Elisa menutup pintu kamarnya, lalu berteriak frustasi "Akh, sial!" Elisa berjalan ke arah meja rias, lalu menyingkirkan semua barang di atasnya hingga jatuh berhamburan. Matanya sangat tajam dan bengis menatap pantulan dirinya di depan cermin. "Sia- sia." Semua yang dia lakukan sia- sia, dan semua gara- gara Nadhira. "Gue bahkan udah mengurus tua bangka itu selama tiga tahun, tapi hanya ini yang gue dapatkan?" Elisa menggenggam tangannya erat "Dan lihatlah, semakin lama dia semakin sombong." wajah Elisa semakin nampak merah, karena amarahnya yang tak tertahankan. "Seharusnya gue juga nyingkirin dia sejak awal, gue bahkan harus selalu tersenyum melihat pandangan sinisnya. Dan sialnya, dia malah semakin ngejek gue." Elisa berbalik dan menatap foto keluarga yang ada di kamarnya "Seenggakn

