Alex Dam Vaste?
Sepertinya Aku tidak asing dengan pria ini. Tato elang di punggung tangannya membuatku ingat bahwa pria ini memanglah bukan orang sembarangan.
Aku mengamati semua mengenai pria ini. Seorang pria yang memiliki postur tubuh proposional. Cukup tampan di usianya yang Aku pikir sekitar 30-an. Yang membuatku tertarik adalah, reputasi mengerikan yang dia miliki sebagai Ketua mafia.
Ketua mafia kejam yang handal dalam penyelundupan barang. Alex tidak segan-segan menghabisi siapa saja yang ikut campur dalam urusannya. Anak buahnya pun tidak kalah hebat. Kelompok mafia itu sering disebut sebagai klan The Fastest killer. Salah satu klan yang sangat ditakuti dan disegani. Karena kekejamannya, tidak heran banyak musuh yang berdatangan untuk berlomba-lomba menghabisi Alex dan anak buahnya. Namun sayangnya tidak pernah ada yang berhasil. Karena sepuluh meter dari jangkauan Alex. Para musuh pasti mati dengan lubang di kepala mereka.
"Benar Rea, Alex Dam Vaste adalah targetmu selanjutnya. Aku dengar pria itu sangat sulit untuk dihabisi. Bahkan tidak ada yang berhasil sampai sejauh ini. Maka dari itu klien kita membayar mahal kita, untuk membunuhnya. Berhubung kau tidak pernah mengecewakanku jadi Aku percayakan tugas ini padamu," ucap Rowan tegas.
Aku langsung menatap Rowan tak percaya. Sepertinya kali ini bukan musuh yang ingin dia habisi, tapi aku! b******k! Pria iblis ini sangat licik sekali.
"Bagaimana caraku membunuhnya? dia bahkan tidak tersentuh. Para anak buahnya menjaganya sangat ketat, Aku tidak menemukan peluang disana."
"Heheheh... Kau akan senang mendengar ini Rea. Alex bukan hanya ketua mafia, namun dia juga seorang Ceo perusahaan. Meski semua orang tahu bahwa perusahaanya hanyalah sebuah topeng untuk menutupi pekerjaan kotornya, namun perusahaan itu cukup besar dan juga maju. Kau bisa melamar sebagai sekretaris atau assisten pribadinya atau apalah, terserah kau saja. Yang terpenting kau harus membunuh targetmu. Dan ingat! Jika sampai kau ketahuan jangan pernah membuka mulutmu tentangku, atau jika tidak ayahmu akan mati dalam keadaan yang menyedihkan. Ingat itu!"
Aku menggertakkan gigi karena amarah di dalam diriku yang sangat ingin Kulampiaskan. Dia pikir Aku bodoh? Sehingga tak bisa menilai rencana busuknya. Jika aku kalah, maka dia akan mendapat keuntungan dengan kematianku. Dia tidak perlu khawatir lagi rahasia besarnya Aku bongkar. Namun jika Aku berhasil, maka dia tetap di untungkan. Sumber uang dan robot pembunuhnya masih berguna dengan baik. Cih...! Dasar kau b*****h Rowan. Aku benar-benar muak!
Aku meremas amplop yang diberikan Rowan. Aku benar-benar muak dijadikan robot pembunuh oleh mahkluk serakah bernama Rowan.
Aku harus memutar otak memikirkan cara untuk membunuh targetku. Atau aku harus merencanakan sesuatu untuk berbalik menyerang Rowan saja. Ah sial! Pasti tidak semudah itu.
Alex Dam Vaste... Mari kita lihat, seberapa hebat dirimu.
***
Alex di jaga begitu ketat. Tentu Aku kesulitan untuk menjangkaunya. Kali ini targetKu benar-benar orang penting yang sangat berbahaya. Mengandalkan tubuh saja sepertinya tidak cukup. Aku yakin dalam memilih wanita-pun, dia tidak sembarangan. Harus wanita berkelas dengan gaya elit.
Aku menghela nafas. Meski begitu, tak menyurutkan tekadku untuk menemuinya. Aku harus melakukannya!
Aku memakai kemeja lengan panjang dengan kancing depan yang sedikit terbuka, dan rok mini yang membuat lekuk tubuh terlihat. Serta berdandan dengan bibir merah merona. Dan tidak lupa sebuah wig pendek berwarna hitam untuk menutupi identitas asliKu. Setidaknya dengan begini Aku bisa mengalihkan perhatiannya. Atau malah membuatnya mual?
Entahlah.
Aku berjalan dengan gaya elegan hingga membuat tatapan orang-orang hanya tertuju padaku. Tak peduli bagaimana mereka menanggapi kehadiranKu, yang Aku inginkan hanya bertemu Alex. Si ketua mafia yang terkenal mengerikan.
Sesungguhnya Aku sedikit curiga dengan akses mudah ini. Asisten Alex sendiri mengijinkan Aku untuk bertemu dengan Bos-nya. Bukankah seharusnya pria itu sulit ditemui karena kesibukannya dalam mengelola penyelundupan barang?
Aku menarik nafas panjang, lalu mengetuk pintu ruangan Alex. Setelah mendapat perintah untuk masuk, Aku pun melangkahkan kaki segera masuk dan berdiri di depan meja Alex yang masih sibuk dengan pekerjaannya.
Tatapanku langsung tertuju pada pria ini. Seketika aura di sekitarku berubah dingin. Meski dia sibuk dengan pekerjaannya namun Aku tak bisa memungkiri wajah dengan rahang tegas itu memang terlihat mempesona.
Aku segera menundukkan wajah, saat merasa tertangkap basah sedang memperhatikan dirinya. Ah sial! Dia pasti besar kepala.
"Duduklah," ucapnya datar.
"Terimakasih." Aku segera mengambil tempat untuk duduk di hadapannya.
Kenapa Aku begitu gugup saat pria ini menatapKu. Seakan ada sengatan listrik yang menjalar membuat tubuhku meremang dan merasakan hawa tak mengenakkan.
Atau jangan-jangan Aku sedang tidak enak badan?
Biasanya para pria menatapKu kagum, lapar, liar, atau buas jika berpenampilan seperti ini.
Namun tidak untuk pria yang berada dihadapanKu kali ini. Tatapan Alex seolah menyiratkan sebuah penelitian. Seolah wanita yang ada dihadapannya ini adalah ancaman atau malah tikus kecil baginya. Atau malah mangsa yang menawarkan diri untuk dibunuh.
Namun semua pemikiran buruk itu terbuyarkan saat Alex mengubah ekspresinya menjadi begitu ramah dengan tersenyum hangat. Aku sedikit menarik sudut bibirku. Pria yang cukup misterius.
"Siapa namamu?"
"Dera casey."
Nama yang telah di siapkan oleh Rowan.
"Apa tujuanmu sebenarnya?" Aku mengangkat wajahKu. Menatapnya datar. Entah mengapa, Aku merasa dia telah mengetahui siapa yang saat ini behadapan dengannya.
"Tentu saja untuk bekerja dan mengabdi pada Anda Tuan Alex."
Lagi, Alex menatapKu begitu tajam dan menusuk seolah ada mantra tersendiri untuk membuat nyaliKu menciut.
Alex menyunggingkan senyuman misteriusnya, dan Aku semakin yakin bahwa pria ini menyembunyikan sesuatu.
"Kapan Kau ingin mulai bekerja?" tanya Alex lagi dengan wajah hangat seolah dia adalah pemimpin yang ramah. Tentu saja Aku semakin tidak percaya dengan apa yang dilakukan Alex. Bukankah Alex adalah ketua mafia yang dingin dan kejam. Lalu kenapa dia bersikap begitu ramah pada wanita yang baru saja ia kenal. Tidak mungkin Alex berubah karena kecantikanKu, bukankah banyak wanita yang jauh lebih cantik dan juga lebih menggoda yang biasa dia kencani.
Wanita sepertiKu pasti terlalu biasa baginya. Sial! Sepertinya Aku yang merasa di permainkan disini.
"Dera? Kenapa kau melamun, Apa kau mendengar ucapanku barusan?"
Pria ini tersenyum sinis. Aku menipiskan bibir. Sepertinya keputusanKu untuk mengelabuinya adalah keputusan yang salah.
"Baiklah. Besok Aku akan bisa mulai bekerja," Aku menyahut datar. Masih mempelajari dan meyakinkan diriKu mengenai ekspresi wajahnya. Dan benar saja, dia masih bersikap santai.
"Bagus. Kalau begitu sampai jumpa besok."
Lama, Aku teridam. Sampai akhirnya Aku beranjak pelan dari sana.
Bukankah ini cukup aneh? bahwa biasanya orang akan melakukan wawancara dengan banyaknya pertanyaan yang membuat calon pekerja akan kesulitan untuk menjawabnya. Namun tidak dengan yang terjadi saat ini. Alex menerimaKu dengan begitu mudahnya tanpa pertanyaan yang begitu sulit.
Apa jangan-jangan Alex sudah tahu siapa Aku dan apa tujuanKu?
PikiranKu berkecamuk. Menghadapi pria seperti Alex mungkin menghabiskan banyak tenaga bagiKu. Aku bahkan tidak bisa memprediksi kelemahannya. Bisa saja dia menyerang balik dengan hal tak terduga.
Sementara berada di pihak Rowan tidak akan membuat hidupKu berubah. Sepertinya tidak ada gunanya Aku terus mengikuti perintah Rowan. Kalaupun Aku berhasil dengan targetku kali ini pasti Rowan akan memberikanku target selanjutnya. Aku yakin Alex adalah mafia yang cukup hebat, jika dia membantukku untuk menyerang Rowan, mungkin Aku akan bebas.
Ya, Aku harus mencobanya...
Aku segera berbalik mendekati Alex yang sudah disibukan lagi dengan pekerjaannya.
Alex mengerutkan dahinya. Tentu saja dia heran, kenapa Aku kembali lagi. Namun seulas senyuman sinis di bibirnya membuatKu tiba-tiba menatapnya datar.
"Apa yang membuatmu kembali lagi Dera? Apa ada perlu lainnya?"
Aku menarik nafas sebelum meyakinkan diri pada keputusanKu.
"Ya, ada!"
Tatapan Alex kali ini berubah begitu dingin, namun hal itu tidak membuat nyaliKu menciut. Justru hal itu membuatKu semakin yakin dengan keputusan yang Aku buat. Sudah cukup selama ini Aku dikendalikan oleh Rowan. Aku sangat ingin menghabisi pria yang telah menjadikanKu manusia berdarah dingin.
Rowan telah merubah karakterKu sepenuhnya. MembuatKu menjadi wanita psikopat yang haus darah. Tapi Sekarang tidak lagi, Meski Aku tidak tahu apa yang akan terjadi padaKu nanti.
Entah mengapa ada sebuah keyakinan dalam diriKu. Bahwa bersama pria ini... Maka hiduKu akan berubah.
Berubah ke jalan yang lebih baik, atau ke neraka yang sesungguhnya.