AYA VS GALA (1)

1326 Kata
Akankah aku bertemu denganmu, hai cinta pertamaku?Aku, Kirani Gayatri bertekad untuk mencarimu! Aya tersenyum sendiri memikirkan semua itu. Halo Jakarta! Ibukota negara Indonesia tercinta, yang menjadi kota kelahiran mamanya. Kota tempatnya bertemu dengan cinta pertamanya, 15 tahun lalu. Lelaki yang telah mencium bibirnya untuk pertama kali. My first kiss! My first love! Akhirnya, setelah 15 tahun menahan rasa, aku memutuskan untuk mencarimu. Meski tanpa nama, tanpa foto, dan hanya dengan berbekal ingatan. Kamu, satu-satunya lelaki yang membuatku berdebar. Mengingat sosokmu hanya membuat hidupku kembali bersemangat. Aya melangkah masuk ke sebuah hotel untuk check in dan beristirahat. Hotel bintang lima di ibukota Jakarta yang bernama Grand Hotel Birawa. Ia memasuki kamar tidurnya yang nyaman. Ah, aku tidak salah pilih hotel! Aya berbaring di atas tempat tidur yang empuk. Setelah beberapa saat, Aya memutuskan untuk menikmati suasana malam di sky lounge. Ia memilih untuk duduk di sebuah pojokan yang sepi dan menjauh dari orang orang. Matanya menatap keindahan Jakarta dari sebuah jendela besar sambil menikmati segelas mocktail. Ibukota terlihat terang benderang karena kerlap kerlip sinar lampu di berbagai gedung yang berderet memenuhi jalanan. Dimanakah kamu berada cinta pertamaku? Ia memutuskan untuk berjalan ke arah balkon dan menikmati angin dingin di malam itu. Suasana syahdu yang membuatnya terpesona. Tiba tiba saja, ada dua tangan kekar melingkar di pinggangnya. Sosok yang merangkulnya dari belakang itu dengan berani mencium leher dan pipinya. Bau alkohol begitu kental tercium. Aya memutar tubuhnya dengan kaget. Ia berusaha mendorong lelaki itu, tapi kekuatannya tak sanggup menggeser tubuh lelaki itu. "A-apa yang kamu lakukan?" Aya meronta hendak melepaskan diri. Tangannya memukul mukul bahu dan wajahnya, tapi tidak berhasil membuat lelaki itu melepaskan rangkulannya "Kenapa kamu meronta? Kamu tidak tahu aku siapa?" Lelaki itu mendorongnya ke arah tembok balkon. Oh! Siapa dia? Aku takut! Aya hendak berteriak minta tolong, tapi tenggorokannya seperti tercekat. Rasa takut menjalar di sekujur tubuhnya. Ia mengumpulkan keberanian untuk berteriak. Tapi, tiba tiba saja, bibir lelaki itu memagut bibirnya dengan kuat. Bahkan, tangannya dengan berani menyentuh buahdadanya. Kancing gaun yang ia kenakan ada yang terlepas hingga bagian atas payudaranya sedikit mengintip. Ah! Tolong! Ia hanya bisa bersuara di dalam hati. Aya panik dan terus meronta sambil berusaha melepaskan diri dari cengkraman lelaki itu. Air liur lelaki itu membasahi bibirnya. Rasa alkohol dari whisky seperti ikut mengalir ke dalam mulutnya. Bagaimana ini? Apa yang bisa aku lakukan? Aya terdesak, tubuhnya terus tertekan ke arah tembok. Tubuh kekar lelaki ini menerkamnya dengan sempurna. Tangannya menarik penjepit dasi yang lelaki itu kenakan. Ia menusukkan penjepit itu ke d**a lelaki itu. Namun, tidak ada yang berubah, dia tetap bergeming. Akhirnya, dengan segala kekuatannya, Aya menekuk lututnya dan mendorong bagian tengah di antara s**********n lelaki itu dengan sekuat tenaga. Upayanya berhasil! Lelaki itu melepaskan ciuman dan rangkulannya. "Kamu gila! Berani sekali melawanku," Lelaki itu berteriak. Aya dengan cepat mendorong tubuh kekar lelaki yang baru saja mencium dan menyentuhnya itu. "Kamu yang gila! Berani sekali menyentuhku seperti itu!" Aya akhirnya sanggup berkata kata. Rasa marahnya menggunung. "Ini sebabnya alkohol bukanlah minuman yang harus kamu konsumsi! Akal sehatmu hilang!" Aya mengeluarkan amarahnya. "Aku akan melaporkanmu pada keamanan hotel," Aya bergerak menjauh dari balkon hendak melaporkan insiden itu pada petugas keamanan. Lelaki itu menyeringai kasar, "Laporkan sesukamu! Tidak akan ada yang berani melawanku! Kamu coba saja!" Aya berlari ke ruang dalam lounge sambil merapikan pakaiannya. Bagaimana mungkin sekelas Grand Hotel Birawa menerima tamu lelaki brengsekk seperti itu?! Langkahnya membawa pada pos sekuriti di lantai atas tersebut. Ia mendekat ke arah salah seorang petugas, "Bapak tolong bantu saya." "Bagiamana bu? Apa yang bisa saya bantu?" petugas itu langsung khawatir melihat reaksi panik dari tamu hotelnya tersebut. "Ada lelaki kurangajar yang berani melecehkan saya," Aya bicara apa adanya. "Tadi dia ada di sky lounge." "Apa bapak bisa mengikuti saya?" tanya Aya. "Bagaimana ciri cirinya bu?" petugas itu langsung sigap mengikuti Aya. "Saya tadi tidak terlalu jelas melihatnya, tapi siapa tahu dia masih di balkon," Aya berjalan dengan cepat. Sayangnya, suasana balkon sunyi dan sepi. Tidak ada siapapun. "Boleh ibu jelaskan seperti apa orangnya?" petugas itu bertanya. "Lelaki itu tinggi besar. Dia lebih tinggi dua puluh sentimeter dari tubuh saya, mungkin tingginya sekitar seratus delapan puluh tujuh sentimeter. Kulitnya agak gelap. Dia mengenakan setelan jas berwarna gelap. Hanya saja, saya tidak bisa melihatnya dengan jelas, Kejadiannya begitu cepat. Dia mabuk! Nafasnya bau alkohol.." Aya menerangkan semuanya. "Bapak, lihat, ada cctv di sisi sini! Mungkin bapak bisa mengeceknya langsung," tanya Aya. "Baik bu, akan kita tindaklanjuti," ujar petugas itu. "Oh iya, saya berhasil menarik penjepit dasi ini dari lelaki itu," Aya menunjukkannya. Petugas itu memeriksa penjepit tersebut, tapi tubuhnya langsung diam membeku, "I-ibu.. Maafkan, penjepit dasi ini mencantumkan inisial MAB. Sa-saya sepertinya tahu siapa orangnya." "Siapa pak?" Aya langsung ingin tahu. "Sa-saya tidak bisa menjawabnya," petugas itu berubah gugup. "Untuk selanjutnya, sa-saya akan mengantarkan ibu pada seseorang yang bisa membantu menyelesaikan hal ini." "Ma-maksud bapak?" Aya kaget mendengarnya. Bagaimana mungkin petugas keamanan hotel membiarkan terjadinya pelecehan? "I-ibu, bisa ikuti saya," petugas itu berbalik. Aya yang penasaran mengikut langkah petugas itu, hingga akhirnya mereka tiba di depan sebuah ruangan. Pintu ruangan itu mencantumkan papan : EXECUTIVE SECRETARY. Petugas itu mengetuk pintu ruangan tersebut. Ada suara terdengar dari dalam ruangan, "Masuk." "Ibu tunggu sebentar," petugas itu meminta Aya untuk menunggu sedangkan ia masuk ke dalam ruangan. Aya hanya mengangguk. Ada apa ini? Tak lama kemudian, petugas itu mempersilahkan Aya masuk ke dalam ruangan, "Ibu bisa masuk dan menemui Bapak Suta Kusuma. Ceritakan saja semuanya. Saya permisi dulu." Aya tak sanggup berkata kata. Ia bingung. Kenapa seperti ini? Ia pun melangkah masuk ke dalam ruangan tersebut. Aya melihat sesosok lelaki yang mungkin berusia sekitar lima puluh tahunan menyambutnya. Lelaki itu sudah memiliki rambut putih yang cukup banyak. Tingginya mungkin sekitar seratus tujuh puluh senti meter dengan tubuh kurus dan berkacamata. Ekspresi wajahnya mengesankan sosok yang bijak dan sabar. "Sa-saya mencari Bapak Suta Kusuma," Aya menatapnya. "Itu saya. Ibu silahkan duduk," ujar Suta mempersilahkannya duduk di sebuah sofa. Aya menurut dan duduk di sofa tersebut. "Petugas tadi sudah menceritakan semuanya. Sebelumya, saya meminta maaf atas kejadian tidak enak yang ibu alami saat menginap di hotel ini," Suta dengan berbesar hati meminta maaf. "Ta-tapi kejadian tadi bukan salah bapak," Aya mengerutkan keningnya. "Kalau lelaki itu sesuai dugaan saya, artinya apa yang terjadi juga menjadi kesalahan saya. Apa saya bisa melihat penjepit dasi yang ibu rebut dari lelaki tadi?" Suta bertanya. "Ini pak," Meski belum memahami sepenuhnya, Aya memperlihatkan penjepit dasi tersebut. Suta terlihat mengeceknya. Reaksinya membuat Aya sedikit bingung, karena setelah mengeceknya, lelaki di hadapannya itu menarik nafas panjang. "Ibu, mohon maaf, saya mau meminta bantuan ibu agar tidak memperpanjang hal ini. Tapi, saya akan bicara pada pemilik penjepit dasi itu agar meminta maaf atas semua yang terjadi," ungkap Suta. "A-apa?" Aya kaget mendengar permintaan tersebut. "Ba-bagaimana mungkin saya tidak mempermasalahkan hal ini? Dia telah melecehkan saya!" "Dari penjelasan yang saya terima, lelaki itu mabuk, betul tidak?" tanya Suta. Aya mengangguk. "Ada kemungkinan, dia tidak sadar saat melakukannya. Saya sangat berharap kalau ibu bisa mengabulkan permintaan saya ini," ujar Suta lagi. "Namun, saya akan berusaha mendamaikan dan membuatnya meminta maaf." "Ta-tapi pak, dia melecehkan saya!" Aya bicara sedikit keras. "Itu hal yang menghina harga diri saya. Tidak mungkin saya memaafkannya begitu saja!" "Saya mengerti. Tapi, saya mohon pengertian ibu. Saya meminta hal ini, agar tidak terjadi masalah lebih lanjut di kemudian hari," jelas Suta. "Ini juga demi kebaikan ibu." Aya mengerutkan keningnya. Siapa lelaki itu?Kenapa laporannya ini bisa menjadi masalah lebih lanjut? "Ke-kenapa bisa jadi masalah? Me-mang siapa lelaki itu?" Aya akhirnya bertanya. Suta menarik nafas panjang, "Namanya Manggala Amarta Birawa, sesuai inisial yang tercantum dalam penjepit dasi tersebut. Dia adalah CEO sekaligus pewaris tunggal dari Grup Birawa." *** Ini kisah perjalanan hidup dua insan Kirani Gayatri dan Manggala Amarta Birawa. Pertemuan mereka jadi awal segalanya. Awal yang membuat mereka menyadari kalau membenci itu mudah, namun mencintai butuh keberanian. “Ketika kamu membenci, kamu merasa sengsara. Namun, ketika kamu mencintai, kamu merasa luar biasa. Itu adalah pilihanmu.”
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN