5

1009 Kata
Kevin menghentikan perdebatan antara Alvin dan Devan, dia mengajukan sebuah tantangan. Mungkin dengan kemenangan kali ini bisa membungkam mulut sombong Devan. Jujur semakin lama Kevin dan teman-temannya semakin membenci tingkah Devan yang selalu sombong dan semena-mena kepada mereka. Bukan hanya itu, semakin hari juga tambah banyak cewek-cewek SMA Pelita Harapan yang menyukai Devan. "Woi, udah. Kalian berdua diam, gue punya solusi untuk nyelesain semua ini. Gimana kalau lo Devan, gue tantang adu main voli sama kita. Siapa yang menang dia yang akan menjadi raja dan yang kalah akan menuruti permintaan yang menang, gimana? Berani enggak lo nerima tantangan ini?" tanya Kevin. "Satu lawan satu atau mau tim nih?" "Tim aja, gue malas dituduh aksi keroyok." "Oke, gue setuju. Lagian gue yakin kalau gue bakalan menang lawan kalian. walaupun kalian udah kelas XII tapi permainan voli kalian masih sama kayak anak SD. Lagian kok lo berambisi banget sih buat jatuhin gue, atau jangan jangan-jangan lo iri karena gue lebih ganteng dan keren daripada lo semua?" ucap Devan dengan nada sombong. Mengingat bahwa sebentar lagi Kevin akan menjatuhkan kesombongan Devan. Jadi dia terlalu malas untuk melanjutkan perdebatan ini. "Udah deh lo gak usah banyak ngomong, cepat pilih anggota tim lo biar kita bisa duel sekarang," ucap Kevin. "Oke, gue pastiin hari ini kekalahan kalian untuk kedua kalinya," jawab Devan. Devan memilihkan anggota timnya untuk diajak bergabung melawan tim Kevin. Pilihan Devan antara lain tiga anggota gengnya sendiri yaitu Ilham, Marcell dan Nando. Sedangkan dua orang lagi adalah Farel dan Malvin teman sekelasnya.  Setelah merasa pas memilih anggota timnya Devan kembali memasuki lapangan. Untuk bergabung bersama Kevin dan rekam timnya. Devan menghentikan langkahnya di samping lapangan, lalu dia mendekati Aleta dan membisikkan sesuatu yang membuat gadis itu sedikit kaget. "Kalau gue yang menang gue mau lo jadi cewek gue, itu yang bakalan gue minta sama teman-teman lo. Tunggu aja," ucap Devan. "Gue bukan bahan taruhan kalian." "Gue gak mikir gitu, pokoknya siap-siap aja." "Gue gak ma--" Tanpa menunggu jawaban dari Aleta, Devan langsung lari dan bergabung dengan temannya di lapangan. Semuanya sudah sangat berambisi untuk menjatuhkan satu sama lain. Akhirnya permainan pun dimulai setelah tiupan peluit terdengar. Devan terlihat sangat mahir dalam melakukan smash karena hampir semua smash yang dilakukan Devan berhasil mencetak angka, dari kelas XII IPA 1 Alvin juga terlihat sangat bersemangat dalam mencetak poin begitu pun dengan Kevin. Kevin begitu berambisi untuk mengalahkan Devan karena Devan adalah musuhnya, Devan sudah pernah menjatuhkan harga dirinya, kini saat yang tepat untuk Kevin membalaskan dendamnya. Menjatuhkan Devan di depan banyak orang pasti akan sangat menyenangkan. Kevin beberapa kali tersenyum membayangkan hal tersebut akan terjadi sebentar lagi. Permainan babak pertama telah usai tim Devan berhasil memenangkan pertandingan babak pertama, dan mereka pun memutuskan untuk beristirahat selama lima belas menit.  Di samping lapangan tampak Aleta yang terlihat sangat cemas. Bagaimana tidak cemas kalau tim Devan menang dia takut apa yang Devan bilang tadi akan menjadi kenyataan, walaupun sebenarnya Aleta juga memiliki rasa kepada Devan tapi dia tetap tidak mau mengkhianati teman-temannya yang telah berjuang hanya untuk membela dirinya. "Leta, kok muka lo kelihatan pucat gitu sih? lo pusing ya karena kelamaan di sini?" tanya Dinda. "Gak kok, Din. Gue cuma kepanasan aja," jawab Aleta berbohong. "Kalau lo pusing bilang sama kita ya, biar langsung ke UKS. Daripada lo kenapa-napa." Aluna juga mulai khawatir melihat raut wajah Aleta yang memang terlihat memucat  "Iya. Gue gak apa-apa, jadi kalian tenang aja. Kalau gue emang beneran pusing, pasti langsung kasih tau kok," jawab Aleta memaksa tersenyum. Aleta memang bukan gadis yang kuat meskipun dia tidak memiliki penyakit yang serius, tetapi dia tidak bisa menahan panas karena itu juga teman-temannya khawatir terhadap dirinya. Sementara di bawah pohon yang rindang disitulah Devan beserta temannya sedang beristirahat. Devan meluruskan kakinya seraya meneguk air mineral dingin. "Eh, Van. Gue liat-liat Aleta ternyata manis juga," ucap Ilham  "lo baru nyadar kalau Aleta manis?" tanya Devan. "Gue sih udah sadar dari lama." "Iya deh yang duluan nyadar. Oh ya, gue penasaran lo sebenarnya beneran suka sama Aleta atau cuma pura-pura? Karena yang gue tau si Kevin musuh lo itu dekat sama Aleta. Istilahnya teman dekat lah kalau di kelas. Jadi lo beneran suka atau cuma mau main-main aja buat balas dendam?" tanya Ilham. "Gue suka sama Aleta gak ada hubungannya sama Kevin, gue suka Aleta karena gue emang jatuh cinta sama dia bukan karena gue manfaatin Aleta untuk balas dendam sama Kevin. Gue gak sebanci itu kali libatin orang gak salah di dalam lingkaran permusuhan ini," jawab Devan. "Nah, ini jawaban yang gue mau. Permusuhan kalian dari awal emang gak ada sangkut pautnya sama Aleta. Jadi gue harap emang tujuan lo dekatin Aleta bukan buat balas dendam," jawab Ilham sambil menepuk pundak Devan. Akhirnya waktu istirahat selama lima belas menit pun telah usai. Mereka segera menuju ke lapangan untuk bermain voli dibabak kedua sekaligus babak penentuan, siapakah yang akan menjadi pemenang untuk hari ini. Tim Devan sudah memasuki lapangan begitu juga dengan tim Keviin. Mereka sudah lebih semangat untuk mengalahkan Devan di babak ini. Jangan sampai impian Kevin untuk mempermalukan Devan harus kandas. Setelah kedua tim siap mereka melanjutkan permainan babak kedua, permainan berlangsung sangat menegangkan saat poin hanya berselisih 1 angka saja dan Devan melakukan smash. Dari smash yang dilakukan Devan mereka berhasil memenangkan permainan dan berhasil mengalahkan murid kelas XII IPA 1. Devan tersenyum penuh kemenangan dan dia mulai berjalanan mendekati Kevin. "Gue harap lo tepatin janji lo kali ini kalau lo bukan banci," ucap Devan. "Oke lo mau apa?" tanya Kevin. "Gue mau dia jadi cewek gue," tunjuk Devan pada seorang gadis yang tak lain adalah Aleta. "Lo udah gila ya? gue gak bakal izinin lo buat pacaran sama Aleta," jawab Kevin. "Kenapa, lo suka sama dia? kalau lo gak mau nepatin janji gue bakal umumin ke seluruh kelas kalau lo itu pecundang," ucap Devan lalu tertawa. "Oke, gue setuju karena Aleta gak mungkin mau jadi pacar lo. Semua jawaban terserah Aleta. Mau nerima lo atau enggak," ucap Kevin meremehkan. "Lo liat aja gue akan buat Aleta bertekuk lutut dan jatuh cinta sama gue," ujar Devan lalu berjalan meninggalkan lapangan.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN