Luna menutup siaran radionya hari ini dengan kata-kata bijak yang ia rangkai sehangat mungkin, seperti biasa. Suaranya merdu dan tenang menyampaikan petuah kecil tentang hidup dan semangat menjalani hari. Di ruang siar yang sejuk dan penuh kenangan itu, ia menekan tombol pemutaran lagu terakhir, lalu melepas headset dari kepala. Tangannya sibuk membereskan catatan siaran, membereskan alat-alat siar, dan mematikan mikrofon satu per satu. Jam di dinding sudah menunjuk hampir pukul tiga sore. Matahari masih menyengat di luar sana, dan Palembang dengan segala hiruk-pikuknya masih penuh desau jalanan. Tapi Luna tahu, waktunya tak banyak lagi. Ia harus segera pulang untuk bersiap-siap. Waktu berjalan lebih cepat dari biasanya ketika seseorang punya jadwal penting. Dan malam ini, ia tahu, adalah

