Mobil melaju tenang di bawah langit pagi. Jalanan Palembang yang tak terlalu padat saat itu, memungkinkan sopir mereka mengemudi dengan kecepatan konstan. Di dalam mobil, suasana cenderung sunyi. Hanya suara pendingin udara yang samar terdengar, serta bunyi roda yang menggelinding di atas aspal. Khalil duduk di kursi tengah mobil, tepat di samping ibunya—posisi yang selama ini hampir selalu diduduki Raisa jika mereka bepergian bersama. Tapi kali ini, Raisa tak ikut. Ia tetap di rumah karena kondisi kehamilannya yang sudah semakin besar, dan tentu juga karena acara malam ini bukanlah sesuatu yang nyaman untuk dihadiri oleh ibu hamil dengan perut membuncit.
Ibunya menoleh pelan ke arah Khalil. Perempuan itu masih tampak anggun meski usianya sudah melewati setengah abad. Sorot matanya teduh,
