Kehidupan Baru

1019 Kata
Saga masih terus meringkuk di karpet sementara Lizzy mendengus kasar. "Sekarang ayo kita memilih siapa yang tidur di ranjang," ucap Lizzy ingin Saga membalas perkataannya. Tetapi Saga hanya diam. Kesakitan yang dirasakan Saga belum sembuh membuat pria itu tak bisa berbicara. "Oh baiklah jika kau tak bicara biar aku yang membuat keputusan ... aku akan tidur di ranjang sementara kau tidur di karpet." Lizzy lalu naik ke ranjang dan membaringkan dirinya. Beberapa saat Saga bangkit berdiri seraya menggerutu. Bukannya untung malah buntung, dia pikir akan mendapatkan jack pot. "Awas kau Lizzy, besok kau akan mendapat masalah." Lizzy diam saja mendengar ancaman dari sang suami. Ya, ini adalah resiko yang dia perhitungkan saat dia memilih untuk hidup bersama Saga si playboy akut. Mulai besok, masalah yang akan menjadi kehidupan barunya akan dimulai. ❤❤❤❤ Syahreza membuang napas kasar melihat Lisa yang tak berhenti menangis. Di samping gadis itu ada Angel, ibu sekaligus istrinya yang setia mendampingi selama puluhan tahun. "Sudahlah Lisa, ikhlaskan saja. Biarkan Lizzy hidup bersama Saga. Ibu yakin ada seorang pria yang akan jadi jodohmu." "Aku tahu itu tapi yang aku paling benci adalah Lizzy bisa setega itu sama aku. Apa yang aku lakukan sehingga dia merebut calon suamiku? Aku selalu bersikap baik padanya begitu juga sebaliknya tapi ternyata dia memakai topeng. Aku membencinya!" Syahreza menggelengkan kepala kemudian masuk dan ikut duduk di samping Lisa. "Lisa, biar pun begitu dia itu saudaramu. Kau lebih baik mengenal dirinya bukan? Coba kau pikir-pikir lagi apakah Lizzy pernah egois ketika bersamamu?" Mata sembab Lisa kini menatap tak percaya pada Ayah dan ibunya secaranya bergantian. "Kenapa kalian berdua membela Lizzy? Aku ini anak kalian berdua juga!?" "Ini bukan menyangkut kami membela Lizzy tapi Ayah ingin kau berpikir dengan jernih, jangan sampai kalau kau sering terbawa emosi dan memutuskan sesuatu yang salah. Pada akhirnya, kau akan menyesal Lisa." Lisa termenung sebentar kemudian menggeleng. Air mata terus mengalir deras di pipinya sambil terus mengingat kenangannya bersama Lizzy. Baik itu pahit mau pun manis, Lizzy selalu bersamanya. Memberikan dukungan ketika Lisa jatuh dan sama-sama bahagia ketika Lisa mendapat kabar yang baik. Lizzy adalah saudara terbaik yang dimiliki oleh Lisa. "Tidak ... dia tak pernah bersikap kasar atau buruk padaku ... aku ... tidak mengerti." Syahreza kemudian menepuk kepala Lisa dan memberikan senyuman lembut. Usaha Syahreza menghasilkan ketenangan dalam diri wanita itu. "Jangan bersedih lagi ya." Lisa mengesat air mata kemudian mengangguk. "Ayah, Ibu bisakah kalian pergi? Aku ingin sendiri sekarang." "Apa kau yakin?" tanya Angel masih risau dengan keadaan Lisa. Sebab itu, Lisa menyunggingkan senyum paksa untuk membuat Ibunya percaya. "I will be fine." Akhirnya, meski kurang yakin mereka menuruti perintah Lisa. Begitu pintu ruang mempelai wanita tertutup, Lisa kembali menangis dalam diam. Kadang-kadang dia menghapus air matanya meski selalu mengalir. Sebuah telepon masuk. Lisa menatap datar pada nomor yang tak dikenal dan entah mengapa dia langsung menerima telepon tersebut. "Halo," "Halo, apa ini dengan Lisa Grace?" "Ya, ini dengan saya. Ada apa?" "Begini kami dari pihak perusahaan AM ingin anda menghadiri wawancara kerja." "Wawancara kerja? Perasaan saya tak membuat surat lamaran," "Memang tidak Nona Lisa tapi seseorang merekomendasikan anda untuk menggantikannya sebagai karyawan baru." Makin heran saja Lisa mendengar penuturan si karyawan perusahaan AM. "Siapa yang merekomendasikan saya?" "Maaf Nona kami tak bisa memberitahukan identitasnya pada anda. Ini adalah ketentuan dari perusahaan. Bagaimana apa anda tertarik?" Kesempatan! Inilah yang dibutuhkan oleh Lisa untuk bangkit. "I-iya saya mau." "Baiklah saya akan kirimkan alamatnya sama Nona, jam delapan pagi anda harus ada ke sini." "Baik." Telepon ditutup. Lisa sudah tak lagi menyunggingkan senyuman pahit melainkan senyuman cerah. Saatnya memulai kehidupan yang baru. ❤❤❤❤ Keesokan harinya Saga membuka mata. Ranjang telah kosong dan dibersihkan. Sudah pasti ini semua sebab Lizzy. Wanita yang membuat dirinya kesakitan. Jika diingat, sakit Saga sudah mendingan. Dia akhirnya bernapas lega. Buru-buru dia mencuci wajah kemudian merapikan diri dan keluar dari kamar. Semua anggota keluarga telah berkumpul di meja makan untuk sarapan. "Ah itu dia pengantin baru kita yang satu lagi, bukannya rajin bangun pagi malah dia paling lambat bangunnya sedang istrinya sudah sibuk bekerja di dapur." "Sayang jangan seperti itu, mungkin saja Saga memang kelelahan karena semalaman ekhem, kau mengerti maksudku bukan?" Mahendra lantas memandang pada Saga dengan senyuman genit. "Oh iya kenapa Ayah begitu bodoh ya." Mood Saga rusak melihat kesenangan orang tuanya. Mereka tak tahu kalau semalam anaknya itu dianiaya oleh menantu baru mereka. Terus kalut dalam pikiran, Saga sampai tak menyadari kedatangan sosok Lizzy yang membawa piring berisi makanan dan meletakkannya di depan meja. Lizzy mengangkat salah satu sudut bibirnya melihat Saga terus saja diam. Dia harus melakukan sesuatu agar kedua orang tua Saga tak curiga dengan hubungan tak baik di antara mereka berdua. Jadi, Lizzy menghampiri Saga kemudian memberikan ciuman singkat di pipi suaminya. Saga terperanjat. Dia menoleh pada Lizzy yang kini berjarak dekat seraya tersenyum manis. "Selamat pagi sayang." Otomatis wajah Saga memerah. Darahnya bergejolak dengan hebat. Sesuatu yang tak pernah dia rasakan saat bersama wanita lain. "Pa-pagi juga Lizzy." "Ekhem!" Pasangan baru itu langsung menatap Mahendra bersama Yuna, tersenyum pada mereka. "Aku tahu kalian adalah pasangan baru yang menikah tapi ini baru pagi, ayo kita sarapan dulu." "Baik Ayah." Saga memandang kembali pada Lizzy dan dia merasa ciuman di pipinya itu hanyalah kamuflase. Saga yakin bahwa Lizzy sangat serius mengatakan penuturan semalam jadi mana mungkin dia bersikap baik padanya kendati Saga juga kaget dan terpesona tapi lain kali, Saga tak akan terbuai. Keduanya lalu duduk berdampingan. Saga duduk di dekat Ayahnya sedang Lizzy duduk di dekat sang Ibu mertua. Di depan mereka ada kakak Saga bersama istri juga anak kakaknya. "Jadi bagaimana dengan malam pertama kalian, apa berjalan lancar?" Lizzy dan Saga tak menampakkan wajah yang sama. Jika Lizzy tersenyum maka Saga berwajah masam. "Menyenangkan." kata Lizzy. "Menyebalkan." ucap Saga masih senantiasa memasang wajah cemberut. Mahendra mengerutkan alis. "Jadi mana yang benar?" Mereka saling berhadapan dan Saga berusaha mempertahankan argumentnya namun sebelum terjadi, Lizzy segera membekap mulut pria itu dengan cara menginjak kakinya. Hasilnya ampuh. Suara Saga tercekat dan segera memijit kakinya yang diinjak oleh Lizzy yang kini tersenyum cerah. "Menyenangkan Ayah." See you in the next part!! Bye!!
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN