Jason masih memeluknya erat dari belakang. Tubuh mereka yang tak berbalut apa pun itu terbungkus selimut tipis, tapi kehangatan di antara mereka jauh lebih nyata dari apa pun. Nafasnya menyapu lembut di leher dan bahu Talia yang telanjang. Sesekali bibirnya mengecup pelan, seolah tak pernah puas menyentuh kulit perempuan yang sudah lama ia rindukan. Kecupan itu bukan hanya soal hasrat, tapi juga semacam pengakuan diam-diam, tentang rasa yang tak pernah benar-benar pergi. Ia tak berniat melepaskan pelukan itu. Tangannya yang melingkar di pinggang Talia terkunci seperti rantai, sementara dagunya bertumpu di pundaknya, nyaman dan tenang. Jason seolah menciptakan dunia sendiri di balik selimut itu—dunia yang tak ada Sonia, tak ada media sosial, tak ada konsekuensi, hanya mereka berdua. “Kala

