PROLOGUE

435 Kata
James berjalan menyusuri jalan yang sudah mulai dipenuhi salju. Untung saja tadi dia sempat membawa payung untuk berjaga-jaga. Pikirannya kalut dia tak tahu seberapa jauh dia sudah berjalan selama setengah jam lamanya. Langkahnya tiba-tiba terhenti saat dirinya merasakan getaran ponselnya yang ada di balik mantelnya. "Sir, cepat kembali! Miss Keyla kembali mengamuk!" ujar pengurus Apartemen tersebut. "Apa?! Baiklah!" James langsung menutup teleponnya dan menghentikan taksi yang melintas. Namun saat dia membuka pintu, seorang wanita juga melakukannya hal yang sama. "Apa yang kau lakukan, Miss? Aku yang menghentikan taksinya lebih dulu," ujar James pada wanita yang berusaha merebut kenop pintu mobil taksi. "Harusnya aku yang bertanya seperti itu, Sir!" "Maaf, aku tak ada waktu untuk berdebat. Jadi silahkan anda mencari taksi lain." James membuka pintu taksi tersebut dan berniat untuk segera masuk. Namun terhenti saat pintu tersebut kembali tertutup. "What the he—” "Maaf, Sir. Aku juga sedang terburu-buru. Jadi lebih baik anda yang mencari taksi lain." James menatap geram pada wanita tersebut. "Jika kau tak percaya tanyakan saja pada supir taksi itu, siapa yang menghentikannya lebih dulu." James menoleh pada supir taksi. "Siapa yang lebih dulu menghentikanmu, Sir?" tanya James pada supir taksi yang sudah keluar dari mobilnya, untuk menunggu salah satu calon penumpangnya masuk ke taksinya. "Maaf, Sir, Miss ini lebih dulu melambaikan tangannya. Dia berdiri di belakang anda. Jadi anda tak melihatnya," ujar supir taksi tersebut, membuat si wanita yang memiliki mata yang bulat  tampak tersenyum penuh kemenangan. Namun James tak mau tahu. "Terserah! Aku akan membayarmu dua kali lipat," ujar James masuk ke taksi. Namun wanita bertubuh mungil itu tak mau kalah, dia memilih masuk ke kursi penumpang di sebelah supir. "Kau ini! Apa kau tak bisa mengalah?" tanya James mulai geram. "Maaf, Sir. Aku juga tak punya banyak waktu, ini menyangkut nyawa adikku!" ujar wanita berambut cokelat tersebut. "Ini juga menyangkut nyawa tunanganku!" "Baiklah, begini saja, Miss, Sir. Sebutkan tempat tujuan kalian, aku akan mengantar kalian satu-satu. Tujuan yang paling dekat dari sini yang akan aku antarkan lebih dulu," ujar supir taksi itu menengahi perdebatan penumpangnya. "Apartemen Swissbell," ujar James dan wanita berambut cokelat bersamaan. "Baiklah, sangat kebetulan. Mungkin kalian berjodoh," timpal si supir taksi, sambil menjalankan mobilnya. "Jangan sembarangan bicara, Sir! Aku sudah memiliki kekasih!" ujar James. "Siapa juga yang menyetujui ucapan supir taksi ini? Aku bahkan tak sudi bertemu lagi dengan lelaki angkuh sepertimu!" ujar si wanita, tak kalah sengit. James tak membalasnya. Menurutnya berdebat dengan wanita asing itu, hanya akan membuat kepalanya yang pusing semakin pusing.  James berharap, dia tidak akan pernah bertemu dengan wanita menyebalkan itu lagi. Namun tampaknya, takdir justru ‘mempermainkan’ mereka…. 
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN