--------***--------
"Ada apa sayang"wanita itu berusaha duduk walau setiap gerakan meniggalkan rasa nyilu luar biasa
"Zhi tidak usah duduk"Atth mempringati istrinya, iapun ikut duduk disisi ranjang
"Ambuu buu anung ngung (Ibu sudah bangun)"mahluk kecil itu berceloteh, membuat semua yang dirasa Zhi seolah menghilang
"Sini sama ibu"pinta Zhi mengadahkan tangannya, tentu hal itu membuat sikecil kegirangan
"Ipaas ipass aa aaya (lepas Ayah)"sikecil itu memukulkan tangan kecilnya ketangan besar sang Ayah, karna tangan itu tak kunjung melepaskannya
"Enggak ada"jawab Atth tegas
"Kak, ngak boleh gitu"ucap Zhi terdengar lembut, apakah ia sudah memaafkan suaminya itu, entahlah
"Ngak papa, jangan dimanjain terus, kamu lagi sakit, kamu juga nantinya yang bakal kerepotan"Atth memasang tampang tak mau dibantahnya, ia tak jahat pada anaknya adalah satu kebenaran, tapi ia tau tubuh istrinya sedang dalam keadaan yang tak dapat diperlakukan seenaknya oleh bocah kecilnya itu.
Diperpakukan seenaknya disini seperti layaknya bayi pada umumnya, apalagi bayi yang baru pandai berjalan seperti sikecilnya, anak diusia sikecil yang baru pandai berjalan, akan sering menjadikan tubuh orang besar disekitarnya untuk tumpuannya berdiri, Atth sering melihatnya melakukan itu pada Ibunya, pun pada Atth, walau lebih sering pada wanitanya itu.
Kadang sikecil juga tiba-tiba memeluk, mencium ataupun memukul-mukul pelan ketika ia gemas pada Ibunya itu, itulah yang Atth sebut diperlakukan seenaknya.
"Ayaaaah"pekik sikecil geram, tampa sadar ia menyebutkan kata itu dengan amat sangat benar
"Ibu lagi sakit Azril, ngak bisa jagain kita dulu, kita yang harus jaga Ibu"entah sikecilnya mengerti atau tidak Ayahnya tengah kesal, namun yang jelas saat ini sikecil menangis kencang sembari memeluk kuat leher Ayahnya tersebut
Atth tau, dirinya juga sama dengan manusia lainnya, kadang ada juga waktunya emosi dan kesal, mungkin karna itulah ia memanggil anaknya dengan sebutan nama, hal yang amat sangat jarang ia lakukan, mungkin karna itu pula otak kecil putranya mengartikan jika ia sedang dimarahi, Atth tidak bermaksud akan hal itu.
"Maaf ya stts"Atth mengusuk pelan punggung putranya tersebut
"Zhi istirahat saja dulu, kakak ngak mau sebelum kamu benar sembuh kamu ngelakuin sesuatu, urusan rumah jangan dipikirkan, kakak bisa ambil alih semuanya"ucap Atth memang tak ingin ada bantahan
"Dan tidak ada bantahan"Atth menyambung ucapnya cepat ketika dilihatnya sang istri hendak membantah perintahnya, setelahnya Atth meninggalkan Zhi keluar bersama sikecil yang tengah menangis digendongannya. Bukan masalah tega tak tega, iapun takkan tega melihat anak kesayangannya itu meraung, namun ia juga memikirkan kondisi istrinya, wanita yang selama ini merawat mereka dengan amat sangat baik, tak adil rasanya, saat sakit iapun masih harus menjalankan tugasnya layaknya ia sehat. Atth juga khawatir akan keadaannya, ia tampak begitu pucat.
-------***-------
Seminggu kemudian
Atthar Pov
Aku menatap sendu kelakuan putraku, entah mengapa anak ini sulit sekali dipisahkan dengan Ibunya, kini ia tengah terlelap diatas tubuh ibunya dengan posisi tengkurap memeluk wanita kesayangannya itu, sementara tangan Zhi melingkar dipunggung mungilnya, dan wanita itu tak tampak mengalami kesulitan akan posisi anak manjanya.
Lima hari aku puasakan berdekatan dengan Ibunya membuat sikecil benar-benar kesal, alhasil 2 gigi bawah dan 2 gigi atas paling depannya menancap sempurna ditanganku. Sakit, pasti walau gigi s**u, tapi giginya sangat tajam, namun bukan itu yang membuatku mengizinkannya berdekatan dengan Ibunya, karna menurut dokter luka Zhi sudah mengering, dan hari ini sudah boleh pulang kerumah.
Pulang kerumah, yah!!! Seminggu lalu aku membawanya kerumah sakit, kasian akan keadaannya membuatku tak tega, jika dirumah ada saja alasannya mengatakan ia tak apa dan bukan masalah, tapi saat dirumah sakit yang ia lakukan hanya diam, menandakan dirinya memang sangat butuh istirahat, dan selama itu, sikecil aku titipkan kemama, kata mama, dalam sehari, hampir separuh waktunya dilewati sikecil dengan mengamuk, bukan tidak kasihan, tapi anak dibawah umur setahun sangat rentan jika berlama dirumah sakit, dua hari sekali aku membawanya kesini untuk bertemu Ibunya, namun aku tak mengizinkannya selain memegang tangan Ibunya. Zhi sempat protes, namun Zhi paling tau dimana aku tak masalah dibantah, atau disaat aku tak mau dibantah.
Sore nanti jadwal kepulangan Zhi, karna itu menunggu kepulangannya, iapun memutuskan menidurkan sikecil, dan entah karna ngantuk atau bagaimana iapun ikut terlelap.
Mengenai tugas mendampingi mahasiswa, aku sudah membicarakan ini dengan pihak kampus, dan mereka mengerti akan keadaanku, kalaupun tidak diizinkan, aku akan tetap memilih membatalkan tugasku mendampingi mahasiswa ketimbang membatalkan mendampingi istriku dirumah sakit. Aku memang tak boleh lalai akan tanggung jawabku dipekerjaan, tapi tanggung jawabku terhadap anak istri adalah tanggungan tertinggi diatas tanggungan lainnya. Tanggung jawab yang akan dipikul bukan hanya didunia, tapi juga diakhirat.