Jivar pada Aludra menggema. Aludra terpaku dengan apa yang telah diperbuat kekasihnya.
“ Ji..jivar… kenapa kau menamparku?”
“Kenapa? Aku menamparmu karena kau pantas mendapatkannya, Aludra. Seorang pembangkang sepertimu memang pantas mendapatkan nya.” Bengis Jivar sebelum kemudian jatuh pingsan dibawah kaki Aludra.
Sedangkan Aludra masih dalam posisi yang terpaku dengan satu tangan yang memegangi pipinya yang merah karena tamparan kekasihnya. Semua perempuan pasti akan sakit hati ketika diperlakukan seperti itu, apalagi dengan kekasihnya sendiri. Setelah mencium paksa dirinya, bukannya kasih sayang yang ia dapat namun sebuah tamparan lah yang ia dapatkan.
Aludra mendongakan wajahnya untuk menghalau air mata yang hendak jatuh membasahi pipinya yang memerah. Lalu menarik nafas pelan-pelan sebelum memapah kekasihnya lagi dan mengantarkannya pulang.
‘ Bodoh’ Guman Danen dalam hati.
Namun bukankah seperti itu cinta? Ada masanya salah satu orang yang mencintai akan melakukan apapun untuk orang yang dicintai nya, walaupun itu akan merugikan salah satu pihak. Bahkan ada beberapa orang bunuh diri hanya karena mengatasnamakan cinta. Danen tak faham dengan hal itu. Karena menurutnya cinta hanya sebuah hal yang akan membunuhnya secara perlahan dan tanpa sadar. Dan Danen tak berharap mengalaminya. Dan semoga keinginannya itu didengar oleh Tuhan untuk tak membuatnya jatuh cinta pada siapapun. Cukup para pengkhianat saja yang sudah membuat kepalanya hampir pecah.
Danen menatap sejenak pada bayangan punggung Aludra yang sudah menghilang dari layar CCTV sebelum membalikkan badan dan pergi dari ruangan tersebut. Dan Bram dengan sigap mengikuti Danen dari belakang.
"Kita pulang sekarang, Bram"
"Pulang?"
"Ya, aku ingin langsung bersiap."
****