Gue akhirnya mengeluarkan tawa geli yang sedari tadi gue tahan ketika pintu kamar mandi tertutup. Memperhatikan tingkah laku Eva yang sedari tadi tampak gugup, membuat gue gemas. Baru digituin aja, reaksi Eva udah begitu. Gimana kalo gue ngelakuin yang lebih dari itu? Gue menggelengkan kepala keras, berusaha mengenyahkan pikiran kotor yang mulai memasuki otak. Ah, mendingan gue main gim aja daripada pikiran gue malah membayangkan skenario yang lebih intens. Baru saja gue mengaktifkan layar ponsel, sebuah pesan masuk. Kening gue mengerut ketika membaca nama Sherly. Besok mau lunch bareng? Gue sedikit terkejut membaca pesan Sherly. Tak menyangka dia akan bergerak lebih dulu. Gue sebenarnya mau-mau saja, tapi karena teringat dengan ucapan yang gue katakan kepada Eva tadi, gue memutuskan

