Secrets-02

1699 Kata
Tepat jam sepuluh siang, sesuai dengan perintah Stefany. Xena pun sudah sampai di bandara. Dia menatap satu persatu orang yang berlalu lalang di hadapannya dengan teliti. Hanya untuk memastikan jika orang yang dia cari tidak terlewat. Dan kata Stefany, Zeehan datang bersama dengan kekasihnya yang katanya juga calon tunangan Zeehan. Tapi ini sudah hampir setengah jam Xena menunggu, nyatanya wanita itu tidak menemukan orang yang dia cari. Wanita itu mencoba menghubungi Stefany, dan nyatanya ponsel wanita itu malah mati. Xena berdecak kesal, baru kali ini dia begitu bodoh menilai orang dari foto. Terlalu sempurna dan sangat sulit untuk digapai. "Xena … " Panggilan itu membuat Xena memoleh. Menatap satu pria yang menggunakan kaos hitam oversize, celana sobek bagian lutut keduanya, sepatu warna putih, rambut acak-acakan, kacamata hitam dengan tas punggung di sebelah bahu kirinya membuat Xena mengerutkan keningnya. Tapi yang membuat Xena lebih penasaran adalah, wanita disampingnya yang memiliki penampilan super duper cantik dan seksi itu sempat menurunkan kacamata ya sebentar, sebelum kembali bergelayut mesra di tangan pria itu. "Kamu Xena kan?" katanya kembali, membuat Xena menganggukkan kepalanya. "Iya saya Xena. Kamu … Den Zeehan bukan?" tanya Xena memastikan. Pria itu mengangguk. "Ya. Aku Zeehan." Xena mengangguk, dia mencoba menarik koper yang ada di tangan Zeehan untuk dia bawa. Tapi tatapan Xena malah terarah pada satu wanita cantik di samping Zeehan yang sibuk dengan ponselnya. Wanita itu mencoba tersenyum tipis, mempersilahkan Zeehan untuk jalan lebih dulu ke mobil. Tapi yang ada pria itu malah sibuk memperhatikan Xena dari atas hingga bawah. Tentu saja hal itu mampu membuat Xena tidak enak hati. "Sayang … kayaknya aku menginap di hotel aja deh. Cariin hotel dekat sini saja ya." Ucapan wanita itu membuat Xena menoleh, begitu juga dengan Zeehan. Pria itu menolak ide kekasihnya, dia akan menginap di rumah Zeehan untuk beberapa waktu. Lagian, ini tidak akan lama. Kekasihnya hanya berlibur sebelum dia kembali ke Aussie. "Tapi sayang—" "Kayaknya kamu suka banget kalau jauh dari ku?" potong Zeehan. Wanita itu menggeleng. "Apa sih. Yang ada aku nggak enak sama mami kamu." Disini Zeehan pun menjelaskan, jika kedua orang tuanya tahu hubungan mereka. Zeehan sengaja mengajak kekasihnya pulang lebih dulu untuk memilih cincin dan juga gaun pertunangan mereka. Masa iya Zeehan uang tinggal di rumah sedangkan calon tunangannya tinggal di hotel yang jauh darinya? Bahkan jika Zeehan mau mereka bisa tinggal dalam satu kamar. Hubungan mereka sudah mendapat restu, sudah melangkah sejauh ini juga kan? Lalu kenapa juga harus tinggal berpisah? Mendengar hal itu Xena hanya mampu menutup matanya sejenak, lalu membukanya perlahan. "Den Zeehan … ibu sudah menunggu di rumah. Bisa kita pulang? Saya takut ibu menunggu terlalu lama di rumah." kata Xena akhirnya. Zeehan menoleh, dia pun menatap Xena dengan mata memicing. Begitu juga dengan kekasih Zeehan yang langsung menunjukkan Xena. Dia baru sadar jika ada wanita lain di samping Zeehan. "Dia siapa?" tanya kekasih Zeehan pada Zeehan. "Sebenarnya dia itu teman kecilku, sayang. Namanya Xena, dia tinggal bersama kami sejak kecil. Dan dia sekarang menjadi pembantu di rumah kami." jelas Zeehan. Dan entah kenapa rasanya begitu sesak ketika mendengar hal itu. Tapi disini Xena mencoba untuk tersenyum manis di depan kekasih Zeehan, jika apa yang di kata Zeehan itu adalah kebenarannya. Dia tinggal bersama dengan keluarga Zeehan sejak dia kecil, bahkan bisa dibilang keluarga Zeehan mengambil Xena ketika wanita itu berada di pinggiran jalan. Xena dibuang keluarganya ketika usianya lima tahun, dia beruntung dipertemukan dengan keluarga Mandala dan diberi kehidupan yang layak, sekolah yang bagus meskipun hanya lulusan SMA. Dia juga men cosplay menjadi teman Zeehan waktu itu yang berusia tiga tahun lebih tua dari Xena. Waktu itu, Zeehan menginginkan adik perempuan, tapi Magdalena ibu Zeehan mengalami keguguran sebanyak dua kali dan membuatnya sulit untuk kembali hamil. Hampir setiap hari Zeehan selalu bersama dengan Xena, apapun yang Zeehan lakukan selalu bersama dengan Xena. Latihan musik, basket dan segalanya pun bersama dengan Xena. Dia adalah kakak yang baik. Hingga Zeehan lulus sekolah, dia memutuskan untuk pergi ke luar negeri. Meskipun Zeehan tidak tega meninggalkan Xena, tapi demi masa depannya Zeehan pun meninggalkan Xena. Dan meminta wanita itu untuk tidak merubah apapun pada dirinya. Karena setelah Zeehan kembali, dia akan kembali berteman atau bermain dengan Xena. Meskipun Xena pernah berpikir jika hal itu tidak mungkin. Karena seiring berjalannya waktu, sifat dan keadaan bisa merubahnya. Hampir enam tahun, Zeehan bahkan tidak pernah pulang. Dia tidak pernah mengunjungi rumah, kecuali kedua orang tuanya yang pergi kesana. Xena tidak pernah lagi melihatnya, dia hanya bisa memandang foto Zeehan dari akun sosial medianya. Yang dikacangin Zeehan susah memiliki kekasih, yang bersama dengan dia selama empat tahun terakhir ini. Wajar jika mereka menginginkan hubungan yang lebih serius dari ini. Wanita itu mengulurkan tangannya ke arah Xena. Ketika Xena ingin menjabat tangan wanita itu, Zeehan lebih dulu menepis tangan kekasihnya dan menariknya ke arah mobil hitam yang sudah terparkir indah tak jauh darinya. "Kita pulang sayang, aku udah capek banget." kata Zeehan. "Oh yaudah, ayo." Xena menghela nafasnya berat, dia pun langsung menarik dua koper yang beda warna ke mobil milik keluarga Mandala. Xena juga bisa melihat sopir mobil ini yang turun, untuk membuka pintu mobil mempersilahkan Zeehan dan juga kekasihnya masuk ke dalam mobil. Barulah sopir itu membantu Xena untuk memasukkan kopernya ke bagasi. "Pacarnya den Zeehan cantik ya, Xen." bisik Kang Ujang. Xena tersenyum. "Iya Kang, cantik banget." jawab Xena dengan suara pelan. "Udah belum, Xena. Ayo pulang, ibu pasti nunggu anaknya pulang bawa calon mantu." Seketika itu juga Xena hanya mampu tersenyum dan menganggukkan kepalanya kecil. Setiap ibu akan merasa bahagia jika melihat anaknya pulang bersama dengan … pasangan hidupnya. Tidak mau menunggu lama, Xena pun duduk di samping Kang Ujang yang mulai menjalankan mobilnya. Bahkan gak sebagai pula Xena melirik Zeehan dari kaca mobil ini, dan membuat wanita itu langsung menundukkan. Dia tidak tahu jika Zeehan ternyata juga menatapnya. "Den Zeehan kita langsung pulang atau–" "Langsung pulang." potong Zeehan dengan cepat. Nada bicaranya begitu dingin, hingga membuat Xena mengusap kedua lengannya. -Seceets- Sepanjang perjalanan pulang tidak ada yang membuka suara satu pun. Xena yang sibuk dengan pikirannya, Kang Ujang yang fokus dengan jalanan, kekasih Zeehan yang memilih untuk tidur, begitu juga dengan Zeehan yang sibuk menatap Xena dengan tatapan tajamnya. Xena turun lebih dulu, di susul Kang Ujang yang langsung membuka pintu mobil ini, agar anak dari majikannya bisa turun. Sedangkan Xena kembali menarik dia koper dan juga satu tas punggung untuk masuk ke dalam rumah. Wanita itu juga bisa melihat Magdalena dan juga Aska yang menyambut kedatangan Zeehan, dengan pelukan dan juga kecupan bahagia. "Mami seneng banget kamu bisa pulang." ucap Magdalena dan kembali memeluk Zeehan. "Iya Mi. Oh ya Mi, kali ini aku pulang bawa calon mantu." kekehnya. Magdalena yang antusias pun menatap belakang Zeehan. Dimana ada satu wanita yang baru saja turun dari mobil dengan wajah bantalnya. Magdalena langsung tersenyum, sambil memukul Zeehan dengan gemas. "Pricilia Yohana, panggilannya Cilla." kata Zeehan. Cilla yang sempat terkejut pun tersenyum malu. Dia mencoba untuk menyalami ibu Zeehan dan dibalas dengan pelukan. Begitu juga dengan Aska yang nampak bahagia, melihat putranya kembali dengan wanita yang dia cintai. Aska pun meminta Xena untuk mengantarkan Zeehan dan juga Cilla ke kamarnya. Untuk sementara waktu mereka harus pisah kamar dulu, dia tahu tujuan Zeehan pulang untuk meminta kedua orang tuanya mengikat Cilla sebagai calon tunangannya. Dan sebelum hal itu terjadi, Aska tidak mau terjadi sesuatu diantara mereka sebelum ada ikatan yang jelas. Terlihat jelas raut wajah Zeehan yang cemberut dengan keputusan Aska. Di luar negeri mereka sering tinggal bersama, tinggal satu rumah dan juga satu kamar. Lalu kenapa di rumah ini tidak bisa? "Ini Indonesia, bukan Aussie. Ingat itu!!" kata Aska memperingati. Disini Mbok Yem juga langsung menarik koper Cilla dan menunjukkan kamar tamu untuk Cilla. Sedangkan Xena kebagian menarik koper Zeehan dan membawanya ke kamar pria itu. Menaruhnya di ujung kamar, tak lupa juga Xena menaruh tas punggung pria itu di sofa kamar ini. "Tunggu!!" Seruan itu membuat Xena menghentikan langkahnya. Memutar tubuhnya menatap Zeehan yang ada di pinggiran ranjang, Xena pun mendekat. "Ada apa? Ada yang dibutuhkan?" "Dimana anak itu?" katanya. Xena menatap Zeehan bingung. "Anak? Anak siapa?" "Jangan bersikap bodoh, Xena!! Katakan, dimana anak itu!!" Xena tidak menjawab, dia benar-benar bingung dengan ucapan Zeehan. Anak siapa yang dia maksud? Tidak mau pusing dengan ucapan itu, Xena pun memutuskan untuk pergi. Ada banyak pekerjaan yang harus Xena lakukan di rumah ini, contohnya makan siang untuk mereka dan juga tamunya. Magdalena akan marah jika melihat meja makan rumah ini kosong. Meskipun nanti Magdalena juga akan marah ketika menyadari, kalau yang pergi menjemput Zeehan itu Xena bukan Stefany. Tau sendiri kan, Magdalena adanya juga Aska meminta Stefany untuk menjemput abangnya. Tapi yang ada Stefany malah lebih sibuk pergi bersama dengan kekasihnya Jay dan meminta Xena untuk menjemput Zeehan bersama dengan sopir. Zeehan mengepalkan tangannya kesal, apalagi menatap kepergian Xena dari kamarnya. Dia membutuhkan kepastian, dia membutuhkan jawaban real dari wanita itu. Tapi kenapa dia tidak mengatakan apapun!! Apa sebenarnya yang terjadi selama enam tahun dia pergi? Disisi lain, Xena yang sudah masuk ke dapur terkejut dengan kedatangan Kimora putrinya yang tertawa kecil di ujung dapur. Putrinya itu memamerkan gambaran dirinya, Xena dan juga seorang pria di samping Xena. "Ini siapa sayang?" tanya Xena heran. "Ini ayah, Bun." Xena tersenyum kecil. Dia pun mengusap puncak kepala Kimora dengan lembut. "Kim belajar di kamar ya? Bunda lagi kerja nih, harus siapin makan siang buat den Zeehan sama calon istrinya." Untung saja Kimora itu tipe anak yang nurut. Dia pun segera pergi kembali ke paviliun dan kembali sibuk menggambar. Sedangkan Mbok Yem yang ada di tempat yang sama pun mendesah. "Mau sampai kapan sih kamu bohongin anak kamu terus? Makin hari, makin gede Xen, dia akan tau semua kebenaran yang kamu sembunyikan selama ini." Xena bangkit, dia pun mengambil wortel dan mengupasnya. "Seenggaknya kalau tau, dia udah dewasa Mbok. Kalau sekarang aku masih belum sanggup jelasin ke dia semuanya. Mbok kan tau, ayahnya meninggal enam tahun yang lalu waktu aku hamil. Masa iya Kim harus tahu juga apa yang terjadi selama ini?" kekeh Xena. "Dan nyatanya kamu harus menciptakan satu kebohongan, untuk menutupi kebohongan mu yang lain, Xena." kata Mbok Yem dan langsung membuat Xena terdiam. Dia tidak berbohong. Dia hanya menyelamatkan satu nyawa dalam hidupnya. -Secrets-
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN