wooaahaahhhhhhh....
aloha para zeyeenggg....
kangen nggak??/... kalau aku jangan ditanya, kangen pake banget!
si bruno baru bangun dari hibernasi yang panjang...
ini juga baru nyampe rumah langsung gaspol..
karena ini masih pemanasan, pasti masih amburadul..
masih alakadarnya...
karena itu harus sabar,
sekali lagi, maafkan daku...
jangan lupa..
Tetap jaga jarak..
Selalu memakai maker
Selalu cuci tangan
Terakhir, konsumsi makanan yang sehat ya..
semoga pandemi segera berlalu..
---------------------------------------------------
“Iya mbak... nanti aku sampaikan sama papanya Biru. Sebetulnya papanya sudah setuju sama rencana ini, cuma dia bilang anaknya harus tau juga. Jangan tiba-tiba kita bikin acara, si pengantinnya malah nggak tau”.
.....................
“ Iya... nanti aku khabari lagi ya.”
..............................
“ Sama-sama mbak. Akhirnya kita beneran besanan ya, padahal dulu itu tujuan kita untuk menyambung tali silahturahmi. Udah itu aja.
...............................
“Iya... Karena kita ngobrolin masalah Alaska sama Biru ini juga udah lama banget. Kalau nggak salah waktu Alaska masih SMA ya, terus Biru masih SD? Iya, terus pas Alaska Sma baru kita ngomong serius ya.
...............................
“ Aku udah pasrah aja, kalau nggak jadi. Tapi rupanya Tuhan mendengar doa kita. Semua kita kembalikan ke anak-anak aja, bersyukur ternyata mereka mau, iya..mau menuruti kita, para orang tua yang sudah kebelet pingin cucu ha ha ha.
.........................
“Iya... minggu-minggu ini kita bikin rencana yang lebih matang lagi. Iya, salam buat keluarga juga.
...........................
Setelah menutup ponselnya, Dewi, mamanya Biru berjalan ke arah sofa tunggal dan duduk dengan wajah sumringah. Jagad tertawa geli melihat mamanya.
“ Gimana ma?” jadi kapan tante Amelia ke sini?
“Mungkin minggu-minggu ini, pastinya belum tau juga, papa belum nemu tanggal, masih sibuk.”
Dia menjawab dengan nada setengah mendengus, karena teringat dengan kesibukan suaminya. Tiap kali diajak rembukan masalah Biru dan Alaska, selalu menjawab “ terserah mama aja.”
“ Mama tuh sebel sama papa kamu, kalau diajak ngomongin masalah ini, selalu jawab “ terserah mama, maunya gimana, papa setuju aja” lanjutnya dengan menirukan suara suaminya.
Jagad langsung tertawa terbahak-bahak. Perutnya sampai kaku menahan tawa. Setelah tawanya mereda,“ Itu berarti papa ingin mama yang menyusun acaranya. Mulai nyari gedung, catering, dekorasi. Semuanya mama yang atur. Dan papa percaya mama bisa, disamping mungkin papa juga masih sibuk. Eh..acaranya dirumah khan? atau digedung?’
“ Dirumah aja, adikmu maunya gitu. Nggak ngundang teman kuliahnya juga, mungkin ada beberapa, yang akrab aja. Katanya nggak mau nanti akan jadi gosip dikampus. Katanya sih gitu.”
Jagad hanya mengangguk. Dia sebenarnya ragu dengan dengan adiknya itu. Kalau dari pihak Alaska dia bisa melihat keseriusan itu, tapi adiknya? Dia kenal siapa Biru, tahu bagaimana sifatnya, semua kebiasaannya, tingkahnya yang pecicilan. Dia khawatir nantinya Alaska kurang bisa sabar menghadapi kerewelan adiknya itu. Pada akhirnya berimbas pada rumah tangga mereka nanti.
Pandangannya terarah pada mamanya yang terlihat menunduk memperhatikan gambar-gambar yang ada di ponselnya itu. Dia bisa menebak, kalau saat ini mamanya itu sedang mencari referensi catering, butik untuk baju pengantin. Dia tahu mamanya sangat bahagia menyambut pernikahan adiknya itu.
Akhirnya Jagad hanya bisa menghela nafas, dan berharap semoga setelah menikah nanti, adiknya bisa bersikap lebih dewasa, dan sahabatnya itu mampu menanganinya. Mereka sangat dekat, dan Biru mungkin cenderung manja , meski mereka bukan saudara seibu. Walau bagaimanapun mereka berdua adalah orang-orang yang sangat di sayanginya.
“ Adikmu belum pulang ya? Sudah jam 3 lewat, kemana mereka. Tadi pamitnya ngerjain tugas di rumah Rayyan. Apa mereka telpon?”.
Jagad menggeleng, tangannya mengambil ponsel disaku kirinya, dan melihat apa ada panggilan yang dia lewatkan.
“ Apa mama terlalu memaksa? menyuruh adikmu menikah sama Alaska itu? mama sejujurnya nggak ingin Biru mengalami ini. Menikah lewat perjodohan. Tapi mama takut, kalau dia salah memilih. Kamu tau sendiri, adikmu itu seperti apa. Mama, papa dan kamu juga tidak bisa selamanya menjaga dia.”
Jagad hanya mendengarkan saja, meski ibu tiri, Jagad sangat dekat dan sayang sama mamanya. Karena mamanya memang tidak pernah membedakan, antara Jagad dan Biru. Saat mereka masih kecil kalau dia atau Biru melakukan kesalahan, mereka berdua akan kena marah. Begitu juga ketika mereka jadi anak yang baik, mereka akan dapat hadiah yang sama.
“ Makanya ketika Tante Amelia mengajak besanan, mama seneng sekali. Mama kenal mereka sudah lama, sejak tante Amelia SMA. Kalau orang tuanya baik, pasti akan mengajarkan hal-hal yang baik untuk anaknya. Semoga saja mama nggak salah pilih. Mama cuma kepingin yang terbaik buat adikmu, buat kalian berdua.”
“ Udah ma, nggak usah terlalu dipikirin. Mama nggak salah pilih, Alaska memang baik, dia bisa menjaga Biru. Alaska serius untuk memilih Biru, bukan hanya karena perjodohan ini. Karena memang dia suka sama Biru. Jadi mama nggak usah khawatir, mereka akan baik-baik saja.”
Ya...Setelah mereka berbicara beberapa waktu yang lalu, Jagad merasa lega. Akhirnya dia bisa melepas adiknya menikah dengan sahabatnya, tanpa rasa was-was. Setelah tahu kalau Alaska menikahi adiknya bukan karena dipaksa orang tuanya, atau karena perjodohan. Tapi karena memang dia jatuh cinta dengan adiknya itu. Dengan jarak usia mereka yang cukup jauh, Jagad berharap Alaska bisa menjaga dan melindungi adiknya. Mungkin juga bisa merubah sifat adiknya menjadi lebih dewasa.
“ Terus kamu gimana sama Kilau?” tiba-tiba mamanya nyeletuk.“ Itu anak orang, jangan dicuekin, sukanya PHP aja. Jangan kelamaan, nanti diambil orang lho.”
“ Nanti deh ma, kalau kerjaan sudah settle.”
“ Jangan gitu kak, kasihan Kilau”, kadang-kadang mamanya memanggil Jagad dengan sebutan “Kak”. Awalnya dulu untuk membiasakan Biru. Setelah mereka dewasa, saat mereka sedang ngobrol serius, mamanya menggunakan panggilan itu.
“ Nanti ma, setelah masalah Biru selesai. Mungkin nunggu Kilau lulus.”
“ Haa...masih lama dong, setahun lagi aja ya?,” ujar mamanya setengah merayu.
“ Ini juga baru kerja lagi . Nggak cukup waktunya. Kalau tahun depan, berarti persiapan harus dari sekarang. Setelah menikah Kilau ikut kesana, berarti harus cari rumah.”
“Iya...tapi jangan nanti... nanti dong,” sahut mamanya.
Jagad berusaha menjelaskan dengan alasan yang bisa dipahami oleh mamanya. Mamanya itu orang yang keras, bila dirasa itu untuk kebaikan Jagad dan Biru. Tapi juga bisa berubah seketika menjadi orang sangat sabar, penuh kasih sayang kalau untuk urusan anak-anak. Asal untuk kepentingan anak-anak, dia akan melakukan apapun.
“ Yang penting menikah, itu dulu aja. Kalau kalian sudah sah, urusan lain itu mudah. Masalah rumah dipikir nanti aja. Kilau biar disini dulu, Biru juga nggak akan langsung ikut suaminya. Biar mereka kuliah dulu.”
Bener khan...
Akhirnya demi menjaga suasana euforia mamanya tidak terdistraksi, Jagad menjawab, “ yaudah, terserah mama aja. Tapi mereka jangan sampai tahu dulu, bisa runyam urusan. Sebelum berangkat, aku ke tante Maya deh. Tapi beneran ya, setahun setelah Biru menikah.”
Jagad tahu, mamanya akan terus membujuknya dengan berbagai cara. Seperti saat ini, mamanya tidak akan berhenti membicarakan masalah ini, sampai Jagad menganggukan kepala untuk setuju. Atau sampai kemauannya dituruti.
Mamanya mengangguk dengan senyum lebar,” Sungguh? Nanti mama ngobrol sama tante maya juga ah.”
Begitulah bila ibunda ratu sudah bertitah.
Jagad sebenarnya juga sudah mempunyai rencana sendiri. Cuma dia menginginkan Kilau lulus kuliah dulu. Agar dia bisa bersikap lebih dewasa dalam menghadapi segala tantangan. Khususnya masalah dalam rumah tangga mereka kelak. Istilanya siap menghadapi pertempuran dalam kerasnya dunia rumah tangga kelak he he he...
“ Mama berharap kamu sama adikmu, nggak terbebani dengan keinginan mama ini. Bukan berarti mama memaksa. Kesannya tidak memberi kalian pilihan, terutama adikmu. Semua itu karena mama hanya ingin yang terbaik untuk kalian berdua. Mama harap kalian mengerti.” Matanya menerawang, helaan nafasnya terasa berat.
“ Ma.. buat Jagad sama Biru, mama selalu yang terbaik. Terutama Biru, dia pasti mengerti. Sebenarnya ini meringankan dia juga, nggak perlu repot-repot nyari pacar apalagi calon suami. Semua sudah disiapkan,” ucapan Jagad membuat mamanya tersenyum lebar.
“ Kalau kamu, kak?”
“ Kalau aku nggak perlu bingung milih, pilihannya cuma satu. Itu aja, udah nggak bisa kemana-mana” jawabnya kalem.
Mendengar jawaban itu, membuat mamanya tertawa. Akhirnya mereka tertawa lebar. Sampai kemudian, kegembiraan itu terputus oleh suara teriakan dari arah depan.
“ Biru pulang! “ Maaa...mamaaa!,” semua orang sudah paham, siapa yang teriak kalau masuk rumah.
“ Kilau juga!”
“Laut Biru! jangan teriak, ini rumah bukan hutan. Anak perempuan itu yang lembut. Udah mau jadi istri orang kok masih bar-bar gini, ” kata Jagad.
“Maaa...kok mama nggak jawab sih?” tidak dihiraukannya ucapan kakaknya. Diguncangnya tangan mamanya, lalu duduk dipegangan kursi. “Terus ini kenapa, mama sama kak Jagad duduk berhimpitan gini? Kayak nggak ada kursi lain aja. Habis pada ngapain sih?.”
“ Ehh.. anak kucing, kalem dikit dong, kayak mercon banting aja,” tukas Kilau. Biru menendang kaki Kilau. Tapi sebelum itu terjadi, Kilau sudah melompat ke samping Jagad. Biru bertambah jengkel, apalagi dilihatnya Kilau melelet dengan tersenyum mengejek.
“ Kak, kapan ganti pacar? Ini sudah 2020 lho, cari yang sexy deh, sekalian perbaikan keturunan. Anak cebong udah berubah jadi kodok nih,” bahunya mengedik ke arah Kilau.
“ Maa...mama nggak kepingin ganti calon menantu khan?” wajahnya dibuat sedih. “ Tapi kalau ganti anak, aku setuju lho ma,” lanjut Kilau.
“Wahh..nih anak nggak bisa dibiarin,” dengan langkah cepat dihampirinya Kilau. Tangannya memegang bantal kursi. Tapi Kilau keburu lari, akhirnya mereka kejar-kejaran didalam rumah. Melihat itu, mamanya hanya bisa tersenyum miris sambil menggelengkan kepala. Sedang Jagad menarik nafas panjang.
“ Sudah..berhenti! Sekarang cuci tangan yang bersih, pakai sabun. Setelah itu kita makan,” teriak mamanya.