Prolog

212 Kata
PROLOG “Saya terima nikah dan kawinnya Mentari Ginting dengan mas kawin seperangkat alat shalat dan sebuah cincin berlian dibayar tunai.” Azzam menyelesaikan ikrarnya hanya dalam satu tarikan napas. “Sah?” tanya penghulu ke semua yang menghadiri acar pernikahan tersebut. “Sah ....” Semua yang hadir dan menyaksikan hal tersebut bersorak gembira dan penuh suka cita. Seorang gadis yang berbalut kerudung putih keluar dari balik tirai. Gadis itu berjalan malu-malu menuju meja penghulu. Kini, ia bukan lagi gadis biasa yang bebas tanpa batas. Kini, Mentari sudah resmi menjadi seorang istri. Istri dari seorang pemuda muslim yang berhasil mencuri hati dan jiwanya. Mentari kini harus mengabdi sepenuhnya kepada suaminya. Azzam membuka kerudung yang menutupi wajah istrinya. Azzam terkesima melihat gadis cantik pilihan Allah untuknya. Gadis yang Azzam yakini akan menjadi pendamping hidupnya di dunia dan di akhirat kelak. Dengan malu-malu, Mentari meraih telapak tangan Azzam—pria yang sudah mengucapkan sumpah pernikahan. Pria yang akan menjadi pendamping hidup Mentari dalam suka maupun duka. Tangan mungil nan lentik itu bergetar. Untuk pertama kalinya Mentari menyentuh tangan seorang pria. Ia merasakan getaran hebat dalam hatinya tatkala kulitnya menyentuh kulit pria yang kini berstatus suami. Kemudian Mentari mencium punggung tangan itu dengan takzim. Azzam membalas dengan mengecup lembut puncak kepala Mentari—istrinya.              
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN