Part 7. Aku benci Kamu, Delia

1017 Kata
Luke yang Serin kenal adalah sosok penyelamat yang selama ini ia tunggu-tunggu. Cukup sudah ia mencoba bertahan dengan suaminya yang seorang pemabuk. Jadi sasak tinju adalah keahlian Serin. Beberapa kali kepalanya dipukul dengan keras, hasil dari pemukulan bertubi itu membuat Serin beberapa kali berniat mengakhiri hidup. Ia merasa dirinya sudah tidak berarti lagi. Tapi sebelum itu, Serin ingin sekali saja merasakan bagaimana rasanya dicintai dengan tulus Cukup satu kali dalam hidupnya, ada seseorang yang ingin memperjuangkan segalanya demi dirinya. Hanya itu harapan Serin. Lantas, ia mengenal Luke Luke memiliki kreteria itu. Cinta Luke ke Delia adalah cinta tak bersyarat. Ia bisa mengkhawatirkan Delia disaat dirinya ada dipelukkan gadis lain. Bukankah itu ciri suami setia. Serin jadi mengagumi Luke, ia ingin memiliki Luke, merengkuh cinta suci itu. Serin jadi tamak. Melakukan apapun demi bisa berada di posisi Delia. Sayangnya ia hanya melihat kulit luarnya saja. Baik Luke dan mantan suaminya tidak jauh berbeda. Mereka bisa dengan mudah memukuli pasangan seolah tanpa beban. Luke memang mengkhawatirkan Delia, tapi yang ia cemaskan takut tidak lagi punya tempat melampiaskan kekesalan, Luke mengatakan perbuataannya didasarkan rasa cinta. Tapi Delia tidak bersependapat. Hanya Serin yang mengamini-nya. Mungkin jauh lubuk hatinya tahu, kalau ia sekali lagi sudah salah memilih pasangan hidup. Ibaratnya, keluar dari mulut buaya lalu diterkam serigala. Sayangnya, ia tidak mau mengakui semua itu Serin tetap teguh mengatakan kalau Luke sangat berbeda, ia jahat disaat tertentu saja, seperti disaat dirinya ditekan. Selebihnya, Luke adalah lelaki yang sempurna. Yah, bahkan terlalu sempurna untuk wanita cacat sepertinya. Serin jadi memilih membohongi diri sendiri. Wanita itu menjatuhkan pipinya ke lantai. Air matanya kembali hadir. Sakit, mengapa hatinya bisa sangat sakit, bukankah ini sudah biasa. Mungkin ia ditakdirkan untuk dicaci. Ah, apa karena perkataan wanita itu. Ucapan Delia yang membuat Serin membeku Flashback On Ketika Delia mengetahui perselingkuhan Luke dan dirinya, Delia sama sekali tidak marah. Malah, ia menasehati Serin. Lucu memang, ia malah mewanti Serin. Semata-mata tidak ingin ada lagi wanita yang bernasib sama dengan dirinya "Kau, aku mohon tinggalkan Luke. Demi dirimu," ucap Delia di malam sedingin es, tapi tanggapan Serin tak kalah dingin dari cuaca yang baru saja turun hujan itu "Aku tidak akan pernah meninggalkan Luke," ucapnya penuh penekanan. Delia menggeleng, sungguh.., ia tidak merasa sakit hati. Cintanya pada Luke telah lama pudar. Malah, kalau ada cara ia terpisah dari Luke. Delia pastinya akan berlari sekencang-kencangnya dari Luke... Sayang, ia terlalu mencintai Zero anak mereka. Delia tidak mau, kalau ia menjauhi Luke. Luke malah mencari Zero dan menyakitinya. Percayalah, Luke bisa melakukan hal gila itu. Sedang Delia tidak sanggup memikirkan ada saat dimana nantinya Zero masuk dalam bahaya. Tidak, itu terlalu menyakitkan lebih baik dia mengorbankan diri asal Zero bahagia Cukup hanya dia. Hanya dirinya yang menderita. Pergilah sebelum semua jauh lebih pelik. Aku mohon, aku mohon.. Serin, Delia sampai menangkup kedua tangan sebelum Serin melempar tubuh Delia ke jalan. Bodohnya, Delia tidak terlihat membencinya. Ayok, bencilah dia. Lalukan apa yang semestinya manusia lakukan saat ditekan. Jangan tunjukkan sifat malaikat di depannya. Sungguh, Serin muak melihatnya Itu semakin membuatnya merasa kotor. Dengan membabi-buta Serin menjambak rambut Delia. Delia hanya meringis seraya berkata "Tinggalkan Luke, aku hanya ingin kau terbebas darinya. Hanya itu, selamatkanlah dirimu aku mohon," lirih Delia sambil menangis. Tangis yang jatuh karena rasa kasihan. Ia juga menatap Serin dengan tatapan iba. Tidak, Serin paling benci direndahkan. Ia benci dikasihani, hidupnya memang seperti di neraka. Tapi biarkan dirinya mengangkat dagu seraya mengatakan dirinya baik-baik saja, tolong jangan pernah mengasihani seburuk apapun jalan yang ia pilih, karena dengan begitu. Setidaknya ia bisa percaya pada dirinya sendiri. Bermain dalam khayalnya kalau dirinya adalah wanita yang kuat Serin membenci Delia karena Delia tidak memberikan kesan itu. Wanita itu malah menafisrkan kalau dirinya butuh ditolong. Flashback off Kenangan itu kembali masuk seolah kembali terjadi di depannya, Serin tersenyum hampa "Delia, kamu lihatkan. Aku bisa bertahan dengan Luke. Aku kuat, aku tidak mengeluh, kau kalah Delia.., takdirku memang disisi Luke" *** Sachi terus bekerja hingga malam mulai larut. Kaca mata kini jadi bertengger di hidungnya. Rasanya ia ingin menyerah, sudah berjam-jam ia mencari tahu tentang Luke sayangnya semua itu tidak menunjukkan kepribadiannya yang sebenarnya. Apalagi Luke tidak punya sosial media. Tunggu sosial media, kalau dia tidak punya mungkin saja Delia punya. Sachi mulai mencari akun dengan nama panjang Delia. Berhasil, ia menemui sebuah akun dengan foto Zero sebagai profilnya Sachi segera membukanya. Memang tidak banyak foto disana. Tapi Delia sempat men-tag lokasi rehabilitasi kejiwaan. Sachi langsung mencatat tempatnya, dan kembali berselancar mencari tahu Setelah cukup lama mengutak-atik ternyata Luke pernah menjadi pasien disana. Gangguan kecemasan berlebih, itulah dianogsa awal untuk Luke. Sayangnya bukan hanya itu saja yang terjadi diri Luke. Ada banyak luka bathin kala kecil yang membawa pria itu berubah menjadi monster. Sachi menelan ludahnya kasar, saat membaca hasil akhir mental Luke. Sepertinya ia menjawab test-test itu dengan asal dan bukan dari dalam hatinya, Luke terlihat memang ingin bebas dari panti rehabilitasi itu. Iyah, dia dinyatakan sudah boleh membaur dengan keluarganya kembali. Tapi bagaimana kalau semua itu bagian dari kepura-puraannya. Oh, menghadapi pria itu tidak bisa hanya mengandalkan dirinya saja. Harus ada orang lain, sosok tangguh yang bisa menolong Sachi. Sachi berfikir keras, siapa sosok itu Adakah orang yang mau ia ajak bekerja sama dalam misi mendebarkan itu. Ia butuh seorang pria kuat sebagai pasangan, pasangan kriminalnya *** "Hacciiimm," Eeh, kenapa jadi bersin,ya. Suara hati Akira bingung. Atau ada seseorang yang sedang membicarakannya. Tapi siapa, diakan sebatang kara di dunia ini. Akira hanya bisa tersenyum miring saat memikirkan nasibnya. Kira-kira kapan terakhir kali ia tertawa dengan keihlasan, entah.., sepertinya itu sudah sangat lama. Akhir-akhir ini ia malah semakin terpuruk saja. Tapi tidak, ia ingat.., beberapa hari yang lalu perutnya sampai sakit menahan tawa. Hari dimana Hideo berniat mengakhiri hidupnya. Bukan, Akira bukan mentertawai Hideo. Ia malah menetertawakan wanita angkuh itu. Berlagak bisa menyelesaikan masalah dengan mudah. Cih, tahu apa dia Gadis cantik sepertinya paling hanya bisa bermain boneka di kamar. Tapi Akira akui, ia ingin kembali melihat wajah Sachi Alasan dirinya memanggil Sachi juga karena dia mau bertemu lagi. Sachi memiliki pesona yang tidak bisa ia tepis. Mungkinkah dia sudah jatuh cinta pada gadis itu?
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN