Chapter 6

1009 Kata
"Mari Luna saya akan antar ke ruang makan. Alpha sudah menunggu." Vieny mengatakannya dengan ramah dan juga tersenyum. Dia senang akhirnya pack Quirin memiliki seorang Luna juga setelah bertahun-tahun lamanya. Tanpa kehadiran seorang pemimpin wanita, pack Quirin terasa tak lengkap. Xynerva menurut, dia mengikuti langkah gadis itu. Omega bernama Vieny itu berjalan sedikit di belakang Xynerva. "Vieny, jalan di sampingku!" ucap Xynerva. Rasanya aneh sekali kalau ada yang jalan di belakang, jadi kesannya seperti berbaris gitu, batin Xynerva. Vieny menggeleng takut. "Saya tidak boleh berjalan di samping Luna. Itu adalah larangan Luna." Hm, sejak kapan ada larangan yang aneh itu? pikir Xynerva. Dia mengerutkan dahinya tampak sedang berpikir. Benar-benar tak masuk akal. "Baiklah, jika tidak bisa. Kenapa kau memanggilku dengan panggilan Luna padahal aku sudah memberitahukan namaku?" tanya Xynerva heran. Ekspresi wajahnya masih sama. Untuk beberapa saat keheningan menguasai keduanya. Pelayan wanita itu belum juga menjawab, dia tampak ragu dan juga bingung ingin menjawab apa. Takutnya malah salah jawab. Dan malah berakibat buruk untuk dirinya sendiri. "Eh, Vieny kenapa kau malah melamun?" tanya Xynerva menepuk bahu kiri Vieny pelan. Vieny tampak terkejut, kemudian menggeleng. "Tidak apa-apa hanya saja saya memikirkan suatu hal. Untuk pertanyaan itu saya juga bingung harus menjawab apa?" Aku tidak ingin memberitahu Luna tanpa seizin dari Alpha Lory, takutnya pria kejam itu akan menyakiti keluargaku jika sampai salah bicara, batin Vieny berpikir terlebih dahulu. Dia harus menggunakan akal pikirannya jika tak ingin nyawanya melayang. Xynerva tidak mempersalahkan Vieny yang tidak menjawab rasa ingin tahunya itu. Dia berpikir mungkin saja gadis itu tidak tahutahu atau mungkin karena suatu hal yang tak dikatakan. Setelah itu suasana hening kembali menguasai sampai keduanya sampai di tempat yang dituju. "Maaf sudah sampai Luna," ucap Vieny akhirnya membuka suara. Xynerva hanya mengangguk sebagai jawaban, sejak tadi dia sibuk melihat ke sekeliling yang ternyata begitu indah dan juga mewah. Tidak seperti di rumahnya yang sederhana. Walaupun rumahnya tidak sebesar rumah ini, tapi Xynerva tetap bersyukur masih memiliki tempat untuk berlindung. Vieny memberikan hormat sebelum pamit untuk membersihkan dapur. Tiba di ruang dapur yang luas yang bisa menampung seratus orang, jangan lupakan dinding dan barang-barang mewah yang mengisi ruangan. Keramik mahal melapisi lantai. Ada karpet merah yang berada di bawah meja dan sepuluh kursi ukuran besar. Saat Xynerva lewat sepuluh orang omega menundukkan kepala. Satu baris pelayan wanita berbaris rapi di sisi kiri berjarak dua puluh meter dari meja. Seragam putih berlengan pendek dan rok hitam lipat-lipat di bawah lutut membalut tubuh mereka yang berbeda-beda ukuran. Sementara itu rambut disanggul rapi dan sepatu hitam melapisi kaki. Mallory Osmond duduk di salah satu meja sembari tersenyum, lalu menarik kursi untuk Xynerva. Rasa lembut dan empuk membelai kulit p****t Xynerva saat dia duduk di samping Lory. Aroma harum masakan menggoda indra pencernaan untuk segera dinikmati. "Silakan dimakan Neri!" Tangan Alpha memberikan kode, bibirnya membentuk senyuman di wajahnya yang tampan. Mata cokelat Xynerva berbinar begitu melihat tumpukan udang-udang yang disusun rapi di atas piring yang lebar. Melihat Xynerva begitu semangat ketika melihat udang, Alpha Mallory pun berinisiatif untuk meminta pelayan wanita menambahkan seporsi udang ukuran besar lagi. "Makanlah tidak usah malu-malu anggap saja seperti rumah sendiri," ujar Alpha Mallory masih dengan wajah yang ramah. Salah seorang pelayan wanita melayani Luna Xynerva mengambil makanan yang diinginkannya. Apa Mall menaruh racun di makanan ini? batin Xynerva melirik Alpha Mallory yang sedang makan dengan nikmat dan tenang, lalu kembali fokus menatap udang ukuran jumbo, tumisan sayur wortel, kentang, dan kubis serta nasi dalam porsi sedikit di dalam piring. Sementara itu tangannya diletakkan di bawah dagu. Makanan ini terlalu menggoda untuk ditolak. Uh, sayang sekali jika dia benar-benar meletakkannya. Jika dipikir-pikir dia kelihatannya bukan orang yang jahat, pikir Xynerva sambil melihat Alpha Lory yang sedang makan. Tadi pagi dia meluk aku sembarangan apa itu tergolong orang yang jahat? batin Xynerva yang bingung. Alpha Mallory telah menyelesaikan sarapan paginya, dia diam-diam memperhatikan matenya itu yang melamun. Mate kita kenapa? Apa masakannya tidak enak? Kan sudah aku bilang kalau masak itu yang benar-benar!" mindlink Jayce yang ribut. Sisi serigalaku yang cerewet melebihi emak-emak, perlu kau ketahui aku sudah memastikan dengan lidahku sendiri masakan yang dibuat koki Winda itu enak. Jadi itu artinya tidak ada masalah dengan makanannya, mindlink Alpha Mallory. Kau mengataiku emak-emak, wah dasar human yang kurang ajar, balas Jayce sebal. Xynerva memantapkan pikirannya. Aku juga tidak akan menyesal jika makanan yang membuatku kehilangan nyawa adalah masakan kesukaanku, pikir Xynerva. Jika itu sampai terjadi maka orang yang pertama kali yang akan aku ajak ke alam lain adalah Mall itu, pikir Xynerva. Xynerva memakan makanan dengan lahap. Daging udang yang lembut berpadu dengan tumisan sayur yang sehat beserta nasi yang memanjakan lidah. Gadis yang lahir pada bulan Juni itu tampak begitu menikmati setiap gigitan. "Bagaimana apa rasanya enak?" tanya Alpha Mallory. Dia menanti jawaban dari matenya ini. Xynerva mengangguk jujur. "Iya, rasanya enak." Ukuran udangnya jumbo banget pasti harganya mahal, batin Xynerva. Tuh kan masakannya enak! mindlink Alpha Mallory pada serigalanya itu sengit. Iya, ya, ya, aku tahu! balas Jayce. Para omega wanita segera membereskan piring, mangkuk, dan gelas yang kotor ke ruang pencucian setelah Xynerva selesai makan. Sementara itu Xynerva mengambil tempat duduk di sofa yang ada di kamar Mallory. Alpha Lory tidak ketinggalan, dia ikut duduk di samping lunanya itu. "Namamu siapa?" tanya Alpha Mallory memutuskan keheningan yang tercipta di dalam ruangan yang luas itu. Ini orang kenapa duduk di sebelahku? Kan tempat lain ada, batin Xynerva melirik sekilas pria yang tengah tersenyum lembut itu. Nerissa Xynerva memilih untuk tidak menjawab. Dia masih mengatur napasnya yang terengah-rengah akibat menaiki lima belas anak tangga. "Apa aku perlu memberimu nama? Baiklah, Marissa Ismand Qui-" Kalimat Alpha Mallory terputus Xynerva menjawab pertanyaannya. Xynerva menggeleng, tidak terima. "Tidak perlu, aku punya nama, namaku Nerissa Xynerva Zanitha." Tentu saja dia tidak ingin namanya diganti dengan seenaknya, tidak mungkin mau potong kambing lagi karena ganti nama. "Nerissa Xynerva Zanitha nama yang indah secantik orangnya," puji Lory tersenyum lembut. Xynerva hanya menjawab dengan deheman. Sama sekali tak terpengaruh dengan pujian yang dilontarkan Alpha Lory. Pikirannya malah melayang memikirkan bagaimana cara agar dia bisa keluar dari istana milik Mall.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN