1. MoonCake

1092 Kata
Malang, 2021 Pagi hari suara kicauan burung terdengar merdu, suara ranting-ranting dari pohon kering berjatuhan masuk di indra pendengaran pasangan suami istri, yang masih asik dalam selimut. Mata mereka sudah terbuka, tapi sekadar untuk bangun rasanya mereka masih sangat malas. Hari ini hari minggu, di mana Kabiru tidak pergi bekerja. Seperti biasa setiap minggu sejak pernikahannya, Kabiru akan mengajak jalan-jalan istrinya, Sahnum. Hari minggu adalah hari istimewa, di mana dia akan menghabiskan waktu seharian penuh untuk pujaan hatinya. Kabiru mengelus punggung istrinya yang tidur tengkurap di atas tubuhnya. Sesekali pria itu akan mengecup puncak kepala istrinya penuh dengan cinta. "Moon, sudah bangun?" tanya Kabiru dengan suara seraknya. Suara serak Kabiru seperti ini yang selalu menjadi kesukaan Sahnum. Moon adalah panggilan sayang dari Kabiru untuk Sahnum. Baginya Sahnum adalah bulan, indah dan membuatnya bahagia bila memandang. "Heem.... " jawab Sahnum berdehem. "Bagaimana tidurmu malam tadi?" tanya Kabiru.  "Aku mimpi indah. Bagaimana denganmu, Sweet Cat?" jawab Sahnum sekaligus bertanya. Dengan mata yang masih terpejam, Sahnum meraba wajah suaminya dengan tangannya. Sahnum menusuk-nusuk pipi Kabiru dengan gemas. Kabiru menarik jari telunjuk Sahnum dan memasukkan di bibirnya. Istrinya selalu memanggilnya Sweet Cat, katanya kucing kecil istrinya sama manisnya dengan dirinya.  "Mau malas-malasan seharian atau mau jalan-jalan?" tanya Kabiru membelai rambut istrinya. Wajah Kabiru boleh datar, tapi hatinya sangat hangat saat bersama istrinya. "Aku ingin malas-malasan seharian di ranjang," jawab Sahnum mulai membuka matanya. Sahnum sedikit menjauhkan kepalanya dari d**a suaminya. Sahnum menatap dalam manik mata Kabiru, begitu pun Kabiru yang menatap intens mata Sahnum. Mereka sama-sama menyelami mata masing-masing. Tangan Sahnum terulur membelai lembut pipi Kabiru. "Aku ingin berkelakar, tentang aku dan kamu," ucap Sahnum dengan suara lembutnya. "Kamu ingin membicarakan apa lagi?" tanya Kabiru mencubit kecil hidung sang istri. Sahnum melirik nakas, tangan perempuan itu terulur mengambil buku tebal yang ada di sana. Sahnum menunjukkan buku itu pada suaminya. Buku berjudul Mooncake itu sudah habis Kabiru baca. Namun, itu buku season satu, masih ada season dua dan seterusnya. "Aku ingin berkelakar tentang kita, dalam buku ini kisah kita abadi, aku tidak akan bosan untuk membacanya," ujar Sahnum. "Dalam bulan ini kamu sudah membaca empat kali, apa kamu tidak bosan?" tanya Kabiru. "Bagaimana aku bosan dengan kisah kita? Jangan-jangan kamu yang bosan!" omel Sahnum yang sudah mulai menampilkan wajah garangnya. Kabiru tertawa melihat wajah garang istrinya. Setelah mereka menikah, Sahnum sering ngomel ataupun marah dengan hal yang sepele, tapi itu sungguh sangat lucu di mata Kabiru. "Sudah sudah ... Ayo kita bercerita!" ajak Kabiru membelai lembut pipi istrinya. "Kita sudah mengenal sepuluh tahun, saat itu kamu sangat dingin padaku," sinis Sahnum. "Siapa yang akan tau kalau di masa depan kamu adalah istriku? Maka itu aku dingin padamu," balas Kabiru. "Harusnya kamu menyambutku yang duduk di bangku dekat kamu dengan baik. Wajahmu yang dulu sungguh menyebalkan," ujar Sahnum mendengus. Kabiru memutar bola matanya jengah, sudah berlalu tapi istrinya masih mengungkitnya.  Setiap hari, Sahnum tidak lelah menceritakan perjalanan cintanya dengan Kabiru. Dia yang dahulunya sangat membenci pelajaran bahasa Indonesia karena dinilai rumit dan harus banyak membaca, kini dia menjelma menjadi penulis hebat. Tidak ada tema lain yang Sahnum tulis, kecuali cintanya pada sang suami. Sahnum tidak malu menceritakan perjalanan cintanya, baginya itu patut diabadikan. Saat itu perjuangannya sangat panjang, tapi semua yang dia lewati sangat mengesankan. Kisah ini berawal dari tahun 2011 di Kota Tulungagung. Kota yang terkenal dengan kota cethe atau kopi itu tempat di mana Sahnum tumbuh dan dibesarkan. Sahnum gadis pekerja keras, ulet, disiplin, rajin membantu, suka menolong. Namun sayang, di balik kebaikannya, Sahnum memiliki kekurangan, yaitu nilainya yang selalu jelek di setiap mata pelajaran. Sahnum mempunyai sahabat baik bernama Erlan dan Fiya. Erlan si usil dan Fiya yang selalu baik hati. Kalau ada Sahnum, sudah pasti ada Fiya. Saat itu tahun kedua sekolah menengah atas dimulai. Pukul tujuh lebih Sahnum baru sampai di sekolah. Sahnum berlari menuju koridor sekolahan untuk menuju ke kelas sebelas C, kelas yang akan dia tempati di ajaran baru ini. Sahnum merutuki dirinya yang bangun kesiangan, sudah pasti dia tidak kebagian tempat duduk yang strategis. Meski Erlan dan Fiya sahabatnya, belum tentu mereka mau membagi tempat duduknya. Napas Sahnum terenggah-enggah saat sampai di kelasnya. Ia menatap seluruh teman yang juga menatapnya. "Sahnum, kamu ngapain sampai datang terlambat?" pekik Alfa sang ketua kelas. "Eh eh ... Itu aku bangun kesiangan," jawab Sahnuml gadis berkucir kuda itu. "Cepat duduk. Kursi tinggal dua, kamu milih duduk sama Caesar atau sama Kabiru," ujar Alfa. Sahnum menatap pojok kiri belakang tepat di mana sang Badboy ulung duduk. Caesar menatap Sahnum sembari menaik turunkan alisnya menggoda. Sudah tabiat Caesar yang seperti itu. "Lewat," batin Sahnum menggelengkan kepalanya. Ia tidak mau duduk dengan badboy seperti Caesar. Bisa-bisa dia dimusuhi mantan Caesar yang hampir satu sekolahan. Sahnum ganti menatap baris ketiga dari depan bagian kanan, ada Kabiru yang duduk dengan tenang sembari menatap lurus ke depan. Sahnum tau betul siapa Kabiru, remaja yang sangat pintar dan disiplin. Kabiru tidak pernah bicara, dingin dan selalu menampilkan ekspresi datarnya. Kabiru juga yang biasa menarik paksa tugas yang belum dia selesaikan untuk dikumpulkan ke guru. Kabiru pernah membuat nilai Sahnum nol, karena saat Sahnum menyalin jawaban tugas milik Fiya, Kabiru langsung merampasnya. Jadilah Sahnum tidak mengerjakan karena waktunya habis. Mengingat itu membuat Sahnum ingin menggencet tubuh Kabiru sampai jadi rempeyek. "Sahnum, mau duduk sama siapa?" tanya Alfa mengagetkan lamunan Sahnum. Sahnum tergagap, perempuan itu segera lari ke tempat duduk Kabiru dan duduk di sana. Semua mata memandang Sahnum dengan terkejut. Bahkan banyak diantara mereka yang sampai menganga dengan mata membulat. Sahnum yang merasa ditatap pun hanya bisa menggaruk tengkuknya kikuk. Seisi kelas sebelas C, tidak ada yang mau duduk dengan Kabiru si pria datar, tapi kali pertamanya Sahnum lah yang berani. Kabiru melirik Sahnum, untuk kali pertamanya ada yang berani duduk di dekatnya. "Aku boleh duduk di sini?" tanya Sahnum menengokkan kepalanya pada Kabiru. Kabiru diam, tidak mengangguk maupun menggelengkan kepalanya. Sedangkan semuanya masih menatap Kabiru dan Sahnum dengan penasaran. Mereka menanti apa jawaban Kabiru. "Kamu sudah duduk di sini, apakah ijin masih diperlukan?" tanya Kabiru dengan datar yang sontak mengundang tawa seisi kelas. Mereka menertawakan Sahnum yang sudah pasti malu dengan jawaban Kabiru. Sahnum menjatuhkan kepalanya di mejanya, dia salah besar duduk di dekat pria datar seperti Kabiru. "Waaah... Nyalimu sangat besar, Sahnum!" bisik Fiya yang duduk di belakang Sahnum. Sahnum mengumpat dalam hati, ini salah sahabatnya yang tidak menyisahkan tempat duduk untuk dirinya. * * * Hallo bertemu lagi dengan aku hehehe Cerita ini alurnya maju mundur yah, tahun 2011 dan tahun 2021. Setting tempat juga Di Tulungagung dan Malang Terimakasih sudah membaca. Jangan lupa follow akunku yah, gratiss... 
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN