Setelah beberapa jam masuk kamar, Garuda tidak kunjung menyusulnya. Pintu kamar masih menjadi objek untuk Raisa tatap. Entah mengapa Raisa sampai kelepasan, marah pada Garuda dengan membentak-bentak pula. Raisa hanya tidak ingin pergi dari rumahnya, dia tidak ingin pindah kemana-mana. Walauapun bersama dengan Garuda sekalipun. Jika tinggal di sini bisa membuatnya dekat dengan semua orang, kenapa harus pindah? Toh, ayah dan bunda juga tidak keberatan mereka tinggal di sini. Karena Garuda tidak kunjung datang, Raisa semakin kesal. Bukankah dia sedang marah? Harusnya Garuda datang dan meminta maaf padanya, lalu menuruti kemauannya. Tetapi apa? Garuda bahkan tidak muncul sama sekali. Klek. Pintu kamar terbuka dan Raisa mulai berdiri dari duduknya. Raisa ingin langsung mengomeli Garuda—teta

