Talia baru saja keluar dari kamar Nayla dan langsung menelepon Raisa. Suaranya terdengar ringan, tapi nada antusiasnya sulit disembunyikan. Sudah lama mereka tak berkumpul seperti ini. Kini, dengan berbagai luka yang menghuni masing-masing dari mereka, kebersamaan semacam ini jadi semacam ruang aman—tempat bernafas sebentar dari riuh dunia. "Sa, bisa ikut nginep di rumah Nay nggak?" tanyanya, langsung dan tanpa basa-basi. Sementara itu, Raisa sedang berada dalam mobil. Ia duduk di bangku tengah bersama Khalil. Di depan, seorang sopir sedang menyetir tenang, melajukan mobil menuju rumah mereka. Malam ini mereka baru saja pulang dari acara makan malam bersama beberapa dosen dan profesor di jurusan tempat Raisa mengajar. Agenda formal tapi cukup santai. Dan, tentu saja, Khalil mendampinginy

