BAB 2 :: HAL YANG TAK DI DUGA

1591 Kata
    "EH disini ada yang sekelas sama Azkia kelas 10 nggak?" Tanya Azka yang baru saja memasuki ruang OSIS. Pengurus OSIS yang sedang berada diruangan ini langsung menatap Azka heran.     "Gue sekelas sama dia Kak, kenapa? Tumben banget lo nanyain dia?" Tanya Danny.     "Lo punya nomor handphonenya nggak Dan? Gue dapet misi nih dari Pak Reno." Jawab Azka. Setelah berfikir matang-matang, Azka akhirnya mempunyai segudang cara untuk mendekati Azkia. Cara pertama adalah mendapatkan nomor gadis itu.      "Adanya juga Line Kak." Jawab Danny.     "Yaudah mana sini, gue minta." Pinta Azka. Danny pun memberikannya dengan menampilkan barcode line Azkia.     "Buat apaan sih Ka? Jangan-jangan lo mau pedekate yaa?" celetuk Bayu dengan wajah jahilnya     "Iya gue mau pedekate mau apa lo?" cetus Azka.     Sebagai ketua OSIS, disekolahnya Azka memang terkenal tegas. Namun, dibalik itu semua sebenarnya Azka sama seperti siswa yang lainnya. Hanya saja, Azka akan memperlihatkan sikapnya yang sebenarnya jika Azka sudah merasa nyaman dengan orang itu. Seperti saat ini.     "Weitsss.. jadi ternyata selera lo badgirl gitu ya Ka? Nggak nyangka, KETOS ternyata doyan juga ya sama cewek macem Azkia."     "Serah lo dah. Tapi sebenarnya gue dapet misi. Kalau gue berhasil, Pak Reno bakal ngasih gue beasiswa buat ngelanjutin study ke Inggris." Ucap Azka.      "Serius lo? Emang misi apa sih? Sampai hadiahnya ya lumayan gitu?" Tanya Feranda, sekretaris OSIS.     "Ada deh.. Ucap Azka sok penuh rahasia. Udah ah! Gue mau cabut ke kelas. Oh iya, Dan. Btw, thanks yaa.." Azka pun bingkas dari duduknya.     "Yoi Kak!" teriak Danny.     Azka keluar dari ruang OSIS. Koridor kini dipenuhi oleh murid-murid yang entah sedang melihat apa. Karena penasaran, Azka pun menerobos kumpulan itu. Disana terlihat Azkia sedang saling menjambak rambut dengan Geandra, cewek kelas 11 yang merupakan ketua geng yang suka membully murid lain.     "STOPPPP!!!!!!!!" teriak Azka yang membuat pusat perhatiaan yang awalnya terarah kepada kedua perempuan itu kini malah beralih kearahnya.     Azkia dan Geandra pun menghentikan aksi jambak-jambakannya itu. Rambut mereka sudah tidak karuan bagaimana bentuknya. "Azkia ikut gue! Dan kalian semuaa BUBAR!" teriak Azka tegas. Semuanya pun bubar meninggalkan tempat ini. Termasuk Geandra dan gengnya.      Sebelum Geandra benar-benar pergi, cewek itu sempat berteriak kalau ia akan membalas Azkia.     Setelah hanya tersisa mereka berdua, Azka langsung menarik Azkia menuju UKS yang memang ruangannya paling dekat dari sini dan paling jarang dikunjungi orang. Sesampainya di UKS Azka langsung memerintah Azkia agar duduk diranjang UKS yang langsung dituruti oleh Azkia.     Azka melihat penampilan Azkia dari bawah sampai atas. Cantik. Tapi sayang Azka tidak suka sifat Azkia tersebut. Seandainya Azkia adalah cewek kalem, pinter mungkin Azka akan merasa tertarik. Mungkin itu pun.      Ketika pandangannya terarah kepada wajah Azkia, Azka melihat ada luka cakar dikening Azkia. Azka pun bergegas mengambil kotak P3K yang berada dilaci dekat ranjang. "Saya kira laporan yang datang ke saya itu Cuma karangan mereka doang. Ternyata benar. Kamu kenapa sih jadi cewek kok brutal banget?" Tanya Azka sambil meneteskan Rivanol ke kapas putih itu.     "Hidup-hidup gue. Gue yang ngejalanin. Jadi terserah dong mau gue brutal kaya gimana pun itu hak gue. Jawab Azkia ketus. Lagian kenapa lo narik gue? Ada urusan apa?" Tanya Azkia.     "Kening kamu dicakar tuh. Bersihin nih." Azka menyodorkan kapas itu ke Azkia. Membiarkan gadis itu membersihkan lukanya sendiri.     "Mulai sekarang saya akan mengawasi kamu. Setiap kamu datang, istirahat, sampai pulang saya akan terus awasi kamu. Mulai besok, setiap kamu berangkat sekolah saya akan jemput kamu. Begitupun setiap kamu pulang sekolah saya akan antar kamu pulang. Mengerti?" jelas Azka.     "Apa-apaan sih! Gue bukan anak kecil lagi yang harus diawasin. Lagian lo siapa gue sih? Saudara bukan, pacar bukan. Tapi lo ngatur-ngatur gue gini. Nyokap bokap gue aja nggak peduli sama gue. Tapi lo?" jawab Azkia ketus sambil sesekali mengobati luka cakarnya itu.     "Saya nggak nerima penolakkan. Mulai sekarang, semua kehidupan sekolah kamu saya yang atur." Ucap Azka tegas.     "Serah lo. Gue tetep nggak terima." Azkia bingkas dari ranjang UKS. Kemudian pergi meninggalkan Azka begitu saja.     Selama perjalanan menuju kelasnya Azkia terus mengumpat Azka. Ia tak peduli Azka adalah seniornya atau bukan. "Dasar cowok gila! Emangnya dia siapa sampai ngatur-ngatur gue segala?"     Azka yang memang mengikuti Azkia dari belakang, langsung menarik lengan cewek itu sehingga membuat tubuh Azkia kini menghadap kearahnya. "Mulai sekarang kamu pacar saya. Nggak. Ada. Penolakan." Hanya ini cara Azka agar mudah menaklukan hati Azkia. Tentu saja, cara ini sangat melenceng dari rencananya sebelumnya.     Ucapan Azka tadi tentu membuat seluruh murid yang melihat mereka tercengang kaget. Sebagian siswi merasa patah hati karena cowok ganteng yang jomblo kini berkurang.     Azkia yang kaget langsung melepaskan cengkraman itu. Ingin sekali ia memaki cowok yang ada didepannya ini tapi entah kenapa kini mulutnya seolah tertutup rapat. Daripada ia semakin emosi, Azkia memutuskan untuk meninggalkan tempat ini diikuti dengan tatapan murid yang terus memperhatikan gerak-geriknya.     "Apa lo lihat-lihat!" ketus Azkia kepada salah satu murid yang terus memperhatikan dirinya. Azka yang melihat punggung Azkia pun ikut membalikkan badannya berlawanan dengan Azkia. Sebenarnya ia juga malu karena melakukan hal ini, tapi sekali lagi! Ini demi beasiswanya itu! ***     Teman- temannya berteriak kaget ketika Azkia menceritakan semua kejadiannya dengan Azka dikoridor tadi. Mereka tak percaya, KETOS yang terkenal tegas itu menyukai cewek macem Azkia?     "Lo serius Ki?" Tanya Defanny.     "Gue serius Fan!" teriak Azkia frustasi.          Untung saat ini Pak Rudi, guru Sejarah mereka tidak masuk. Kabarnya Pak Rudi sedang sakit. Sehingga kelas ini sangat ramai. Sebernarnya mereka sudah diberi tugas oleh guru piket untuk mengerjakan soal latihan. Cuma namanya murid terkadang bukannya mengerjakan tugas, ceweknya malah asyik bergossip sedangkan cowoknya asyik bermain games dibelakang.     "Terus, lo jawab apa?" Tanya Yuni.     "Gue nggak jawab. Gue pergi gitu aja. Lagian tuh cowok gila atau gimana? Kita nggak pernah deket, tapi berani banget bilang kaya gitu. Udahlah.. palingan dia Cuma bercanda doang." Ucap Azkia. Kemudian gadis itu menelungkupkan kepalanya ditumpukkan tangan yang ia buat. Meninggalkan teman-temannya yang masih dilanda kebigungan. ***     Hari ini saya ada rapat. Kamu tunggu saya di Caffe depan. Tidak ada penolakan!     Setelah mengirim pesan melalui Line itu. Azka langsung memasuki handphonenya kesaku celananya. Kemudian ia pun memulai rapat rutin hari ini.     "Assalamualaikum warahmatullahi wabarokatuh.." salam itu langsung dijawab oleh pengurus OSIS yang lain.     "Agenda rapat kita hari ini cuma satu, yaitu soal acara yang akan kita adakan bulan depan, yang nantinya akan dijelaskan oleh SekBid 4." Ucap Azka. "Silahkan kepada Sekbid 4 untuk menjelaskan kepada teman-temannya."     "Oke..jadi bulan depan kita akan mengadakan PENSI dalam rangka ulangtahun SMA Merdeka atau sekolah kita. PENSI ini masih sama seperti PENSI sebelumnya.." dan Cecil selaku coordinator SekBid 4 terus menjelaskan program kerjanya itu secara rinci.      "Ada pertanyaan lagi?" Tanya Cecil setelah selesai menjelaskan.     Semuanya menggelengkan kepalanya. "Baik kalau begitu sekian dari saya. Terimakasih..."     "Oke karena sudah selesai. Kita tutup rapatnya. SekBid satu pimpin doa." Ucap Azka.      Yoga pun menganggukkan kepalanya. "Untuk mengakhiri rapat kita hari ini alangkah baiknya kita berdoa menurut kepercayaan dan keyakinanya masing-masing. Berdoa mulai.." Pengurus OSIS pun serempak menundukkan kepalanya. ***     Azkia masih betah menunggu cowok itu. Sudah 1 jam setengah dirinya menunggu Azka di caffe ini dan ia juga sudah menghabiskan hampir satu bungkus rokok untuk menunggu cowok itu. Kalau bukan karena ia butuh penjelasan, Azkia sudah pasti tidak akan pergi kesini.     “sorry... Lama ya? Azka akhirnya datang. Azkia pun langsung mematikan puntung rokoknya yang memang tinggal sedikit lagi itu.     "Bentar kok. Bentar banget malah." Ucap Azkia sarkastik.      Azka menatap sebungkus rokok yang hampir habis diatas meja itu, sambil menggelengkan kepalanya. "Tolong baca ini. Ini pesan dari Pak Reno." Ucap Azka sambil menyerahkan surat yang baru saja diambilnya disaku baju seragamnya.     Azkia menerimanya. Lalu membuka surat itu.  'Ini perintah! Saya mempercayai Azka untuk mengawasi kamu. Untuk merubah kamu. Baik dalam sikap maupun nilai akademik kamu yang jelek itu. Saya kasih kamu waktu 1 semester untuk mengubah semua itu. Kalau dalam 1 semester kamu masih gitu-gitu aja saya tidak akan membiarkan kamu naik kelas selanjutnya. Dalam artian disemester depan kamu akan menetap di kelas 10. Dan disini Saya akan kasih kamu 100 point. Point ini saya catat dibuku saya. Setiap kamu melanggar aturan sekolah, saya akan mengurangi point ini. Jika kamu terlambat, kabur, tidak mengerjakan tugas, dan tidak menuruti perintah Azka saya akan menguranginya 5 point. Tetapi jika kamu merokok, berkelahi saya akan menguranginya 15 point. Dan jika point 100 ini habis, saya akan langsung laporkan kepada kepala sekolah, bahwa kamu tidak akan naik kelas. Mengerti?'     Setelah membaca surat itu, Azkia menatap Azka sengit. "Permainan gila! Maksud Pak Reno apa sih? Sampai ngancam gue kaya gini? Dikira dia, gue bakal takut? Kalau gue nggak naik kelas. Gampang! Gue tinggal pindah aja."     "Percuma! Pak Reno itu nggak pernah main-main. Kamu nggak mungkin bisa pindah gitu aja. Pak Reno udah nyiapin semuanya. Pak Reno udah lapor kepala sekolah. Kalau kamu tidak akan bisa pindah sekolah sebelum kamu berubah." Jelas Azka.     Azkia mengacak-ngacak rambutnya frustasi. "Yaudah! Gue terima. Jadi apa yang harus gue lakuin?" Tanya Azkia pasrah. Bagaimana pun juga, tidak naik kelas adalah hal terburuk dala hidup Azkia kalau itu sampai terjadi. Sebandel-bandelnya Azkia, dia tetap ingin naik kelas.     "Yang pertama, kamu inget yang saya katakan di UKS?" Azkia menganggukkan kepalanya. "Saya akan mengawasi kamu. Mulai besok, saya akan menjemput kamu dan mengantar kamu pulang itukan?"     Azka mengangguk. "Dan yang kedua. Kalau dalam satu minggu kamu tidak membuat ulah, saya akan menuruti satu permintaan kamu. Apapun itu. Tapi, kalau dalam satu minggu kamu berbuat ulah, kamu harus menuruti permintaan saya. Banyaknya permintaan saya tergantung kammu melakukan kesalahan kamu itu. Mengerti? Nggak ada tapi-tapian. Kalau kamu menolak saya akan laporkan kamu ke Pak Reno."     Azkia memutar bola matanya kesal. "Ya..ya.ya gue setuju."     Azka tersenyum penuh kemenangan. Sedangkan Azkia mendengus kesal. "Ingat! Kamu Cuma punya waktu 4 bulan buat berubah." Ucap Azka.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN