Sial! Sial! Sial!

1347 Kata

Begitu tiba di showroom, Raisa hampir setengah berlari masuk ke dalam gedung, napasnya sedikit memburu. Jantungnya masih berdetak kencang, bukan karena kelelahan, tetapi karena kegelisahan yang terus menghantuinya sejak tadi. Ia tak perlu menoleh ke belakang untuk tahu bahwa Akbar masih mengikutinya. Ia bisa merasakan keberadaan pria itu, bisa membayangkan bagaimana tatapan matanya yang penuh dengan kebingungan dan mungkin sedikit rasa bersalah. Namun, Raisa tak peduli. Ia hanya ingin tenang. Ia tak ingin ada konfrontasi, tak ingin ada perbincangan yang bisa membuat hatinya goyah. Ia butuh ruang untuk bernapas, untuk menghindari kekacauan yang terus mengikuti langkahnya sejak pertemuan tak terduga mereka tadi malam. Segera setelah memasuki showroom, ia langsung menghampiri petugas keaman

Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN